Gary POV
"Gue beneran suka sama lu. Lu berhutang sama nyokap lu yang dengan caranya, gue jadi terpaksa mengungkapkan isi hati gue sebenarnya! Tapi gue bener-bener takut nikah! Gue... gue takut Gar." Kata Merlyn.
Gue bisa merasakan tangannya bergetar hebat saat mengucapkan kata 'nikah'. Apa yang membuat dia begitu ketakutan???
"Lu mau cerita ke gue?" tanya gue.
"Gue ga sanggup cerita sekarang Gar... mungkin nanti." Jawab Merlyn.
Gue hanya bisa tersenyum sedih. Perasaan bahagia gue yang tadi, rasanya tidak bersisa lagi!
"Kalau gitu, kita pulang aja yuk. Besok kita kerja kan?" ajak gue yang sudah bangkit berdiri.
"Gar..." panggil Merlyn.
"Ga usah dipaksain. Karena nikah itu bukan persoalan gampang! Ayo.. kita bisa bicarain ini semua nanti." Kata gue setengah ga rela.
Jujur saja, hati gue terasa sakit. Kayaknya emang gue yang seneng sendiri dengan semua kabar siang tadi. Gue percaya Merlyn bilang dengan tulus perasaannya, tapi gue juga berharap lebih! Gue ga Cuma berharap kami punya perasaan yang sama dan ga ada perubahan status. Gue ga mau hubungan gue dan Merlyn hanya sebatas teman!
"Aduuhhh mata gue..." ringis Merlyn.
Spontan gue langsung menunduk dan menghentikan Merlyn yang berusaha keras mengucek matanya.
"Sini coba gue liat... ayo, jangan dikucekkk!!!" perintah gue.
"Perih Gar..." rengek Merlyn.
"Iyaaa... tapi gue liat dulu. Mana?" tanya gue sabar.
Saat Merlyn sudah menyingkirkan tangannya dan gue bisa melihat dengan jelas kedua mata Merlyn, tiba-tiba bibir gue terasa basah. Merlyn mencium gue, bahkan melumat bibir gue.
Ugh!
I miss her lips!
"Mukanya jangan sedih gitu! Gue emang takut nikah, tapi gue mau kok! Please, jangan kecewain gue..." kata Merlyn yang baru saja melepas ciumannya dengan tidak rela.
Gue hanya bisa melongo bego. Benar-benar gue ga menyangka Merlyn mencium gue seperti itu! Di tempat umum lagi! Yah walaupun sekarang ini sepi sekali.
"Oh, dan gue pake cincinnya ya!" kata Merlyn yang entah sejak kapan kotak bersama cincinnya udah dia ambil.
Dengan cepat, Merlyn memakai cincinnya dan memamerkannya di depan mata gue. Jelas, gue tersenyum bahagia. Merlyn selalu peka dengan perasaan orang, dan gue yakin dia tau gue sedih karena harapan gue ga menjadi nyata.
"Thank you!" kata gue sambil menarik Merlyn ke dalam pelukan gue.
"Thank you juga, Gar!" Kata Merlyn membalas kata-kata gue.
Eh tunggu. Ada yang kelupaan!
Gue segera menepuk tangan gue tiga kali dan memaksa Merlyn melihat ke arah langit di atas danau. Satu... Dua... Tiga....
Duarrrr duar duar duaaarrr...
Puluhan kembang api yang gue siapkan akhirnya berguna juga. Setidaknya ini hal romantis yang bisa gue lakukan. Walaupun masih mainstream banget, tapi efektif bikin Merlyn menatap langit berbinar-binar dan tersenyum bahagia.
"Ide dari mana nih? Hahaha.." Tanya Merlyn.
"Dari film Korea-nya Mama. Gue mana punya ide sebagus ini. Eehhh... Belum selesai. Lu liatin terus! Nanti feelnya ilang!" Perintah gue.
Setelah kembang api terakhir, langit menjadi gelap gulita. Suasana sepi benar-benar sepi. Sampai tiba-tiba di danau, lampu-lampu yang disusun sedemikian rupa membentuk tulisan I LOVE YOU MERLYN pun menyala dan sukses membuat cewek di sebelah gue memekik kaget plus bahagia.
See? Gue romantis kan?
"Thank you Gar buat semua semua semuaaaaanyaaaaa!" Kata Merlyn sambil memeluk gue dari samping.
Ah, bahagianya gue!
"Tapi siapa yang bikin semuanya?" Tanya Merlyn.
Ih, pertanyaan yang paling merusak rencana! Jelas aja bukan gue kan jawabannya!
***
Gue hanya diam-diam saja dan membiarkan orang tua gue bahagia karena mengira gue ga tau apa yang mereka lakukan. Padahal gue udah berhasil memaksa Merlyn untuk menceritakan semuanya ke gue! Huh, dasar orang tua suka ikut campur!!!
Tapi biarlah. Biar mereka senang sesekali.
Hari-hari gue selanjutnya berjalan dengan sangat.....
Menderita! Karena Mama selalu menyulik Merlyn dan menggantinya dengan sekretaris Papa! Tentu saja menyuliknya diam-diam sampai gue panik luar biasa dan mengira Merlyn diculik sama orang yang ga dikenal!
Gue ngerti sih, Mama excited banget buat pernikahan ini. Tapi gue juga kasian sama Merlyn yang selalu kembali ke kantor dengan muka kusut dan kelelahan. Belum lagi dia masih merasa bertanggung jawab untuk mengatur jadwal gue. Padahal gue udah suruh dia pulang aja dan istirahat! Tapi Merlyn selalu memberikan satu alasan yang sama.
"Gue ga mau dipecat dengan alasan konyol! Walau gue nikah sama CEO, tapi gue juga tetep masih punya kontrak kerja sebagai sekretaris!"
Alasan yang masuk akal tapi juga menyiksa diri sendiri. Dasar keras kepala! Padahal CEO yang dia maksud itu sudah memaksa pulang. CK!
***
Merlyn POV
Rasa bahagia plus romantis ketika di taman semuanya lenyap dalam hitungan hari. Kemana semua indahnya lamaran Gary, kembang api, lampu-lampu tulisan I LOVE YOU MERLYN?!
Gue lelah! Coba baju yang tidak ada habisnya selama seminggu penuh ini. Belum lagi menemani Mama untuk mengatur tempat resepsi yang dibuat semewah mungkin! Gue hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal gue sudah minta buat yang sederhana saja...
Belum lagi Gary yang selalu mengusir gue pulang setiap gue kembali ke kantor buat mengatur semua jadwal dia. Walau ada yang menggantikan gue, tapi gue masih punya tanggung jawab sebagai sekretarisnya! Mengusir gue pulang sama saja menambah beban kelelahan gue!!!
Ini sudah seminggu, dan gue semakin panic menunggu tiga minggu lagi. Hari pernikahan gue yang keenam, setelah gagal lima kali.
Huff...
Hp gue berdering. Langsung saja gue angkat.
"Halo?" kata gue.
"Hei cantik. Belum tidur?" tanya Gary di telepon.
"Belum. Gue sedang memikirkan banyak hal..." jawab gue jujur.
Memikirkan apa pernikahan gue akan berlangsung dengan baik atau tidak. Gue khawatir setengah mati kalau gue boleh jujur! Gue takut hal-hal yang dulu pernah terjadi, terjadi lagi! Gue tidak akan sanggup jika sekali lagi semua terjadi!
Gue tidak akan sanggup!!!
"Kalau yang lu pikirkan itu berhubungan dengan pernikahan kita, mending lu tidur. Karena semua akan baik-baik saja!"
Gue tersenyum. Bagaimana mungkin Gary tahu kalau gue mengkhawatirkan pernikahan yang tinggal TIGA MINGGU lagi itu?
Akhirnya gue mengobrol sampai mengantuk. Gue tahu Gary juga lelah karena hari ini jadwal meeting padat. Tapi dia masih menyempatkan diri untuk menelepon gue sampai tengah malam. Gue jadi merasa terharu.
"Ya udah, gue mau tidur nih. Udah ngantuk!" kata gue lalu menguap.
"Ya udah. Tidur sana." Usir Gary.
"Iyaaaa! Good night!" kata gue pamit.
"Good night sweetheart. I love you!" kata Gary lalu telepon ditutup.
I love you I love you I love you
Gue tersenyum sendiri karena tiga kata itu terus terngiang di telinga gue. Terima kasih, Gar! Terima kasih sudah membuat gue merasa lebih baik.
Semoga ini keputusan yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomanceAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...