Bab 4 : Karyawan Biasa

43.9K 2K 13
                                    

"Hei, gue ga nyangka bisa ketemu lu lagi di sini."

Gue langsung menoleh ke samping dan menatap tepat ke kedua mata biru itu lagi. Mata yang mampu menghipnotis gue.

"Umm.. well. Thanks buat bunga lu kemarin." Kata gue sambil tersenyum.

"Ga usah terima kasih. Itu buat permintaan maaf gue." kata Gary sambil memamerkan gigi-gigi putih dan rapinya.

Gary terlalu easy going dan itu malah membuat gue jadi salah tingkah! Untung saja suara Arnold yang menyajikan kopi gue langsung menyadarkan gue kembali.

"Wah, ternyata pasangan yang membuat kehebohan kemarin datang lagi ya. Jadi, apa jawabannya Merlyn?" goda Arnold.

Ugh, sial!

"Saya ditolak..." kata Gary memasang muka sok-sok sedih.

"Benarkah?" tanya Arnold ga percaya.

Gue malah kesal dengan mereka berdua. Ck, bisa-bisanya mereka malah membicarakan hal memalukan kemarin dengan santainya. Menyebalkan! Gue langsung meninggalkan mereka berdua, dan duduk di pojokan, tempat yang sama seperti kemarin bersama Gary.

"Hei hei... gitu aja ngambek." Kata Gary yang sudah mengambil tempat duduk di hadapan gue.

"Siapa juga yang ngambek."

"Itu... lu ngambek." Kata Gary sambil menunjuk ke arah dahi gue.

Ugh, kenapa Gary tau kalau gue ngambek punya kebiasaan mengerutkan dahi! Kenapa dia seakan-akan tahu banyak hal tentang gue sih???

"Sok tau lu!"

"Gue emang tau kali. Hehehe.." kata Gary sambil terkekeh.

Terserah dia deh. Eh, tapi bukannya ini sudah jam satu ya? Kok Gary masih ada di kafe? Bukannya dia kerja? Pakaiannya saja masih lengkap.

"Lu ga kerja?" tanya gue.

"Lagi kabur."

Kabur?

"Dari?"

"Nyokap gue! Lu sih, gue ajak nikah ga mau. Kalau lu mau, sekarang ini gue pasti lagi duduk di kursi gue dengan nyaman."

Oooohhhh...

Hebat sekali ibunya, sampai datang ke kantor hanya karena anaknya belum mau menikah! Eh... tunggu sebentar. Ibunya Gary sampai datang ke kantor? Memangnya tidak masalah? Tidak menganggu pekerjaan? Apa jangan-jangan....

"Pekerjaan lu apa sih Gar?" tanya gue.

"Menurut lu apa? Gue udah pake kemeja, celana bahan, sepatu mengkilap. Ditambah dasi sama jas. Ya masa gue kuli bangunan?" kata Gary malas.

"Ih, gue seriusan kali."

"Gue juga serius kali!"

Sebal deh kalau sudah begini.

"Jangan bilang lu Cuma karyawan biasa. Gue ga percaya!" kata gue sambil menatap Gary tajam.

"Yah, gue emang Cuma karyawan biasa. Kerja di kantor dari jam delapan sampai jam lima. Biasa kan? Emang lu berharap apa?"

Ya gue kira, Gary itu pemilik perusahaannya. Atau mewarisi perusahaan keluarganya. Melihat betapa rapi dan gayanya yang sudah mencerminkan eksekutif muda. Tapi yang membuat gue lebih yakin lagi, cerita Gary tentang ibunya yang datang ke kantor dan kaburnya dia dari kantor. Kalau karyawan biasa, jelas tidak akan berani kabur!

"Serius?" tanya gue ga percaya.

"Serius lah!" kata Gary mantap.

Gue mulai percaya, tapi tiba-tiba seorang pelayan menghampiri kami dengan buru-buru.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang