Bab 6 : Password

36.5K 1.8K 9
                                    

Malam ini, gue menghabiskan waktu di klub malam. Sebenarnya gue bukan pemabuk, tapi ini karena sahabat gue yang tersedu-sedu menemukan suaminya sedang makan siang di restoran sebuah hotel mewah!

"Renata... mana tau lu salah lihat??! Lagian, bukannya lu sendiri bilang kalau suami lu itu tahan banting??!" kata gue berusaha menghibur.

Renata masih terus meminum segelas demi segelas vodka yang dia pesan. Gue hanya bisa menelan ludah pahit melihatnya. Ini sudah gelas ketujuh, dan dia masih meminta lagi. Jago sekali minumnya...

"Alva ga mungkin selingkuh, Ren. Paling dia lagi makan siang sama kliennya. Lu tau sendiri kan, sekarang ini zaman emansipasi wanita!" hibur Fenny.

Tapi Renata terus saja meneguk alkohol di gelasnya itu sampai habis. Jujur saja, gue sampai ngeri sendiri. Gue pernah mencoba minum alcohol, tapi yang terjadi gue malah masuk rumah sakit karena lambung gue yang tidak kuat! Padahal gue hanya minum segelas, tapi bagaimana dengan Renata??

Akhirnya gue dan Fenny hanya bisa menatap Renata yang tidak bisa dihentikan lagi. Apa yang harus kami lakukan?

"Fen, mending lu telepon Alva deh. Gue yakin, segelas lagi Renata pasti tumbang. Dan lu jelasin ke dia masalahnya apa... Lagian ini udah malam, lu juga harus pulang." kata gue setengah berteriak di telinga Fenny.

Suara debuman dan hentakan lagu yang semakin kencang membuat banyak orang semakin berteriak riuh. Sepertinya gue dan Fenny bakal kehilangan suara besok karena kami harus berteriak untuk sekedar berbicara.

"Ya udah, gue titip Renata bentar!!!" balas Fenny berteriak.

Gue masih menemani Renata yang merancau tidak jelas. Dia sudah mabuk berat, dan gelas yang dia pegang di tangannya pasti akan menjadi yang terakhir! Gue yakin itu.

Tepat saat Fenny kembali, Renata pingsan. Seperti yang gue duga! Dasar... minuman itu tidak bagus buat menghilangkan stress! Yang ada malah.....

BUKKKK

Gue langsung menoleh ke suara ribut-ribut itu. Tidak jauh dari tempat gue berada, ada seorang yang sudah tersungkur di lantai. Gue perhatikan dengan jelas bayangan orang itu.

Astaga, itu Gary! Ada masalah apa dia sampai dipukul seperti itu???!

"Fen, gue titip Renata. Gue harus nolongin temen gue dulu." Kata gue langsung pamit membawa tas ke arah dua orang yang seru berantem itu.

Gue menerobos kerumunan yang tercipta. Dengan susah payah, gue mendorong orang-orang yang menghalangi jalan gue sampai akhirnya gue bisa juga melihat dengan jelas Gary yang terbaring di lantai dan sedang dipukul oleh seorang lelaki brewok.

"Jangan pernah lu ganggu pacar orang!!! Inget itu!!!" teriak lelaki brewok itu lalu mendaratkan satu lagi pukulan di muka Gary.

Aw.. Pasti sakit...

Setelah lelaki itu pergi, kerumunan ini pun berangsur-angsur bubar. Gue segera berjalan menghampiri Gary dan berjongkok di sampingnya.

"Gar... Garrr... lu masih sadar???" panggil gue.

Gue bisa mencium bau alcohol. Apa Gary mabuk???

"Mbak, saya bantu angkatin pacarnya. Udah pasti tumbang itu mah, apalagi tadi minum banyak banget. Ditambah lagi dipukul." Kata seorang pelayan yang membantu gue memapah Gary.

