Pukul 14:15
Hari ini adalah hari ketujuh pasca Genta tak ada kabar. Tiara semakin khawatir tentang laki-laki itu. Tentu saja ia bersedih dengan hilangnya Genta begitu saja. Teman-teman satu kelasnya pun tak ada yang tahu di mana Genta sekarang. Terutama Dimas, ia jadi bingung ketika beberapa dosen menanyakan masalah absen kehadiran Genta padanya.
Arsen dan Nada juga lebih sering menghibur Tiara. Mereka tak ingin Tiara terlalu terfokus memikirkan Genta dan menjadi sedih karenanya.
Setiap hari Tiara tak melewatkan untuk mencoba menelepon Genta. Meskipun jawabannya tetap sama, ponsel laki-laki itu masih mati.
Hari ini Tiara berangkat kuliah bersama Arsen. Meskipun Arsen dan Nada semakin dekat lebih dari sahabat, namun Nada tak pernah cemburu dengan kedekatan Arsen dan Tiara. Mereka sudah berteman lama sejak SD. Bahkan Tiara yang lebih dulu mengenal Arsen.
"Ra, helmnya dipake."
Tiara mengangguk dengan raut datar.
"Sen, kalo Genta nggak balik gimana? Dia pergi kemana sih sebenernya?" tanya Tiara dengan suara lirih. Tiba-tiba air matanya menetes begitu saja. Ia sudah menahannya sejak hari pertama Genta tak ada kabar. Meskipun terkadang ia menangis tanpa teman-temannya tahu, namun ini kali pertama Tiara menunjukkan kesedihannya dengan menangis di depan Arsen.Arsen pun tak tega melihat sahabatnya menangis karena lelaki. Ia juga tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia dan Dimas sudah berusaha mencari kabar Genta, namun nihil, tak ada petunjuk sama sekali.
"Ra, Genta pasti balik kok. Dia nggak akan pergi ninggalin lo gitu aja. Gue yakin dia punya alesan ngelakuin ini."
Tiara mengusap air matanya, "Apapun yang terjadi, gue bakal nunggu Genta balik. Gue akan minta dia jelasin semuanya!" tegasnya dengan mata berkaca-kaca.
Arsen mengangguk. Disaat seperti ini, dukungan dari ia dan Nada adalah yang paling dibutuhkan Tiara. Gadis itu mendadak lemah jika menyangkut masalah hati. Meskipun terkadang Tiara sering memendamnya sendiri, namun sebenarnya ia butuh telinga untuk mendengar keluh kesahnya bahkan tanpa harus ditanya lebih dulu.
Sesampainya mereka di kampus, Tiara dan Arsen terheran melihat kondisi kelasnya. Para mahasiswa berkumpul dan berkelompok.
Tiara melihat jam di tangannya untuk memastikan bahwa ia dan Arsen tidak terlambat. "Sen, kita belum telat, kan? Ini kenapa pada ngumpul gitu? Apa Bu Heni bikin kelompok lagi?"
Arsen menggeleng. "Nggak ada pemberitahuan tentang kerja kelompok Ra. Lagian Bu Heni belum dateng."
Beberapa saat kemudian, Dimas muncul dari salah satu kelompok yang sedang berkumpul itu. Ia menghampiri Tiara dan Arsen dengan raut yang seakan mengkhawatirkan sesuatu. Ia memandang Tiara dan Arsen bergantian.
"Gue tau di mana Genta sekarang."
Kedua alis Tiara terangkat bersamaan, ia terkejut mendengar kabar bahagia itu.
"Di mana dia sekarang Dim?!" tanya Tiara penasaran.
Dimas terdiam, ia menunduk sejenak dan ragu untuk mengatakannya pada Tiara.
"Dim, di mana Genta?!" giliran Arsen yang bertanya.
"Genta ada di rumah sakit." jawab Dimas pelan.
Mendengar itu, Tiara mundur beberapa langkah, kemudian ia berbalik dan pergi begitu saja.
"Rumah sakit mana Dim?"
"Rumah Sakit Permata Sen. Mendingan lo temenin Ara buat kesana."
Arsen mengangguk, dan ia berbalik untuk menyusul Tiara. Namun ucapan Dimas menghentikkan langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
JugendliteraturSebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi di balik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan ke...