"Orang yang pernah tersakiti pasti bosan ketika mendengar kata janji dan kalimat yang seakan memberinya sebuah harapan kebahagiaan namun nyatanya sebuah kebohongan belaka."
*****
Genta berjalan menuju ke ruang kelasnya. Hari ini jadwalnya tak terlalu padat, jadi ia bisa pulang lebih awal nanti.
Sesampainya di kelas, ia berhenti sejenak dan melihat Tiara yang sedang duduk bersama Arsen. Gadis itu tertawa lepas saat tengah membicarakan sesuatu. Rautnya terlihat manis dengan mata yang menyipit saat sedang tertawa. Genta menatapnya dari ambang pintu dengan tatapan berbeda.
"Ngomongin apa sih? Bahagia banget kayaknya." gumam Genta dengan tatapan penasaran.
"Oh ya? Berati bang Rafka ngomong gitu di depan Om Haris?"
Tiara mengangguk, "Nggak nyangka kan lo? Gue aja kaget pas tau bang Rafka se-dewasa itu ngomong di depan kak Zelda sama Papa."
"Jahit kain buat boneka, gue doain bang Rafka bahagia."
"Hahaha bisa aja lo! Lama juga nggak denger pantun lo Sen."
Mereka sedang membicarakan kisah Rafka waktu itu sembari bercanda dengan membahas hal-hal yang lain. Bagi Tiara, kisah unik abangnya patut ia ceritakan pada Arsen. Seperti yang ia dan kedua sahabatnya tahu, Rafka yang selalu bercanda akhirnya bisa membicarakan hal yang begitu serius dan manis dalam waktu yang bersamaan. Jujur Tiara senang hingga ketika ia bercerita, ia terbawa suasana dan akhirnya tertawa. Apalagi yang sedang ia ajak bicara adalah Arsen. Jelas saja humor mereka sama.
Tiba-tiba Arsen mengalihkan pandangannya. Ia melihat sosok Genta di ambang pintu. "Eh Ra, itu ngapain Genta berdiri di situ sambil ngeliatin lo?"
Canda tawa mereka berhenti sejenak, Tiara langsung menoleh ke ambang pintu kelasnya dan ternyata ucapan Arsen memang benar. Ia mendapati Genta sedang menatapnya. Merasa terpergoki oleh Tiara, Genta langsung mengalihkan pandangannya dan segera mencari tempat untuk duduk.
Tiara menoleh lagi ke Arsen, wajahnya berubah menjadi serius. Ia berdehem pelan. Tiara merasa ragu untuk mengatakannya, namun terlalu penasaran jika dipendam.
"Sen, menurut lo apa arti seorang cowok yang ngasih cokelat ke cewek meskipun mereka nggak deket?"
Arsen mengernyitkan dahi, sudah lama ia tak mendengar pertanyaan semacam ini dari Tiara.
"Emm..ada dua hal Ra. Yang pertama karena dia sekedar peduli sama lo, atau dia emang ada rasa sama lo."
"Hah?! Suka sama gue gitu?!" sahutnya tak percaya.
Arsen mengangguk, "Ini jawaban gue sebagai cowok ya. Lagian lo kenapa sekaget itu coba? Habis terima cokelat dari siapa lo?!"
Tiara dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Bukan dari siapa-"
"Ra, ini buat lo." potong seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dan menyodorkan sebuah cokelat. Entah kenapa bisa di momen yang tepat saat mereka membicarakan cokelat.Tiara dan Arsen menoleh secara bersamaan dan menatap Farel.
"Ehem! Terima kalik Ra cokelatnya. Kasihan tuh kalo dianggurin." ujar Arsen menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Roman pour AdolescentsSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...