PART 4

4.7K 223 4
                                    

Tiara berjalan menuju perpustakaan untuk menemui Jefra. Mereka akan mengerjakan tugas kelompok bersama. Takut, sedih, canggung, semua rasa bercampur menjadi satu dalam diri Tiara. Ini kali pertama ia akan mengobrol dengan Jefra selepas berakhirnya hubungan mereka. Obrolan yang mungkin sama sekali tak ada hubungannya dengan perasaan keduanya. Tiara berusaha memahami situasi yang ada, berusaha menerima keadaan jika ia sudah tak bersama Jefra lagi.

Jantung Tiara berdegup seperti biasanya saat melihat laki-laki yang duduk di sudut ruangan perpustakaan. Seperti saat ia masih bersama mantan pacarnya itu. Bedanya kini ia sudah berstatus mantan, bukan pacar.

"Kamu udah lama di sini Jef?" tanyanya sembari mendudukkan diri di hadapan lelaki itu.

Jefra tak menjawabnya, ia hanya mengangguk dengan pandangan yang terfokus pada layar laptop.

"Ra, gue udah dapet referensi buat dibahas pas presentasi nanti. Coba lo cek." ucap Jefra dengan membalikkan laptop agar Tiara dapat melihatnya.

Tiara membaca tiap kata yang tertulis di layar laptop. Ia sudah menduga jika apa yang akan ditulis Jefra pasti tidak akan mengecewakannya. Hanya sikap Jefra malam itu yang mengecewakannya.

Gadis berambut sebahu itu berdehem pelan, entah mengapa situasi ini benar-benar canggung. Padahal di dalam perpustakaan tak hanya ada mereka berdua, ada juga beberapa siswa yang juga mengerjakan tugas di sana. Namun atmosfer antara keduanya sangat hening, seolah mereka adalah dua orang asing yang baru saja berkenalan----atau mungkin seseorang yang sedang saling berusaha menjaga jarak.

"Hmm...kalo misalnya bagian ini ditambahin gambar gimana? Biar temen-temen punya gambaran tentang penjelasan ki...." ujarnya sedikit menggantung, Tiara seakan ingin melanjutkan kalimatnya.

Jefra terdiam, ia memandang layar laptopnya dan kemudian beralih menatap Tiara. Gadis itu sedang memandangnya lekat. Tatapan yang sebenarnya sama-sama keduanya rindukan, namun rasanya berbeda.

"Sorry, bukan kita. Aku dan kamu maksudnya." sambung Tiara. Ucapannya berhasil membuat Jefra mengalihkan tatapannya dari dirinya. Kata kita mungkin mengingatkan keduanya tentang hubungan mereka dulu.

"Ya udah nanti lo tambahin gambar aja di slide itu."

Tiara mengangguk. Kemudian ia melanjutkan bagian yang telah dikerjakan Jefra.

Satu jam kemudian.

Jefra melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 16:15. Kemudian ia menatap Tiara yang masih sibuk dengan laptop miliknya.

"Ra, gue harus pergi. Gue ada latihan basket sama temen-temen."

Tiara mengangguk pelan, "Pergi aja." balasnya singkat tanpa menoleh sekalipun.

"Laptop gue bawa aja. Lo nggak papa gue tinggal sendiri di sini?"

Mendengar hal itu, Tiara tersenyum tipis. Ia menghentikkan tangannya yang sedari tadi sibuk mengetik. Kemudian ia mendongak menatap Jefra yang saat ini sudah berdiri dan siap untuk pergi.

"Tinggal aja Jef, kayak waktu kamu ninggalin aku malam itu. Nggak papa katamu? Kamu mana tau perasaanku waktu itu, bahkan detik ini."

Jefra menunduk sejenak, ia menghela napas, kemudian menatap Tiara lagi.
"Maaf Ra, gue nggak mau bahas masalah itu lagi. Gue pikir hubungan kita malam itu udah selesai dan-"

"Oh jelas. Tentu aja Jef. Hubungan kita-- ah sorry, hubungan aku dan kamu emang udah selesai malam itu. Aku ngomong gini bukan ada maksud lain kok, cuma pengen kamu tau aja kalo sikap kamu waktu itu bahkan sekarang bener-bener nyakitin."

Deg.
Jefra tak menyangka jika Tiara akan membicarakan masalah ini lagi. Sesungguhnya ia tak tega melihat Tiara berbicara seperti itu, namun baginya memang hubungan mereka telah berakhir malam itu. Jadi tak perlu ada obrolan maupun penjelasan lagi.

MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang