Berkah

3.4K 243 12
                                    

Happy Reading🌼

"Syukuri selagi masih diberi rasa nikmat yang masih bisa kamu rasakan"

*****

Qadarullah, tidak ada yang tahu kecuali Allah. Seperti Fiqi dan Suci juga Rara dan Iqbal. Mereka bersatu, yang awalnya suka dengan yang A justu jadinya dengan yang B.

Ya Rara dan Suci sudah resmi berstatus sebagai istri setelah pendekatan yang amat aneh. Iqbal yang meminta bantuan agar dekat dengan Suci justru kecantol dengan Rara, begitupun sebaliknya. Jadilah mereka menikah hanya berkisar waktu dua bulan.

Mungkin benar jika jodoh itu saling melengkapi. Jika kalian tahu Iqbal yang pecicilan justru dipertemukan dengan Rara yang kalem. Sedangkan Fiqi yang kalem justru ditemukan dengan Suci yang Subahanallah banyak sekali bicaranya.

Rara dan Iqbal memutuskan untuk tinggal tidak terlalu jauh dengan madrasah agar Iqbal tetap bisa mengajar dan tentunya jaraknya pun dekat.

Sedangkan Fiqi dan Suci pun memutuskan untuk mengontrak di dekat pondok, awalnya mereka sudah di beri tawaran agar tinggal di pondok saja, namun pasangan ini memilih tinggal mengontrak disebelah madrasah agar tidak usah berkendara jika akan ke madrasah bisa berjalan kaki saja.

****

"Umii, umiii dimana?" Teriak Azmi yang mencari uminya.

Sejak setahun yang lalu Azmi memang sudah pandai berbicara dan berjalan. Perkembangan Azmi sangat pesat terlebih ia juga sangat aktif bahkan bisa dibilang tidak punya rasa lelah saking aktifnya.

"Dalem sayang, umi di dapur sini" Sania menjawab dengan sangat halus dan penuh kasih sayang.

Gus Aji dan Sania masih tetap tinggal di pondok tepatnya di dhalem bersama dengan kedua orang tua gus Aji yang semakin menua.

Pernah gus Aji meminta ijin untuk membeli rumah di dekat pondok namun keinginannya kurang di setujui oleh kedua orangtuanya. Alasannya karena dhalem akan sepi karena hanya akan di tinggali kyai dan nyai saja.

Alhasil gus Aji dan Sania urung membeli rumah. Jadilah mereka tetap tinggal bersama dengan kedua orangtua gus Aji.

"Umi, abi deleng kundul?" Tanya Azmi dengan suara cadelnya.

Sania tersenyum dan menyamakan tingginya dengan Azmi.

"Dereng sayang, Azmi kenapa tanya abi hmm?" Sania tetap tersenyum gemas dengan putranya. Seperti biasa jika gus Aji suaminya belum pulang pasti di tanyakan Azmi putranya.

"Ami mau ikutan ngaji sama abi mi, boleh?" Semakin gemas saja Sania.

Memang kegiatan gus Aji setelah menjadi dosen adalah mengajar ngaji ataupun mengisi acara pengajian, kadang bersama dengan kyai Sulaiman kadang pula di undang sendiri.

Sudah beberapa kali Azmi mengikuti kegiatan gus Aji. Awalnya Sania pula ikut karena takut Azmi akan menangis namun diluar dugaan Azmi justru menikmati kegiatan yang dilakukan gus Aji.

"MasyaAllah tentu saja boleh sayang, tapi Azmi makan dulu ya" pinta Sania.

Azmi mengangguki. Jika biasanya Azmi susah makan namun jika ada keinginannya pasti akan menurut jika di suruh apapun. Dasar anak jaman sekarang banyak maunya.

"Ami maunya disuapin mi" rengek Azmi.

Sejak dulu memang Azmi paling suka jika di suapi Sania. Pernah waktu umur Azmi satu tahun setengah pernah Azmi disuapi gus Aji, bukan makan justru mereka asik main jadilah selera makan Azmi hilang. Sejak saat itu Azmi lebih memilih di suapi Sania karena bisa tetap bermain namun tetap makan.

Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang