Beberapa bulan kemudian...
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, Tiara, Arsen dan Nada lalui. Kini tinggal Ujian Nasional untuk menentukan kemana nasib akan membawa mereka. Hari ini adalah Ujian Nasional hari terakhir. Tiara dan yang lainnya sedang berjuang agar bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan maksimal.
*****
Setelah ujian berakhir, mereka tak langsung pulang, melainkan pergi ke kafe terlebih dulu. Nada mengipas-ngipaskan tangannya sendiri di depan wajahnya. Cuaca yang cukup panas akhirnya membuat mereka duduk di kafe untuk menikmati segelas minuman dingin.
Tiga minuman yang baru saja datang langsung mereka seruput bersamaan.
"Panas banget sih hari ini. Nggak-"
"Nggak ngerti gue."
"Nggak ngerti gue."
Potong Tiara dan Arsen bersamaan kemudian mereka tertawa bersama. Mereka sudah hafal betul perkataan Nada disaat seperti ini.
Nada memandang Arsen dan Tiara secara bergantian. Mereka berdua duduk di depannya. "Seneng banget ya kalian kalo di suruh ngikutin omongan gue."
Tiara meletakkan segelas cokelat dinginnya di atas meja, kemudian menatap Nada.
"Eh Nad, gue kasih tau ya, nggak semua hal harus lo ngerti. Kayak cuaca hari ini, lo mungkin berpikir harus ngertiin cuaca sekarang, tapi cuaca? Dia nggak ngertiin lo, kan? Buktinya sekarang panasnya sampe..." ucapan Tiara menggantung, ia membuka ponselnya dulu untuk melihat berapa derajat suhu hari ini.
"Sampe 38 derajat." sambung Arsen.
"Nah iya, 38 derajat." sahut Tiara.
Nada tersenyum tipis, "Iya Ra paham kok, itu sama aja kayak kita bisa ngertiin semua orang, tapi nggak semua orang bisa ngertiin kita, gitu kan?"
Mendengar hal itu Tiara mengangkat jari telunjuk dan jempol kemudian mengarahkannya pada Nada. "Bingo!! Lama-lama lo kayak bang Rafka deh, suka banget nyamain kata-kata gue sama hal lain."
Nada hanya tersenyum mendengar Tiara yang menyamakannya dengan abang sepupunya itu.
"Btw, masih suka lo sama bang Rafka?"
Nada menggeleng pelan sembari menyesap minumannya, setelah itu meletakkan gelasnya di meja. "Dulu sih suka, tapi ya suka-suka aja gitu. Lagian bang Rafka udah punya pacar kan, ya kalik gue mau jadi pelakor."
Uhukk-uhukk!!!
Entah kenapa tiba-tiba Arsen terbatuk mendengar nama Rafka.
Nada dan Tiara seketika memandangnya heran. "Makanya kalo minum pelan-pelan mas Arsen." ucap Nada dengan menepuk pelan punggung tangan Arsen."Nggak pacar sih, cuma deket doang katanya." sahut Tiara mencoba meluruskan perkataan Nada tadi.
Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki berseragam SMA yang dibalut dengan jaket abu-abu seperti mereka memasuki kafe itu. Ia bersama seorang gadis. Karena posisi duduk Arsen dan Tiara membelakangi pintu kafe, jadi Nada adalah orang pertama yang melihat laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...