"Move on memang butuh proses. Dengan keadaanmu yang sulit move on, ini membuktikan kalau perasaanmu tulus, sedangkan dia enggak."
*****
"Gue cuma mau bilang..."
Genta menggantung kalimatnya, sedangkan Tiara terdiam menunggu laki-laki itu melanjutkannya.
"Apa?"
"Tentang tugas Bu Heni lo nggak perlu ngeprint dan jilid karena udah gue selesein tadi."
"Oh iya, gue malah lupa. Makasih Ta."
"Dan...semangat Ra!"
"Hm? Semangat buat?"
"Buat semuanya."
Tutt...
Genta mematikan telponnya sebelum Tiara sempat mengatakan hal lebih. Kemudian Tiara melihat layar ponselnya, menatap nomor Genta sejenak dan menyimpannya.
"Gue nggak pernah kira bakal save nomer anak ini dan sekarang gue lakuin itu." gumamnya.
Ia sedikit terheran dengan ucapan dari Genta yang menyuruhnya untuk semangat. Dalam hal apa? Move on? Tentu saja ia selalu semangat untuk melupakan dan mengikhlaskan sang mantan meskipun pada akhirnya lelah hati dan berujung menyalahkan diri sendiri.
"Ra, move on emang butuh proses. Ngelupain mantan emang nggak bisa instan. Dengan keadaan lo sekarang, ini membuktikan kalo perasaan lo tulus, sedangkan dia enggak."
Tiba-tiba terlintas kembali ucapan Genta yang mengatakan padanya jika move on butuh proses. Meskipun setahun lebih Tiara mencoba untuk move on, namun ia percaya, sulit move on bukanlah suatu masalah, melainkan sebuah proses yang menjadikanmu lebih kuat untuk berpindah ke lain hati suatu saat nanti. Meskipun lama, suatu saat pasti berhasil. Dan Tiara percaya akan hal itu.
Tiara dengan iseng membuka kembali pesan-pesan lama dirinya dengan Jefra. Masih utuh, tak tersentuh sekalipun untuk dihapus. Sedikit demi sedikit Tiara mencoba untuk menghapusnya meskipun tak langsung semuanya. Ia harus yakin agar tak terlalu sakit nantinya.
"Putus udah dari setahun lalu, tapi ngehapus semua chat nya baru sanggup sekarang." gumamnya.
.
.
.Pukul 08:25
Tiara bersiap untuk berangkat kuliah. Ia memakai hoodie berwarna kuning, setelah itu ia mengeluarkan motornya. Saat akan menyalakan mesin, Tiara terkaget dengan suara teriakan Rafka dari dalam rumah.
"JAS HUJAN FHEY!" teriak Rafka.
"BERES BANG!" balas Tiara dengan suara yang tak kalah keras.
Tiara bergegas menuju kampus. Setelah dua puluh lima menit berkendara akhirnya ia sampai. Tiara melepas helmnya dan turun dari motornya. Begitu membalikkan badan ia dibuat terkejut oleh sosok laki-laki di belakangnya.
"Eh, Farel? Lo ngapain berdiri di sini?"
Laki-laki bernama Farel itu tersenyum manis padanya. "Pagi Ara."Tiara tersenyum canggung. "Emm..iya pagi Rel."

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Dla nastolatkówSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...