"Jangan buat saya merasa bahwa tak berjumpa denganmu menimbulkan sebuah kekhawatiran. Saya takut salah disini"
****
Seperempat perjalanan sudah dilalui oleh Rahma dan Icha, kedua perempuan ini masih tetap semangat dengan sedikit perdebatan karena beda jalan pikiran dan beda cara membaca peta yang diberikan panitia.
Alhasil lebih sering berhenti untuk memusyawarahkan keputusan yang akan mereka ambil. Dan sialnya beberapa kali Rahma dan Icha tak melihat petunjuk arah karena asik berdebat. Untung saja ada jejak kaki, maksudnya jejak sepatu yang masih terlihat jelas jadi tak perlu khawatir kali ini
"Tadi di apain kak Azmi, Ma?" Rahma menatap Icha bingung.
"Maksudnya?"
"Tadi pas sakit di apain kok bisa langsung sembuh sih?" Ketus Icha. Kenapa jadi Icha yang sensian sih.
"Kasih minyak kayu putih" Icha tak yakin dengan jawaban Rahma, pasti dikasih ramuan cinta. Ah masa iya?
"Gak bohong kan?" Rahma menggeleng.
"Gak dikasih pelet muka temboknya kak Azmi, Ma?" Goda Icha menahan tawanya.
"Ngawur banget, ya nggak lah" ketus Rahma.
"Kali aja, orang kamu jadi cuek gini kaya kak Azmi hahaha" kali ini tawanya meledak, persis tawa meledek.
"Seneng banget, udah ah cepetan jalannya keburu gelap" Rahma berjalan meninggalkan Icha yang masih kesal setelah menyelesaikan tawanya.
"Duh bocah tungguin aku"
****
Gus Azmi kali ini lebih berjaga, mengingat ini kegiatan pertama di luar dan tetap tanggung jawab utama ada ditangannya. Jangan heran jika kali ini gus Azmi lebih tegas dengan semua anggota bahkan panitia penyelenggara. Gus Azmi tak ingin suatu hal yang buruk terjadi pada kegiatannya kali ini.
Memang berat dan sulit bagi gus Azmi, terlebih beberapa dari panitia memang seorang wanita, jadi tegur sedikit saja akan langsung dibawa perasaan. Memang sih wanita makhluk istimewa, namun mengingat ini kegiatan diluar dan memang peserta diminta untuk berjiwa korsa dan tak egois ini lebih memungkinkan banyak hal terjadi, salah satunya tersesat karena ego masing-masing.
Dan dengan berbagai cara gus Azmi sudah memutuskan jika panitia ikut berkeliling, menempati pos jalan yang ada dengan bersembunyi. Jika ada yang salah arah bisa ditegur. Begitu menurut gus Azmi lebih baik pun dengan yang lain setuju akan usulannya.
"Jangan sampai ada yang tersesat, disini waktu hanya kurang dua jam sampai waktu ashar tiba. Jadi mereka harus kembali sebelum waktu salat datang"
Pesan gus Azmi sebelum semua panitia berpencar ke posisinya masing-masing. Masih baru saja peserta jalan dan memungkinkan untuk mendahului karena semua panitia sudah tahu jalurnya.
Gus Azmi mendapat posisi paling jauh bersama dengan Reno, entah sengaja atau tidak mereka selalu bersama dan memudahkan bagi gus Azmi untuk bisa tetap berkoordinasi bersma Reno nantinya.
"Kok aku khawatir ya gus, ini tempatnya memang gak terlalu jauh tapi ya banyak persimpangan" gus Azmi paham akan kekahwatiran sahabatnya ini, sebenarnya gus Azmi pun sama tapi tak se riweh Reno yang sedari tadi ketar ketir.
"Tenang Ren, saya juga khawatir tapi kemarin juga sudah di survai kan dan InsyaAllah aman" entahlah, disaat seperti ini memang gus Azmi memilih untuk saling menyemangati, semoga nanti baik-baik saja.
"Aamiin"
*****
"Dika, ini kemana lagi? Aduh ngeselin banget sih yang bikin jalur, banyak banget simpangannya kan takut salah jalan" Andika menggeleng, sekarang ia tahu akan watak sahabatnya ini. Lucu memang dibalik sikap cablaknya gus Fendi memiliki banyak sekali kekhawatiran yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)
RomanceMohon maaf cerita ini saya ganti judul yang dulunya Terimakasih Abi Umi jadi Terimakasih. Ceritanya tetap sama kok hehe:-) Kalau yang belum paham ceritanya silahkan baca dulu yang judulnya Kamu Gus Ku, karena ini memang lanjutannya. Jadi wajib baca...