07:15
Arsen : "Ra, gue otw rumah lo. 15 menit lagi nyampe."Tiara hanya membaca pesan itu. Ia sudah siap dari beberapa menit yang lalu. Baginya membuat seseorang menunggu sangat tidak nyaman. Jadi ia tak ingin membuat Arsen juga menunggu dirinya hanya untuk siap-siap.
"Bang Rafka sama Papa kemana mbak?" tanya Tiara seraya menuangkan segelas air putih di gelasnya. Ia celingukan mencari sosok kedua pria itu di rumahnya. Ia merasa rumahnya begitu sepi di hari sabtu ini. Biasanya Pak Haris dan Rafka akan sarapan bersama dirinya, namun kali ini tidak.
Mbak Asri berjalan dari dapur dengan membawa sepiring nasi goreng pedas. "Tadi Bapak sama mas Rafka keluar jam 6 mbak. Mau lari pagi katanya."
"Tumben Papa mau diajak lari pagi. Oh iya Papa nggak bilang sesuatu gitu?"
"Iya mbak, mumpung ada libur katanya. Bapak tadi bilang kalo mbak Ara udah bangun langsung buatin sarapan dan nggak usah nunggu Bapak sama mas Rafka pulang."
Tiara mengangguk pelan. "Ini udah pedes kayak biasanya kan mbak?"
"Iya seperti level pedas mbak Ara, cabe 6." jawab mbak Asri dan kemudian menuju dapur.Tiara menikmati sarapan buatan mbak Asri. Baginya, nasi goreng buatan mbak Asri tiada tandingnya, dan itu mengingatkannya pada masakan Mamanya. Dulu sebelum orang tua mereka bercerai, Mama Tiara sering sekali memasakkannya nasi goreng pedas, namun setelah adanya konflik dalam keluarganya, mbak Asri lah yang membuatkannya nasi goreng. Jangan ditanya mengenai perasaan rindu Tiara pada Mamanya. Beberapa kali ia sering teringat dengan Bu Laras ketika sedang kumpul bersama Pak Haris dan Rafka. Selain itu juga pada saat makan nasi goreng pedas buatan mbak Asri. Namun mau bagaimana lagi? Terbesit di benak Tiara jika mungkin hanya ia yang rindu sendiri, sedangkan Mamanya tidak.
Ponsel Tiara tiba-tiba berdering.
Arsen is calling...
"Ra, gue udah sampe."
"Oke gue keluar sekarang."
Tiara menutup sambungan telepon yang begitu singkat itu.
"Mbak Asri, Ara mau keluar dulu ke rumah Nada. Nanti kalo Papa nanyain, bilang aja hari ini Nada ulang tahun ya mbak."
Mbak Asri mengangguk sembari tersenyum. "Hati-hati di jalan." pesannya.
Setelah itu Tiara mengambil tas selempangnya di meja ruang tamu yang telah ia siapkan tadi dan siap menemui Arsen yang telah menunggunya. Namun saat akan pergi menuju pintu, seorang gadis tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu rumahnya.
"Ara, lo mau pergi?" tanya gadis itu.
Melihat gadis itu, raut Tiara tiba-tiba berubah. Ia memandang sinis gadis itu. Ia terkejut karena tak tahu sejak kapan gadis itu datang ke rumahnya. "Ngapain lo disini?"Gadis itu melangkahkan kaki masuk ke ruang tamu Tiara. "Ra, bentar gue mau ngomong." ucapnya dengan meraih pergelangan tangan Tiara untuk mencegahnya agar tidak pergi.
Tiara menepis tangan gadis itu. "Apa sih Ghe? Gue pikir kita nggak ada bahan buat diomongin."
"Tapi Ra, dengerin dulu."
Tiara menghela napas pelan, ia berusaha tenang bicara dengan Ghea. Entah bagaimana bisa Ghea tahu rumahnya.
"Tau dari mana lo rumah gue?"
"Dari Mama. Gue nanya ke Mama dan bilang mau ketemu sama lo." jujur Ghea dengan menatap Tiara. Sedangkan gadis yang diajak bicara tersebut tak memandangnya sama sekali.
"Mau ngomong apa? Gue mau pergi dan nggak ada waktu banyak." ucapnya sembari melihat jam tangannya.
Ghea berdehem pelan, ia seakan ingin menjelaskan sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...