Gary POV
Gue berasa ada di pengadilan. Pria paruh baya yang memukul gue tadi itu berdiri tepat di depan gue. Auranya mendominasi ruangan ini. Di sampingnya, ada seorang wanita yang gue rindukan selama lima tahun ini. Merlyn.
Sedangkan Alva? Dia hanya duduk di samping ranjang dan dengan santainya, dia memberikan gue segelas air. Sepertinya hanya gue yang merasa terintimidasi.
"Saya tidak akan meminta maaf untuk apa yang telah saya lakukan! Dia sudah seperti putri saya sendiri, dan siapapun yang melukainya, pantas untuk mendapatkan pelajaran!" kata pria itu tegas.
"Paaa... kalau Gissel tau Opanya bicara seperti itu, dia bisa marah loh! Apalagi ke ayahnya sendiri. Papa ga akan dapat ampun." tegur Merlyn.
Sebenarnya gue pingsan berapa lama? Kok gue ga mengerti ya apa yang mereka bilang??? Maksudnya apa?
"Gissel kan sedang ga ada di rumah!" balas pria itu.
"Eittsss... Opa calah! Gissel ada di rumyah!!!"
Gue, Alva, pria paruh baya itu dan Merlyn segera menoleh ke arah pintu. Dia anak perempuan yang menolong gue tadi kan? Hahaha... lucu sekali! Gue ingat anak ini sampai merentangkan tangannya untuk melindungi gue. Ah... Dia ini anaknya Merlyn kan?
Rasanya sedih sekali tahu Merlyn sudah mempunyai anak, dan bahkan punya mertua. Dan mertuanya yang tadi menghajar gue. Ahhh... gue jadi menyesal datang ke Bali.
"Kok Gissel di rumah?" tanya pria paruh baya itu kaget, seperti terpergok.
Sambil berkacak pinggang, anak perempuan itu melotot menatap Opanya.
"Merasa menang sudah mengusir aku dan si kembar keluar dari rumah, Ares?" tanya seorang wanita paruh baya.
Siapa lagi ini? Istrinya pria paruh baya ini? Berarti ibu mertuanya Merlyn ya?
"Loh Rina! Kenapa kamu di sini?!" tanya pria paruh baya, yang ternyata namanya Ares ini.
"Gerald bilang kita harus balik ke rumah karena Mamanya sedang kuatir setengah mati, apalagi karena Opanya terlihat aneh!" tambah Tante..... Rina?
Malu-malu, ada lagi yang muncul dari balik pintu. Seorang anak lelaki yang ... Astaga! Benar-benar jiplakan gue waktu kecil!!! Kalau gue foto anak itu dan mengirimkan fotonya ke Mama, pasti Mama akan mengira kalau itu adalah gue! Benar-benar mirip.
Merlyn menghela nafas berat, sebelum akhirnya dengan senyum terkembang dia duduk di pinggiran ranjang dan memanggil kedua anak kecil itu.
"Gerald... Gissel... ayo kenalan sama Papa kalian!!!" teriak Merlyn.
Papa?
"PAPAAAAA!!!!" teriak kedua anak itu lalu melompat ke arah gue.
Masih terbengong-bengong, kedua anak itu sudah bergelayut manja dan menciumi pipi gue. Jujur saja, rasa sakit habis dipukul tadi itu masih SANGAT TERASA. Tapi rasa sakit itu semua terkalahkan dengan rasa penasaran gue. Jujur, maksud ini semua apa?!
Pletakkkk
Aduhhhh!
"Heh CEO Hadinata Company, kok bloon gitu sih! Mereka itu anak-anak lu! ANAK-ANAK LU GARY!!!" kata Alva setengah berteriak.
"Eehhhh... Om! Jangan pukul-pukul kepala Papanya Gerald!!!" usir si anak lelaki.
Tunggu.... gue Papa mereka?
"Pa... pa... Mama bilang, Papa Gissel itu gantyenggg bangyeeettt! Telnyata emang gantyenggg bangyettt!!!" kata anak perempuan yang sudah duduk di pangkuan gue dan menatap mata gue bersinar-sinar.
Matanya yang berwarna biru itu sama seperti mata gue.
"Terus, kata Mama, Papa itu jago karate!!! Mama juga bilang Papa punya mobil keren banget, emang benar Pa?" tanya anak lelaki yang sudah duduk di samping gue dengan mata yang tidak kalah berbinar.
Gue benar-benar Papa mereka?
Gue menatap Merlyn penuh tanya, dan hanya diangguki saja. Setelahnya Merlyn malah mengajak semua orang keluar, termasuk Alva.
"Pa... kok bengong sihh!?" tanya Gerald penasaran.
"Ehh.. Ah iya. Ga jago-jago amat kok. Biasa aja.. hehe..." kata gue canggung.
"Iya... biasa aja Gelal! Soalnya tadi Papa dipukul Opa!" oceh Gissel.
Ih, kenapa malah diingat-ingat kejadian tadi.
"Tapi Gissel tetep cayang sama Papa kok!" kata Gissel yang sudah memeluk badan gue.
"Paa... lain kali ajak Gelal jalan-jalan naik mobil Papa yang keren itu yaaaa?! Mama bialng Papa punya mobil kerennn!" kata Gerald yang sudah bersandar di sebelah tangan gue.
"Boleh. Memang mobil seperti apa yang diceritakan Mama kalian?" tanya gue penasaran.
"Itu loh! Mobil sport yang sering muncul di tv, yang ada lambang kudanya itu, terus warnanya merah! Katanya Papa punya!!!" kata Gerald.
Gue hanya bisa tersenyum. Mobil pertama gue... mobil pertama gue yang gue beli dengan hasil kerja keras di perusahaan Papa.
Ga lama, gue malah mendengar dengkuran halus. Gerald tertidur dengan bersandar pada tangan gue, sedangkan Gissel berada di pelukan gue.
Entah kenapa, gue merasa hangat berada di dekat mereka. Jika benar mereka anak gue, apa ini hasil dari apa yang gue dan Merlyn lakukan seminggu sebelum pernikahan kami? Dua anak kembar yang tampan dan cantik. Walau tidak mirip, tapi muka mereka mewarisi muka gue dan Merlyn!
Mereka tidur begitu tenang, rasanya gue pun jadi mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomansaAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...