Assalamu'alaukum
Bonus uwuu
Vote dan komen sesuai target
Saya sayang kalian semua hiyahiya
Pokoknya ini panjang, gaboleh misuh-misuh ehehe
Happy Reading🕛
Bismillah duluBismillahirahmanirahim....
"Manusia akan merasakan bersyukurnya nikmat sehat ketika sedang merasakan sakit"
****
Ingat sehari pengurus osis pun mendapatkan dispensasi istirahat dirumah. Hal itu pula di lakukan oleh gus Azmi yang ternyata setelah demam itu berlanjut esok paginya dengan badan yang terasa tak bertulang. Untung saja masih bisa berjalan sampai acara selesai pun lebih sering duduk dan bersandar. Jangan tanya bagaimana khawatirnya teman-temannya pada gus Azmi yang tetap tak mau pulang terlebeh dahulu. Katanya masih sama "ini tanggung jawab saya, jadi saya tak mau meninggalkannya begitu saja sebelum semuanya selesai" keras kepala bukan?
Untung saja Reno selalu menemani, bahkan menjaganya dan rela meminjamkan jaket tebalnya kala gus Azmi kedinginan kala itu. Gus Azmi bereyukur masih banyak yang perhatian bahkan menyayanginya. Sama seperti ketika kegiatan berakhir gus Fendi yang cablak dan sering sekali membuatnya jengkel pun lebih perhatian, lebih sering bertanya perihal apa yang di rasakan gus Azmi kala itu. Bahkan saking seringnya gus Fendi sampai duduk di dekat gus Azmi dan memegang dahi gus Azmi memastikan demamnya masih tetap atau sudah turun panasnya. Gus Fendi awalnya ingin pulang bersama dengan Andika, nebeng istilahnya. Namun karena kondisi gus Azmi yang memprihatinkan dengan masih tetap memakai jaket doublenya. Ya jaket milik Rahma dan jaketnya pun akhirnya gus Fendi memilih menghubungi sang pakdhe agar bisa menjemputnya. Semoga bisa, kalaupun tidak gus Fendi meminta salah satu sopir dhalem untuk menjemput kedua gus ini. Berakhirlah yang menjemput kang Usman karena gus Aji ada kelas pagi.
Sama seperti pagi ini libur untuk pengurus osis. Gus Azmi hanya menghabiskan waktunya di kamar, rebahan dan sesekali lisannya tetap merapalkan dzikir agar tak terlalu merasakan pusing di kepalanya. Gus Azmi sudah menduga jika sakitnya ini adalah anemia. Kekurangan darah sama seperti sang umi, yang katanya dulu sering pingsan karena kekurangan darah. Bersyukurlah gus Azmi tak sampai pingsan meskipun wajahnya sudah seperti mayat hidup alias pucat.
"Le sarapan dulu ya" titah umi Sania yang sudah duduk di samping ranjang gus Azmi dengan membawa nampan berisikan bubur dan segelas air putih serta obat dari dokter langganan keluarga dhalem.
"Pusing mii" umi Sania menggeleng, bolehkah umi Sania mencubit putra sulungnya ini? Kenapa begitu manja?
"Makan dulu makanya, ini buburnya" gus Azmi masih dalam posisi rebahan dan mata terpejam karena sakit di kepalanya semakin berdenyut.
"Suapin mii" lirih gus Azmi.
Umi Sania menggeleng, mau tak mau sang umi membantu mendudukkan sang putra yang masih terlihat pucat dan lemas. Kemana sikap dingin gus Azmi saat ini? Kenapa yang terlihat hanya sikap manjanya saja?
"Berdoa dulu, le-le umi berasa punya adik buat Ara kalau begini" ujar umi Sania saat sedang menyuapi gus Azmi yang sama sekali tak membuka matanya.
"Pait mii" rengek gus Azmi tak menghiraukan apa kata sang umi yang jelas mengejeknya.
"Dipaksa le, biar cepet sembuh" paksa umi Sania "sampean nangis le?" tanya umi Sania sesaat setelah melihat ujung netra gus Azmi mengalirkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)
RomanceMohon maaf cerita ini saya ganti judul yang dulunya Terimakasih Abi Umi jadi Terimakasih. Ceritanya tetap sama kok hehe:-) Kalau yang belum paham ceritanya silahkan baca dulu yang judulnya Kamu Gus Ku, karena ini memang lanjutannya. Jadi wajib baca...