"Mengikuti kata hati memang sudah sewajarnya. Namun terkadang, mendengarkan logika jauh lebih pantas saat menentukan pilihan."
*****
Tiara meletakkan sendok dan garpu nya. Ia menghela napas. Entah kenapa hari ini ia tak selera untuk melanjutkan sarapannya.
"Kenapa nggak dihabisin sarapannya?"
Tiara terdiam dengan pandangan kosong. Pikirannya entah ke mana. Bahkan pertanyaan Papanya tidak ia jawab.
"Ara? Kok diem? Lagi ada masalah?" tanya Pak Haris lagi. Kali ini dengan nada suara agak tinggi agar Tiara meresponnya.
Tiara yang merasa terpanggil seketika menoleh dan baru menyadari jika memang nasi goreng di piringnya tersisa sedikit. Ia menggelengkan kepalanya pelan.
"Udah kenyang Pa. Tiara berangkat sekolah dulu."
Gadis itu berdiri dari duduknya dan memakai hoodie putih kesayangannya.
"Hari ini Ara naik motor ya Pa."
"Nggak pengen Papa anter aja? Akhir-akhir ini sering hujan loh Ra, nanti kalo kamu kehujanan-"
Tiara langsung menarik tangan Papanya dan mencium punggung tangan Papanya. "Jas hujan aman di jok motor Pa." potongnya dengan cepat.
"Hati-hati di jalan Ra! Jangan ngebut bawa motornyaaa!" teriak Pak Haris karena anak kesayangannya itu telah keluar rumah.
Pak Haris dapat melihat jika Tiara begitu kesepian dan sering melamun pasca ditinggalkan oleh Jefra. Ini adalah kali pertama bagi Tiara untuk berangkat sekolah menggunakan motor setelah putus dari Jefra. Biasanya ia selalu diantar jemput oleh mantannya itu. Hal itu bukan sekedar permintaan sepihak dari Tiara, melainkan Jefra yang ingin menjemput dan mengantarkannya. Kalau pun Jefra tak menjemputnya, terkadang Pak Haris yang mengantarnya.
*****
Sesampainya di depan kelas Tiara terdiam, lagi. Ia melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul 06:35.
"Udah gue telat-telat in, masih aja jadi yang paling awal." keluhnya, kemudian ia masuk dan duduk di tempatnya.
Tiara membuka laptop milik Jefra dan meninjau tugas yang telah dikerjakannya. Hari ini adalah jadwal pelajaran Pak Hadi untuk presentasi. Ia memastikan jika hasil pekerjaannya dengan Jefra sudah maksimal.
"Ini adalah tugas pertama yang gue kerjain setelah jadi mantannya Jefra, sekaligus tugas terakhir yang gue kerjain bareng Jefra." gumamnya dengan raut sendu. Pikiran Tiara kembali mengingat semua hal yang pernah ia lakukan bersama Jefra. Namun sesaat ia tersadar jika semua momen itu hanya bisa dikenang, bukan untuk diingat terus-menerus.
Beberapa menit kemudian para siswa berdatangan dengan memakai jaket dan beberapa yang lainnya memakai topi. Termasuk Nada dan Arsen yang baru saja datang.
Nada mendudukkan dirinya sembari melepas ikat rambutnya. Ia mengernyitkan dahi ketika melihat Tiara yang baik-baik saja tanpa basah sama sekali.
"Ra, lo nggak kehujanan? Apa lo hari ini dianter Om Haris pake mobil?" tanyanya dengan memegang punggung Tiara untuk memastikan lagi jika gadis itu sama sekali tak kehujanan.
Tiara menggeleng pelan seraya menutup laptop di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Fiksi RemajaSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...