"Jangan hanya kamu merasa nyaman akan suatu hubungan, kamu jadi membiarkan waktu terus berjalan tapi seseorang yang bersamamu itu sedang tersakiti. Memberi harapan palsu misalnya."
*****
Pukul 21:10
Tok..tok..tok...
"Iya sebentar." teriak mbak Asri dari dapur, ia berlari kecil menuju pintu depan. Kemudian membuka pintu.
"Eh Bapak udah pulang." sapa mbak Asri ketika melihat Pak Haris yang baru pulang dari perjalanan bisnis nya.
"Ara sama Rafka mana Sri?"
"Mbak Ara udah tidur Pak, kalo mas Rafka lagi keluar."
"Kemana?" tanyanya sembari mengambil air dan diikuti oleh mbak Asri yang memang menuju arah dapur.
"Kurang tau Pak, sama cewek tadi."Pak Haris tersenyum tipis, ia tahu jika Rafka pasti menemui seseorang yang ia suka. Pacarnya? Entahlah, yang Pak Haris tahu, mereka hanya dekat.
Pak Haris menuju kamar Tiara, hanya memastikan jika anak gadisnya telah tidur. Karena lampu kamar Tiara sengaja dimatikan, Pak Haris harus menyalakannya lebih dulu.
"Ara, udah tidur? Atau cuma rebahan aja?"
Tak ada jawaban. Pak Haris masih berdiri di ambang pintu kamar anaknya. Ia sengaja menunggu jawaban Tiara. Gadis itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Ara beneran udah tidur?"
Tiara masih terdiam, namun Pak Haris tahu jika anaknya belum benar-benar tidur.
"Yakin kamu nggak mau nemenin Papa makan martabak? Ini martabak keju loh. Yaudah deh Papa makan sendiri aja."
Mendengar kata 'martabak', Tiara langsung membuka selimutnya. Ia menatap Papanya yang berada di ambang pintu.
"Ah Papa, tau aja kelemahan Ara. Ara mana bisa nolak kalo Papa bawa martabak. Apalagi rasa keju."
Gadis berkaos putih dengan celana tidur panjang itu turun dari ranjangnya dan turun bersama Papanya untuk menikmati martabak keju.
"Ngomong-ngomong, tadi si Rafka cerita nggak dia mau keluar sama siapa?"
"Oh itu, bang Rafka jalan sama kak Zelda katanya." jawab Tiara sembari menikmati potongan pertama martabaknya.
Pak Haris mengernyitkan dahi, ia merasa asing dengan nama yang disebutkan Tiara. "Zelda siapa?"
Tiara menghentikkan aktivitas mengunyahnya. "Papa nggak tau? Bukannya bang Rafka kadang cerita dia lagi deket sama siapa?"
Pak Haris menggeleng pelan, "Abangmu itu cerita ke Papa kalo lagi deket aja, tapi dia nggak bilang siapa nama ceweknya. Bikin orang penasaran aja."
Tiara tersenyum mendengar hal itu dari Papanya. Ia malah merasa senang jika Papanya penasaran dengan masalah cinta dirinya juga Rafka. Itu pertanda bahwa Pak Haris mempedulikan mereka, bukan hanya sekedar penasaran. Meskipun Pak Haris lebih sering berada di kantor atau bahkan ke luar kota untuk urusan bisnis, tapi beliau tak lupa memperhatikan anak juga keponakannya. Yang lebih Tiara suka adalah sang Papa hanya menanyakan dan memberi beberapa nasehat jika sedang dekat dengan seseorang, selebihnya diserahkan pada anak-anak dan tak ingin ikut campur lebih dalam mengenai masalah hati mereka.
Beberapa menit kemudian suara ketukan pintu terdengar.
Tok..tok..tok..
"Sri, tolong kamu bukain pintu. Itu pasti Rafka." teriak Pak Haris untuk memanggil mbak Asri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...