Jadi benar, Gary itu minum-minum dan mabuk? Bukankah dia sendiri bilang ke gue kemarin itu kalau dia itu hanya minum kalau ada masalah berat dan tidak bisa dia tahan? Tapi kenapa malah sekarang dia mabuk begini? Bahkan sampai dipukul orang karena ... gangguin pacar orang?

Masalah berat apa yang dia tidak bisa tahan?

"Makasih mas..." kata gue tulus setelah pelayan itu berhasil membantu gue membawa Gary masuk ke mobil Gary.

"Ga masalah Mbak, tapi dijaga Mbak pacarnya. Soalnya tadi dia itu mabuk terus ga sengaja nyium-nyium pacar orang! Kasian dipukulin gitu.." kata pelayan itu lalu permisi pergi.

Gue hanya tersenyum menanggapinya. 'Pacar'? Gary bukan pacar gue. Kenapa pelayan itu malah salah mengira ya?

Gue hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ke arah Gary yang sedang tertidur di dalam mobil. Ck! Dasar...

Tiba-tiba ada suara bunyi hp. Bukan suara hp gue, terus hp siapa? Oh, jangan-jangan punya Gary! Gue segera mencari hp Gary dan dengan susah payah, akhirnya gue bisa mengeluarkannya dari saku celana.

Mama

Yang telepon itu ibunya Gary. Jelas gue tidak mungkin angkat teleponnya, tapi bagaimana kalau ibunya bertanya macam-macam? Gue harus jawab apa? Lagipula, ini kan hp Gary. Harusnya gue tidak boleh main angkat teleponnya.

Tapi hpnya terus-terusan berdering...

Akhirnya gue angkat juga.

"Gary! Kamu dimana???! Awas saja kamu tidur di apartemen! Pokoknya Mama ga mau tau, kamu harus bawa calon kamu akhir bulan ini! Kalau sampai engga, jangan harap kamu bisa pulang ke rumah ataupun kerja di kantor Papa! Titik!!!"

Telepon langsung dimatikan. Wow... Kurang dari sepuluh detik!

Gue kembali menatap ke arah Gary. Jangan bilang kalau Gary mabuk begini gara-gara ibunya yang masih ngotot minta Gary membawa pacarnya ke rumah???

Ah, sebaiknya gue ga perlu ikut campur. Mending gue segera antar Gary pulang ke apartemennya. Untung saja Gary pernah bercerita tentang tempat tinggalnya. Dengan cepat, gue mengeluarkan mobil Gary dari parkiran dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi di jalanan yang lapang.

Dengan susah payah, gue memapah Gary keluar dari mobil dibantu oleh satpam. Untung saja satpamnya berbaik hati mengantar sampai depan pintu. Setelah satpam itu pergi, gue baru meyadari sesuatu.

Flat Gary butuh password dan gue benar-benar putus asa.

Hm... Gue coba tanggal lahir Gary.

SALAH!

Gue coba angka-angka cantik yang ada di otak gue.

SEMUA SALAH!!!

Karena kesal, akhirnya gue menekan angka ulang tahun gue. Gue yakin tidak mungkin bisa, tapi gue sudah menyerah!

28 02 1987

Teeeetttt... Cklekk...

PINTU TERBUKA!!!

Wow! Gue sampai kaget dan terkagum-kagum! Kok bisa ya pakai tanggal lahir gue??? Gue benar-benar ga percaya. Ini benar-benar ajaib... Tapi biarlah!

Gue segera melepas sepatu high heels gue dan memapah Gary ke masuk. Beratttt.... Saat gue sudah menemukan kamar Gary dan membawa Gary masuk ke dalam, tiba-tiba saja Gary memeluk gue erat.

Gary pelan-pelan melepaskan pelukannya, dan menatap kedua mata gue tajam. Oh, jangan mata biru itu lagi! Pleaseee...

Gue bisa merasakan mata Gary yang terus menatap bibir gue, dan hangatnya tangan Gary yang sudah menangkup wajah gue. Gue benar-benar terhipnotis!

Sial.. gue benar-benar ga bisa menghindar sama sekali!

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang