"Semua orang bisa memilih untuk mengakhiri suatu hubungan. Tapi hanya orang-orang tertentu yang memilih untuk mempertahankan hubungan itu."
*****
Jefra memandangi pesan Tiara pagi tadi. Ia sama sekali tak membalasnya.
DRTDRTT...
2 pesan masuk.Jefra sedikit terkejut karena ada pesan masuk, ia kira itu adalah pesan dari Tiara lagi. Laki-laki itu mengernyitkan dahi saat melihat notifikasi pesan masuk yang bersamaan. Ia membuka satu persatu pesan tersebut.
21:05
Nada : "Gila lo Jef! Nggak cukup nyakitin perasaan Ara?! Nggak usah drama deh, pake nggak masuk sekolah segala! Di sini Ara korbannya, jadi nggak usah bertingkah seolah lo yang tersakiti!"21:05
Arsen : "Gue mau besok lo minta maaf sama Ara dan jelasin ke dia alasan kenapa lo nggak masuk hari ini. Berhenti buat Ara menderita dengan sikap pengecut lo ini."Jefra menghela napas. Ia sedikit tersenyum, bukan senyum jahat, melainkan sebuah senyum kelegaan.
"Lo beruntung Ra punya sahabat kayak mereka. Gue harap lo bisa tetep bahagia tanpa gue sekalipun." gumamnya.
Jefra bisa memahami kemarahan yang terselubung dari kedua pesan yang baru ia terima dari Arsen dan Nada. Dua sahabat dari mantannya itu pasti kesal dengan sikap pengecutnya hari ini karena tak masuk sekolah. Bahkan Jefra tak begitu memikirkan bagaimana bisa Arsen dan Nada mengiriminya pesan dengan maksud yang serupa dalam waktu yang bersamaan. Apakah mereka janjian? Atau hanya sebuah kebetulan? Entahlah. Yang Jefra tahu, mereka lebih dari sekedar kata kompak.
*****
Pukul 06:30
Jefra berangkat sekolah dengan biasa seolah tak terjadi apapun, ia melirik motor yang terparkir di sampingnya. Motor yang tak asing baginya. Jefra menghela napas, ia baru sadar jika sekarang Tiara telah menggunakan motor untuk ke sekolah. Terbesit sedikit rasa bersalah, bukan hanya tentang tugas kelompok kemarin, namun semuanya, terutama tentang berakhirnya hubungan mereka.
Namun harus bagaimana lagi? Hatinya merasa sudah tak cocok lagi dengan Tiara, apalagi untuk dipaksakan lebih jauh lagi, ia merasa tak bisa. Keputusan itu ia ambil bahkan tanpa berpikir panjang mengenai dampak apa yang akan Tiara alami.
Di kelas seperti biasa, Jefra langsung duduk di kursinya. Ia melirik ke kursi Tiara yang kosong. Gadis itu entah pergi kemana, namun tasnya berada di kursi.
Beberapa menit kemudian Tiara datang bersama Nada dan Arsen. Gadis itu berusaha sama sekali untuk tak memandang Jefra. Baginya, menatap Jefra membuat hatinya semakin sakit, ia berharap cepat lulus dari sekolah ini agar tak melihat Jefra lagi.
"Tumben lo Ra mau nungguin kita, biasanya kalo abis berangkat langsung ke kelas." ucap Arsen, kemudian mendudukan diri di kursi depan Tiara.
"Nggak papa, males aja kalo berangkat pagi tapi kelas masih sepi." jawabnya.
Jefra berdiri dari duduknya dan menghadap Tiara. Membuat tiga orang yang sedang mengobrol itu berhenti dan memandang heran Jefra.
"Kita perlu bicara Ra." ucap Jefra seraya menarik pelan tangan Tiara dan membawanya keluar kelas.
Mereka berada di depan perpustakaan.
Tiara memandang tangannya yang masih digenggam Jefra. "Lepasin Jef, nggak ada alasan lo buat megang tangan gue...lagi."Sadar akan hal itu, Jefra melepaskan tangannya yang memegang tangan Tiara.
"Soal kemarin, gue minta maaf Ra. Kemarin gue emang pengecut dengan sengaja nggak berangkat sekolah. Gue tau pasti keadaan lo kacau karena harus maju dan presentasi sendiri, gue-"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Teen FictionSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...