Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Arsen membalikkan badan dan pergi meninggalkan Gilang. Saat itu juga, Gilang mendekat ke arah Arsen dan berniat memukulnya, tapi Tiara menggagalkannya.
"ARSEN, AWAS!!!" teriaknya sekeras mungkin. Ia berusaha mencegah hal buruk terjadi pada sahabatnya.
Arsen mendengar itu dan mengerti kode yang diberikan Tiara. Seketika ia berbalik dan menghindari pukulan Gilang hingga Gilang jatuh tersungkur akibat dorongan tubuhnya sendiri yang tadi hendak memukul lawannya.
Kemudian Arsen menaikkan sudut bibirnya, ia terlihat meremehkan Gilang. "Lo cuma cowok menyedihkan yang bisanya manfaatin Nada karena dia lebih pinter dari lo. Gue kira bukan cuma otak lo yang bodoh, tapi sikap lo juga!"
Gilang menatap Arsen sinis, "Apa lo bilang? Menyedihkan?!"
"Jangan pernah main-main sama gue dan sahabat gue, atau lo akan tau akibatnya!" gertak Arsen dan kemudian ia pergi menghampiri Tiara.
"HAISH!" teriak Gilang marah dan kemudian ia berdiri dan juga berlalu pergi.
Tiara menatap iba wajah Arsen yang saat ini terluka. Sedangkan Arsen malah tersenyum seolah ini bukan masalah besar, padahal Tiara tahu jika laki-laki itu menahan sakit akibat beberapa darah yang muncul di wajahnya.
Kemudian ia menarik tangan Arsen untuk menuju motornya. "Sekarang ambil motor lo dan ikut gue." ucap Tiara.
Arsen mengernyitkan dahi, "Ikut lo ke mana?"
"Ke rumah gue lah. Lo mau pulang dengan wajah kacau kayak gitu?! Buruan ambil motor dan ikut ke rumah gue!"
Ucapan Tiara ada benarnya juga. Jika ia pulang dengan wajah seperti ini, Ibunya pasti akan bertanya-tanya dan akan memarahinya akibat berkelahi. Meskipun terlihat garang saat marah, namun Arsen tetaplah Arsen, sahabat Tiara dan Nada yang tak akan menyakiti mereka berdua, justru ia membela dan melindungi dua gadis yang telah bersamanya bertahun-tahun. Rasa sayang Arsen pada Tiara dan Nada telah terukir dan mereka berdua termasuk dalam orang-orang yang ingin Arsen lindungi.
Tak ingin berlama-lama, Arsen pun menuju motornya yang tak jauh dari motor Tiara diparkir. Mereka berdua menuju rumah Tiara.
*****
"Aduh sakit Ra! Pelan-pelan napa." keluhnya dengan meringis kesakitan.
Tiara menghentikkan tangannya. Ia sedang membersihkan luka di wajah Arsen dan menyeka darah kering di sudut bibirnya juga."Lo kenapa sih Sen bertindak sejauh ini?" tanyanya dan kemudian melanjutkan aktivitasnya untuk membersihkan luka.
"Lo pasti tau Ra kalo dengan Nada deket sama Gilang itu sama aja matahin hati gue. Apalagi tau kalo Gilang nyakitin Nada, gue nggak bisa diem aja."
Tiara mengoleskan salep luka pada pelipis kiri Arsen. Ia tak tega melihat wajah sahabatnya babak belur seperti ini, meskipun tak parah tapi pasti sakit.
"Makanya itu Sen, kenapa lo nggak nyatain perasaan lo aja sama Nada? Kenapa harus dipendem sendiri?"
Mendengar itu, membuatnya tersadar akan satu hal. Arsen memegang tangan Tiara dengan refleks dan membuatnya berhenti. "Bentar Ra. Seinget gue, gue nggak pernah cerita sama lo kalo gue suka sama Nada. Lo tau dari mana?"
Tiara tersenyum tipis sembari melepaskan tangannya dari tangan Arsen. "Sen, gue ini kenal lo dari SD. Nggak ada yang tau lo lebih baik dari gue. Sejak kita SMA, pandangan lo ke Nada udah beda. Dan gue tau itu." jawabnya dengan memasangkan plester berwarna coklat ke pelipis kiri Arsen.
"Jadi seharusnya kemarin gue yang tanya, emang lo baik-baik aja lihat orang yang lo sayang deket sama yang lain?" lanjutnya.
Arsen terdiam. Ia seakan tak bisa berkata-kata. Ternyata Tiara mengetahui perasaannya pada Nada bahkan sebelum ia bercerita.
"Sebenernya enggak Ra, tapi gue-"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Novela JuvenilSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...