"Siapapun yang di rumah, Ara pulang." ucap Tiara begitu masuk ke rumah bersama Arsen.
"Eh, mbak Ara udah pulang. Makanannya udah siap mbak." sambut mbak Asri yang datang dari dapur.
"Mbak, kita cuma berdua, Nada nggak bisa dateng. Maaf karena bikin mbak Asri jadi masak sebanyak ini." ujar Arsen karena merasa tak enak.
Hari ini Tiara meminta dua sahabatnya datang karena Papa dan Rafka akan pulang larut malam, jadi ia tak akan memiliki teman makan. Salah satu hal berharga bagi Tiara adalah makan bersama. Sederhana memang, namun sangat berarti bagi seorang gadis yang kedua orang tuanya telah bercerai dan sang Papa sibuk akan pekerjaannya. Maka dari itu ia meminta mbak Asri untuk memasak lebih agar bisa makan bersama Arsen dan Nada. Kedua sahabatnya itu bisa dibilang lebih sering menemaninya untuk makan bersama ketimbang bersama Papa dan abangnya sendiri.
"Nggak papa mas Arsen." sahut mbak Asri dengan santai. Ia tak begitu mempermasalahkan kedatangan Nada.
.
.
.
"Wih mantap nih mbak Asri masak ayam goreng crispy." puji Arsen saat ayam goreng yang telah disajikan oleh mbak Asri."Kapan sih lo nggak bilang mantap sama masakannya mbak Asri?"
"Nggak pernah kayaknya, haha!" jawabnya dengan tertawa kecil.
Arsen dan Tiara mendudukkan diri di meja makan. Tanpa perlu berpikir, mereka berdua langsung mengambil piring dan nasi agar bisa segera mengisi perut.
"Sen, kok perasaan gue nggak enak ya tentang cowok yang namanya Gilang tadi."
Tiara memulai obrolan diantara mereka sembari mengambil makanan yang tersedia diatas meja. Mereka tak ingin masakan mbak Asri sia-sia begitu saja.
"Nggak enak gimana Ra? Lo ngerasa ada yang aneh tentang Gilang?" respon Arsen sembari sibuk memilih ayam goreng di depannya.
Tiara mengangguk. "Ya aneh aja gitu, dari tatapannya udah beda, kayak nggak tulus gitu ke Nada."
Arsen seketika tertawa mendengar ucapan Tiara. "Hahaha! Jangan ngarang lo. Emang lo bisa nilai ketulusan orang hanya dengan sekali ketemu?"
Tiara terdiam sejenak. Ia tak bisa menyimpulkannya dengan pasti. "Ya nggak juga sih. Tapi kan-"
"Ra, yang penting Nada bahagia itu udah cukup buat gue. Kalo dia emang suka sama Gilang yaudah itu hak dia. Kita sebagai sahabat cuma bisa dukung dia."
Mendengar ucapan Arsen membuat Tiara berhenti berkomentar mengenai Gilang. Semua opini negatifnya seakan terhempas dari benaknya. 'Kita sebagai sahabat cuma bisa dukung? Bener juga sih.' batin Tiara. Ia mencoba menghilangkan pikiran negatifnya mengenai Gilang dan berusaha yakin jika Nada mungkin bisa bahagia dengan Gilang.
.
.
.
.DRTDRTT...
DRTDRTT...Nada is calling...
"Halo Ra, kayaknya Gilang suka sama gue. Tadi setelah dari toko buku, dia nanyain kapan bisa jalan lagi sama gue." sapa Nada melalui telpon tanpa basa-basi.
"Seriusan? Terus lo jawab apaan?"
"Gue bilang mau! Terus dia nanyain gue punya pacar apa enggak, terus dia nganterin gue pulang. Pokoknya dia nunjukkin tanda-tanda buat deketin gue deh."
"Eh cieee. Temen gue otw nggak jomblo lagi nih."
"Hahaha bisa aja lo. Menurut lo gimana kalo dia nembak gue?"
"Kok nanya gue sih? Perasaan lo gimana? Lo suka nggak? Kalo ngerasa cocok ya lanjutin, gue ikut bahagia sebagai sahabat lo Nad."
"Gue? Emmm tertarik sih. Gue rasa Gilang cowok yang baik dan ramah. Gue ngerasa dijaga kalo sama dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Novela JuvenilSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...