Sebuah Titik

1.9K 185 103
                                    

Assalamu'alaikum

Saya menepati janji sekarang ehehe

Saya sayang kalian yang gercep banget cinta pokoknya hehe

Naikin ya jadi 150 vote sama 100 komen, pasti bisa

Kalo bisa besok langsung update deh hehe

Siap baca?

Udah ketebak belom?

Satu lagi tetap di rumah aja ya😁

Bismillah dulu...

Happy Reading🦁

Bismillahirahmanirahim


"Kalau kata orang jawa becik ketitik ala ketara, bisa diartikan siapa yang salah bakal terlihat"

*****

"Ampun mbak sayang hahah"

"Taulah kamu mah...."

"Asik banget kalian"

Degh...

Rahma menyudahi gurauannya karena datangnya es balok? Eh bukan terlihat seperti patung hidup. Tegap dan pucat. Astagfirullah Ma jangan begitu, dilaknat gus Azmi baru tahu rasa, batin Rahma.

"Maaf gus" ucap Fakih tak enak. Ah gus Azmi mengganggu kakak beradik ini saja.

"Ndak pa-pa, saya yang minta maaf sudah mengganggu kalian" Rahma tersenyum canggung, tumben saja gus satu ini berkata sedemikian panjang dan manis, ah lupakan.

"Mboten nopo gus, memangnya ada apa gus?" gus Azmi kembali ke sikap awal dingin dan pastinya cool.

"Dipanggil umi mbak" Rahma yang mendengar ucapan ambigu gus Azmi pun hanya diam dengan alis bertaut. Ada yang salah dengan Rahma hingga dipanggil oleh umi Sania?

"Oh jam besuk saya sudah habis ya gus?" polos Rahma. Gus Azmi dan Fakih yang mendengar pun hanya menahan tawanya. Dasar Rahma, memangnya ini rumah sakit atau penjara, ada jam besuk segala.

"Ndak, disuruh ikut makan siang" ujar gus Azmi kembali pada posisi coolnya.

"Oh itu..."

"APA gus? Makan siang bersama? Kok bisa?" kaget Rahma dengan ekspresi netra yang membulat sempurna.

"Udah ikut aja, yuk Fa. Ngejelasin kakak sampean bikin saya pusing" ajak gus Azmi dengan merangkul Fakih dan meninggalkan Rahma yang masih mencerna setiap ucapan gus Azmi. Menyebalkan.

*****

Pagi harinya ketika mentari kembali menyapa dan bersinar dengan cerianya seperti senyum ceria dan semangat gus Azmi yang sudah bersiap dengan seragam SMA nya seperti biasa meskipun masih terlihat pucat, terlihat seperti patung yang pucat pasi, untung saja tersenyum jadi tetap terlihat tampan.

Sehari di dhalem dengan sakit dikepalanya yang masih bersarang ini membuat gus Azmi bosan dan memutuskan untuk berangkat sekolah. Tak apa, dhalem hanya membuatnya semakin malas, meski tak bisa dibilang begitu karena gus Azmi pun masih tetap mengaji dan setor hafalan dengan sang abi meski harus dengan rebahan dan mata terpejam.

Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang