Bab 35 : Sakitnya Tuh di Sini!

34.7K 1.5K 11
                                    

Gary POV

"OPAAAAAAA!!!!"

Gue langsung menoleh ke arah dua anak kecil yang berteriak itu. Wah, mereka sudah bangun ternyata. Merlyn juga! Tepat waktu sekali saat Om Ares mengakhiri pembicaraan.

"Opa ga boleh usir-usir orang seperti itu! Dia kan Papanya Gerald!" kata Gerald yang sudah mengambil tempat duduk di samping Om Ares.

"Iya! Opa... itu namanya tidak copan!" tambah Gissel sambil merangkak naik ke pangkuan Om Ares.

Sepertinya kedua anak gue itu mempunyai hubungan yang dekat sekali dengan Opa dan Omanya ya? Bahkan Om Ares saja sampai mengangguk-angguk patuh dengan cerewetnya mereka menasihati. Tanpa melewatkan kesempatan, Tante Rina juga ikut menambahkan petuah-petuah untuk Om Ares. Hahaha.. lucu sekali!

Wow, tau begitu gue tunggu mereka bangun dulu. Setidaknya biar gue selamat! Hahaha. Gue bukan pengecut ya, tapi melindungi diri!

"Gar.. kita bicara sebentar boleh? Di teras aja." Ajak Merlyn.

Gue mengangguk dan mengikuti langkah Merlyn menuju teras depan. Rumah ini ga terlalu besar, tapi halaman belakang dan depannya itu keterlaluan besar! Mungkin karena ada anak kecil jadi mereka memutuskan untuk tinggal di rumah seperti ini.

Langit sudah berubah warna, dan sekarang yang menghiasi langit adalah si empunya malam. Walau sekarang masih jam 6 sore, tapi udara dingin sudah bertiup-tiup. Sepi sekali daerah ini, sampai-sampai yang terdengar hanyalah suara air mengalir. Membuat suasana antara gue dan Merlyn semakin nyata. Dingin dan sepi.

"Gar, maaf gue..."

"Ga masalah. Gue tau lu kabur karena takut gue kenapa-kenapa kan? Kayak Rei?" potong gue.

"Lu tau darimana?" tanya Merlyn kaget.

"Yah, kan ada Alva, Renata sama Fanny yang bisa cerita."

Merlyn hanya mengangguk.

"Kenapa lu ga pernah cerita sama gue kalau lu punya trauma kayak gitu? Gue panic setengah mati nyariin lu. Gue kira, gue harus nunggu sepuluh tahun lagi buat ketemu sama lu!" kata gue sepenuh hati.

"Maaf ya. Gue pikir, kalau gue nyariin lu ke Jakarta, gue takut ga ketemu lu. Atau... lu udah punya istri baru. Mama kan pengen lu nikah cepet-cepet!" kata Merlyn beralasan.

Langsung saja gue tarik Merlyn ke dalam pelukan gue. Ah, apa dia ga tau kalau gue begitu merindukan dia bahkan nyaris gila karena ga bisa menemukan dia dimana pun?!

Mana mungkin gue kenapa-kenapa kalau gue aja masih belum melangsungkan pernikahan gue? Gue ga akan rela! Bisa-bisa gue jadi hantu gentayangan!

Istri baru? Ga akan pernah ada! Yang bakal jadi istri gue itu cuma satu, yaitu Merlyn! Ga ada orang lain lagi. Ngomong-ngomong Mama, tadi gue baru liat pesan dari Mama yang ngucapin selamat ke gue karena udah ketemu Merlyn. Darimana Mama tau?

Eh eh... Atau jangan-jangan selama ini Mama udah tau Merlyn ada di mana tapi diem-diem aja?! PANTESAN MAMA GA SURUH GUE NYARI CALON ISTRI LAGI! Tega banget Mama. Ga tau apa anaknya sengsara nyariin ibu anak-anaknya! Dia tau kenapa ga bilang! Ck.

"Gue mana mungkin nikah di Jakarta kalau pengantin wanitanya aja ada di Bali! Gue ga mau nikah sama orang lain, selain lu!" tegas gue.

Tiba-tiba, gue merasakan pundak Merlyn berguncang. Dan tak lama, terdengar suara isakan tangis. Ah, Merlyn! Jangan menangis...

Lima tahun berlalu begitu saja, tapi tidak ada yang berubah dari Merlyn, kecuali rambutnya yang sudah semakin panjang. Kecantikannya tidak berubah, dan sifatnya pun masih sama. Bahkan masih sama seperti lima belas tahun yang lalu... Pura-pura tegar, tapi sebenarnya dia ingin sekali menangis.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang