PART 22

2.6K 168 1
                                    

"Mereka mungkin menganggap kita belum move on atau nggak bisa buka hati buat orang lain. Tapi mereka nggak tau kalo sebenernya kita berusaha menghindari kesalahan yang sama dengan nggak memulai suatu hubungan yang baru."

*****

Tiara pergi meninggalkan Jefra. Entah kemana tujuan yang pasti, gadis itu hanya mengikuti langkah kaki akan membawanya pergi, hingga ia sampai di lapangan dekat parkirannya. Ia mendudukan diri di kursi sudut lapangan. Ia memukul-mukulkan tangannya sendiri di dadanya. Seolah sugesti agar rasa tak enak di dadanya segera keluar. Air matanya menetes.

"Jadi yang mana Ra? Setelah lo putus dari gue, sekarang lo main-main sama dua cowok?!"

Ucapan Jefra masih terngiang di telinga juga melekat di benaknya.

"Main-main sama dua cowok lo bilang Jef? Lo nggak akan tau gimana perjuangan gue buat move on dari lo. Jahat lo Jef. Lo jahat!" gumam Tiara dengan suara yang menjadi serak akibat menangis.

Melihat Jefra dan mendengarnya berbicara seperti tadi membuat Tiara tersadar jika Jefra telah menjadi orang yang berbeda. Jefra yang tak pernah mengatakan hal menyakitkan seperti tadi, Jefra yang tak pernah memegang tangannya secara kasar seperti tadi, kini telah berubah menjadi Jefra yang berbeda. Dan Tiara dapat merasakan hal itu. Entah apa yang membuat Jefra berbeda, yang jelas kini Tiara harus benar-benar melupakan dan mengikhlaskan laki-laki itu.

Bicara hal seperti tadi pada Jefra adalah kali pertama baginya. Ia memberanikan diri untuk mengatakan hal tadi. Ia tak ingin terlihat lemah hanya karena belum sepenuhnya mampu melupakan Jefra.

"Udah lega Ra?" tanya seorang laki-laki secara tiba-tiba. Ia berdiri di belakang kursi Tiara dan memperhatikannya diam-diam.

Merasa ada seseorang di dekatnya, Tiara mengusap air matanya dan menoleh ke belakang. Ia mendongak menatap Genta yang kini berdiri dan menutupi sinar matahari dari arah belakang agar Tiara tak silau saat melihatnya.

Sesaat kemudian, Genta beranjak dan duduk di samping Tiara. Kemudian ia meraih tangan kiri Tiara dan membuat gadis itu sedikit terkejut. Saat ia akan menariknya, Genta tetap memegangnya.

Genta melihat tangan Tiara yang masih memerah akibat cengkeraman kuat dari Jefra tadi. "Lo tau persamaan bekas luka di tangan lo ini sama perasaan lo ke Jefra?"

Tiara yang tadinya menatap Genta, kini beralih menatap tangannya sendiri. Rasa sakit masih bisa ia rasakan dan kini membekas warna merah. Tiara beralih memandang Genta lagi dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kedua luka itu bakal sembuh seiring berjalannya waktu." jawabnya yang kemudian melepaskan tangan Tiara.
Tiara menyipitkan matanya, ia baru tersadar jika wajah Genta terluka. Ia menyentuh sudut bibir Genta dan kemudian beralih menyentuh pelipis kiri laki-laki itu.

"Lo abis berantem? Jangan bilang kalo lo berantem sama-"

Genta memegang tangan Tiara yang kini berada di pelipisnya dan menatapnya. "Iya gue berantem sama Jefra." ucapnya dengan santai seolah bukan hal yang besar.

"Kenapa?! Siapa yang mukul duluan?!"

"Jefra mukul gue duluan. Dia nggak terima karena lo deket sama gue ataupun cowok lain."

Tiara berdecak kesal. Kemudian ia menarik tangannya dari Genta dan mengambil plester coklat di tasnya. Untung saja ia selalu membawanya kemana saja agar dapat digunakan disaat seperti ini.

MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang