"Biarkan mereka hanya tahu dirimu yang ceria, tanpa tahu apa yang kamu pendam. Beruntunglah mereka memiliki kamu yang berusaha menyenangkan hati mereka, tanpa tahu ada yang sedang patah dalam dirimu."
*****
Arsen keluar untuk menerima telpon dari Dimas. Sedangkan Tiara masih setia duduk di samping ranjang Genta dan memandangi wajahnya.
"Ta, kalo lo bangun, gue janji bakal kasih tau gimana perasaan gue ke lo. Jadi lo harus bangun dan-"
Ucapan Tiara terhenti ketika Genta merespon genggaman tangannya. Laki-laki itu refleks melepaskan genggaman tangan Tiara, ia baru saja sadar.
"Ta, lo nggak papa?" tanya Tiara spontan. Hanya kalimat itu yang terpikirkan oleh Tiara ketika melihat Genta membuka matanya.
Genta mencoba bangkit dan mendudukkan diri, Tiara pun membantunya. Namun pandangan Genta terlihat aneh. Ia memandang Tiara dengan tatapan berbeda. Bukan seperti Genta yang menatap Tiara seperti dulu.
Tiara seolah merasa tersudutkan oleh tatapan laki-laki itu. "Ta, kok lo liatin gue kayak gitu?"
Genta diam sejenak, dia memandang Tiara serius dari atas kepala hingga kaki. Ia benar-benar sedang mencermati sosok Tiara.
"Lo siapa? Lo kenal gue?" tanyanya dengan menunjuk Tiara dan kemudian berganti menunjuk dirinya sendiri.
Tiara mengernyitkan dahi, ia mendadak bingung dengan situasi ini. "Kok lo ngomong gitu sih Ta. Ini gue, Ara."
Genta memegang kepalanya sendiri, ia berusaha mencari ingatan mengenai gadis itu. "Ara siapa? Temen gue?"
Deg.
Tiara terkejut mendengar pertanyaan Genta. "Lo lupa sama gue?"Genta terdiam lagi. Pikirannya mencoba mencari tahu siapa sosok gadis yang berada di dekatnya saat ini. Merasa ingat akan sesuatu, Genta melebarkan matanya. "Ah iya, gue inget. Lo Ara, kan?" ucapnya dengan menunjuk Tiara yang masih berdiri di posisi yang sama.
Dengan cepat Tiara pun mengangguk, "Iya gue Ara. Lo nggak lagi nge-prank kan Ta? Ini nggak lucu."
"Lo Ara temen kecilnya Daniar bukan? Tapi kok lo bisa ada di sini?"
Tanpa disadari Tiara mundur dua langkah, seolah refleks untuk sedikit menjauh dari Genta. Kedua alis Tiara saling bertaut. Ia benar-benar dibuat bingung dengan sikap aneh dari Genta. Namun ia masih terdiam dan hanya mendengarkan perkataan Genta. Ia tak mengerti kenapa laki-laki itu bisa-bisanya menyebut dirinya teman kecil Daniar.
Sedangkan Genta, ia sudah berusaha semaksimal mungkin mengingat nama Ara benaknya. Namun seingatnya hanya satu orang yang terlintas di pikirannya. Ara, teman kecil Daniar. Mantan pacarnya itu pernah menceritakan mengenai teman masa kecilnya yang bernama Ara. Jadi Genta pikir Tiara adalah orang itu.
"Ta, kok lo ngarang gitu sih? Ini gue, Tiara El Fheyla, temen kampus lo!" tegas Tiara dengan menekankan tiap kata yang diucapkannya.
"Jadi lo bukan Ara yang gue maksud?"
Tiara menggeleng kuat. "Gue Tiara El Fheyla. Bukan Ara yang tadi lo omongin. Lo pasti bercanda kan Ta? Masak lo bisa lupa sama gue?"
Genta menatapnya dengan raut datar, kemudian ia menggelengkan kepala. "Sorry, gue nggak inget siapa lo."
Tiara mendekat ke arah Genta, ia memegang bahu kirinya. "Ta, liat gue baik-baik. Ini gue Ara, kenapa lo bisa nggak inget sama gue?!"
Merasa tidak nyaman dengan sikap Tiara, Genta pun menepis tangan gadis itu dari bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...