Tiara memandang langit di luar gedung fakultasnya. "Mood gue lagi buruk dan sekarang cuacanya ikut buruk?! Mana mendung gelap banget lagi, nggak bawa jas hujan. Lengkap lah penderitaan gue hari ini." keluhnya. Ia menghapus sisa air mata di pipinya kemudian kembali berjalan menuju parkiran.
Saat sampai di parkiran, ia melihat ada sesuatu di dashboard motornya. Tiara mengambilnya dan mendapati sebuah cokelat dengan kertas notes berwarna biru yang ditempel di atasnya.
"Katanya cokelat bisa bikin bahagia. Semoga itu berlaku buat lo :)"
Membaca tulisan di kertas itu membuat Tiara bingung. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari seseorang yang mungkin saja telah memberinya hadiah kecil ini. Namun nihil, tak ada seseorang pun di parkiran saat ini.
Tiara mengangkat kedua sudut bibirnya, ia tersenyum tipis perlahan sembari menatap sebuah cokelat dan kertas notes di atasnya. "Makasih, siapapun itu." gumamnya."Sayang bentar, jangan pulang dulu. Ayo kita foto selfie dulu."
"Di mana? Di sini? Masak backgroundnya parkiran sih?"
"Ihh nggak papa, yang penting fotonya bagus. Ayok keburu hujan nih."
Mendengar obrolan yang agak membuatnya risih, Tiara menoleh ke belakang. Percakapan singkat itu berasal dari pasangan yang sedang jatuh cinta. Jarak mereka agak jauh, namun Tiara dapat mendengarnya karena kondisi yang saat ini benar-benar sepi.
Ia menggelengkan kepalanya pelan dengan memandang dua orang yang sedang asyik berfoto ria dengan background parkiran. "Emang gitu ya kalo orang pacaran, dikit-dikit foto. Gue yakin ntar kalo putus susah buat ngehapusnya."
Tiara memasukkan cokelat dengan notes kecil tadi ke dalam tasnya.
"Lagian pacaran nggak kenal tempat, ya kalik foto di parkiran. Udahlah, bukan urusan gue juga." lanjutnya.Beberapa detik kemudian, laki-laki dan perempuan itu berbalik badan dan menuju ke parkiran untuk mencari motornya. Mereka menuju ke tempat Tiara berdiri dengan berjalan bergandengan.
Namun alih-alih mengabaikan, Tiara begitu terkejut melihat pasangan itu. Laki-laki dengan wajah tak asing itu tersenyum bahagia bersama pacarnya.
"Gilang? Loh, dia punya pacar?" gumamnya. Jarak mereka semakin dekat, Tiara membalikkan badan dan menggunakan tudung hoodienya. Ia mengambil ponselnya dan berpura-pura seolah sedang menunggu seseorang di parkiran.
Ternyata motor Gilang berada di dekat motor Tiara, hanya berjarak dua motor. Ia dapat mendengar kembali percakapan mereka.
"Sayang, kata temen aku yang ada di fakultas kamu, kamu lagi deket sama cewek yang namanya Nada ya?"
"Oh Nada. Iya aku cuma deket doang sebagai temen, nggak lebih. Pacarku cuma kamu sayang."
"Beneran ya, jangan selingkuh." ucap gadis itu dengan logat yang sengaja dibuat lucu.
'Bener-bener menggelikan!' batin Tiara.
"Iya sayang. Nada itu aku manfaatin doang untuk bantuin aku ngerjain tugas karena dia pinter, aku nggak ada perasaan sama sekali sama dia."
Setelah itu, mereka bergegas pergi untuk pulang dengan berboncengan di atas motor.
Tiara melepas tudung hoodienya, ia memandang Gilang dan pacarnya yang semakin menjauh. "Gila tuh cowok! Berani-beraninya php-in Nada. Awas aja, bakal gue bilangin ke orangnya!" geramnya. Firasatnya mengenai Gilang waktu pertama kali bertemu ternyata benar. Gilang bukan laki-laki tulus dan baik seperti yang dikatakan Tiara.
Tiara melirik jam tangannya lagi yang menunjukkan jam lima sore lebih. Kemudian ia terburu-buru memakai helmnya dan langsung pulang. Ia tak ingin mengecewakan Rafka karena telah berjanji akan ikut makan malam bersama.
.
.
.
.
Sesampainya di rumah, Tiara langsung melepas hoodienya di teras rumah dan memerasnya. Ia basah kuyup akibat hujan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...