Curahan Hati

2K 143 11
                                    

Assalamu'alaikum

Maafkan saya baru bisa update hari ini, semalam sedang sedikit meriang jadi baru bisa update pagi ini hehe

Dan semoga suka yaaa....

Cek typo yang berterbangan dimana-mana...

Sudah saya nggak mau lama-lama
Bacanya selow aja biar banyak kerasa panjang heheh

Happy Reading📖



"Jangan memaksakan diri, semua sudah ada porsinya masing-masing"

****

"Wa'alaikum salam, kok baru pulang le?" Tanya gus Aji sesaat setelah sang putra mengucap salam dan menyalaminya.

Azmi sendiri merasakan sangat lelah hari ini karena hari pertama ditambah sudah ada masalah yang membuatnya harus turun tangan karena secara tidak langsung ini menyangkut tentangnya.

"Nggeh bi. Ada halangan sedikit di jalan jadi pulang telat. Maaf bi" tunduk Azmi dengan meminta maaf. Karena memang waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore dan itu artinya Azmi terlambat untuk solat berjamaah dan ngaji sore.

"Ada apa hmm?" Azmi masih bungkam, akankah ia bercerita dengan sang abi?

Dan kenapa ini abinya tak mengajar? Bukankah seharusnya ada jadwal mengajar di pesantren? Entahlah.

Posisi Azmi memang sudah duduk setelah nengecup punggung tangan gus Aji sang abi. Tapi tetap saja masih diam akan pertanyaan sang abi.

"Ceritakan saja abi akan dengarkan" putus gus Aji. Mengerti bila putranya ini tak mudah mengatakan apa yang sedang ia pikirkan.

"Azmi di calonkan jadi ketua osis bi" hanya itu yang keluar dari mulut Azmi.

"Ndak ada yang lain?" Selidik gus Aji karena melihat putranya masih menyembunyikan sesuatu, terlihat dari gelagat sang putra yang masih resah.

"Emm...m..mboten" gugup Azmi.

"Abi siap mendengarkan le, kalaupun sampean malu setidaknya ceritakan dengan umi, jangan dipendam sendiri nanti mempengaruhi kesehatan sampean" nasihat sang abi buat Azmi berpikir dua kali.

Benar abi dan uminya selalu menyuruh Azmi untuk selalu terbuka, kedua orang tuanya siap jadi guru bahkan teman, sebutuhnya Azmi ketika sedang berada di depan kedua orang tuanya. Bukankah suatu keberuntungan untuk Azmi?

Azmi menghembuskan nafas beratnya. Seberapa rapi ia akan menyembunyikan pada kedua orang tuanya pun tetap akan kelihatan jika ia menyembunyikan sesuatu. Itulah kekurangan Azmi, tak bisa berbohong.

"Azmi hanya kesal bi" singkat Azmi.

Gus Aji menggeleng, putranya persis sekali dirinya yang sangat irit bicara.

"Ada lagi?" Gus Aji mencoba bertanya. Namun Azmi hanya menggeleng.

"Mboten bi"

Gus Aji menepuk pundak Azmi dengan senyuman manisnya. Sepertinya beliau sering tersenyum hanya didepan keluarga tercintanya saja.

Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang