"Tidak ada yang tahu skenario Allah. Yang aku tahu aku hanya menjalankan karena Allah lah sebaik-baikNya perencana"
****
(Aku sebagai Azmi)
Aplikasi chat
RenoArd
Assalamu'alaikum
Gus aku minta maaf, ini bukan kemauan aku sama sekali jauh dari pikiranku bahwa kedua orang tuaku memajukan perjodohan antara aku dan Rahma. Aku sama sekali tidak bisa menolak karena kekecewaan orang tuaku akan semakin bertambah jika begini.
Aku akan menikah gus, sesuai persetujuan Rahma setelah sidangnya selesai.Maaf gus maaf....
Ini yang membuat saya tersedak, Ya Allah cobaan apa lagi? Kenapa harus di saat saya jauh disini. Apa ini akhir dari sebuah perjuangan. Astagfirullah.
Saya belum membuka chat dari Rahma, beberapa kali pula ada panggilan darinya. Saya tidak tahu, pikiran saya melayang akan perpisahan kala itu. Tak sampai di situ, saya merasa bukan yang terbaik untuknya. Saya masih di ambang kebimbangan, antara cita-cita dan cinta. Di satu sisi ini adalah cita-cita tertinggi saya, belajar di luar negeri adalah salah satu perjuangan yang harus saya lalui sampai dititik ini semua tidak mudah bagi saya yang harus meyakinkan banyak orang termasuk kedua orang tua saya.
Astagfirullah haladzim....
Saya sudah tak memperdulikan siapapun di sekitar saya, sampai tak memperdulikan jika sudah tidak ada Amar dan Tarik. Entah berapa lama saya diam memikirkan betapa peliknya kisah ini, betapa saya tak pernah memikirkan akibat dari ini semua.
"Mas sudahlah jangan begini. Aku tidak pernah melihat Mas Azmi serapuh ini.''
Saya menghela nafas, beberapa kali saya beristigfar agar menerima ini semua. Saya teringar akan percakapan tadi bersama dengan Fendi. Memang sepertinya saya harus mencari hiburan dulu. Ingat Azmi, laporan dan tugasmu masih banyak. Astagfirullah, beginikah rasanya menyemangati diri sendiri?
"Sampean mau menemani mas ke Al Azhar park ndak Fen?" jujur saya butuh hiburan. Pikiran saya melayang kemana-mana.
"Selagi itu bisa membuat mas Azmi akan baik-baik saja aku tidak masalah"
Saya tersenyum "Terimakasih"
"Sama-sama mas. Udahlah jangan galau ndak pantes tau ndak haha"
'Kurang asem"
******
Disinilah kedua pemuda itu berada. Al Azhar Park, taman sekaligus danau buaran juga benteng yang bernama benteng Al ayyubiyah. Namun gus Azmi dan Gus Fendi memilih menuju danau yang terlihat lebih renang untuk menjernihkan pikiran.
sepertinys lebih enak begini, duduk memandang danau nan luas dengan air yang tenang dan masih ada pemandangan taman disekitar, sungguh menakjubkan. Subahanallah wal hamdulillah.
Dari jauh gus Azmi melihat seorang perempuan dengan khimar panjang yang melekat dikepalanya, serta cadae yang menutupi sebagian wajahnya itu mendekat di sekitar danau. Pikiran gus Azmi melayang kemana-mana melihat tingkah gadis yang entah gila atau memang sedang frustasi karena masalahnya.
"Fen lihatlah gadis itu" tunjuk gus Azmi pada gus Fendi dengan mengarahkan jari telunjuknya.
"Siapa mas, kenal?" gus Azmi menggeleng. Memang nyatanya gus Azmi sama sekali tak mengenalnya.
"Ndak, hanya saja kenapa semakin mendekat ke bibir danau ya, mas takut dia akan bunuh diri"
"Mas Azmi kok perduli banget kelihatannya" ejek gus Fendi membuat gus Azmi memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih (DALAM PROSES PENERBITAN)
RomanceMohon maaf cerita ini saya ganti judul yang dulunya Terimakasih Abi Umi jadi Terimakasih. Ceritanya tetap sama kok hehe:-) Kalau yang belum paham ceritanya silahkan baca dulu yang judulnya Kamu Gus Ku, karena ini memang lanjutannya. Jadi wajib baca...