(Masa kuliah sepuluh tahun-'an' yang lalu)
Flashback
Astaga! Tidak mungkin ketua BEM itu ketua karate juga kan? Jadi kemarin itu saat gue mengatakan untuk jangan bilang-bilang ke siapapun tentang gelar sabuk hitam karate gue, ternyata gue bilang ke orang yang salah???
"Walau ini perkenalan, tapi gue mau ada salah satu dari kalian yang berani maju melawan Disa." Kata Gary, orang itu.
Jelas para lelaki tidak akan ada yang mau maju. Mana mungkin melawan perempuan! Tapi yang perempuan juga takut, karena Disa itu wakil ketua karate yang tidak diragukan lagi kemampuannya. Siapa juga yang berani melawan??!
"Oke. Kamu! Ayo kamu saja maju!" kata Gary sambil menunjuk gue.
Sialan! Dia sengaja ya?
"Ma-maaf. Ta-tapi ..."
"Ga ada tapi-tapi! Iya atau ga usah ikut klub ini sama sekali!" ancam Gary.
Menyerah saja. Gue akhirnya berjalan maju ke depan dan berdiri berhadap-hadapan dengan Disa. Dari postur badan, jelas gue kalah. Karena Disa ini badannya cukup besar, sedangkan gue ini kurus sekali seperti kurang makan!
Gue bisa melihat dari sudut mata gue kalau Gary tersenyum penuh kemenangan. Dia benar-benar sengaja ya?!
"MULAI!"
Disa tanpa ragu langsung menyerang gue. Gue yang belum siap hanya mampu menghindar semampu gue! Ugh, Disa benar-benar tidak ragu untuk menendang ke arah gue. Kecepatannya itu yang bikin gue kagum!
Gue sama sekali tidak punya kesempatan untuk menyerang. Disa ga memberi celah sama sekali! Gue hanya bisa menghindar dan menepis. Nafas gue sudah terburu-buru, begitupun dengan Disa. Sial, gue harus segera menyelesaikan ini sebelum gue tumbang!
Kesempatan!
Bukkk
Satu tendangan membuat Disa terjatuh dan pertandingan selesai. Syukurlah! Gue segera mengulurkan tangan dan membantu Disa bangun. Pasti tadi sakit sekali.
"Maaf ya.." kata gue.
"Ga masalah, wakil baru!" kata Disa sambil tersenyum.
Wakil?
"Maksudnya?" tanya gue.
"SAMBUTLAH WAKIL KETUA KLUB KARATE YANG BARU, MERLYN DEWANTARA!!!" teriak Disa sambil mengangkat sebelah tangan gue tinggi.
Mulanya semua terdiam, tapi Gary bertepuk tangan dan diikuti oleh semua anggota klub dan anak-anak baru. Mungkin hanya muka gue yang terlihat paling bodoh. Apa maksudnya?
"Maksudnya apa ini?" tanya gue ke Disa sambil berbisik.
"Ini peraturan di sini. Kalau gue kalah, artinya posisi gue sebagai wakil jatuh ke tangan yang ngalahin gue. Dan itu lu!" jelas Disa.
Ooooo...
"Gue ga nyangka lu sejago itu!" kata Disa jujur dan memberi gue selamat sekali lagi.
Gue hanya tersenyum malu. Satu per satu orang maju untuk mengucapkan selamat pada gue, tapi gue malah jadi tidak enak hati sama para senior. Walau mereka menyambut gue dengan baik sih!
"Selamat ya." Kata Gary yang terakhir menjabat tangan gue.
"Heh! Kan lu udah janji ga bilang-bilang ke orang-orang! Lu juga kok ga bilang kalau lu ketua di sini sih! Tega banget sama gue!" tegur gue tidak terima.
"Gue ga bilang-bilang kok! Tapi lu sendiri yang buktiin. Lagian, lu juga ga nanya gue ini siapa. Hehe.."
Iya juga sih!
"Kalau lu mau jadi ketua, boleh aja kok! Masih sanggup tanding sekali lagi?" kata Gary.
Ugh! Mana mungkin!!!
"Lu ngejek ya? Mana ada yang berani ngelawan ketua BEM?" sindir gue.
"Ada kok."
Iya! Orang gila!
"Lu yang dengan sok-sok kuatnya melawan gue waktu ospek. Iya kan?"
Ugh! Gue jadi malu sendiri ingat kejadian itu. Gue tidak ada maksud buat melawan anggota BEM, tapi kasihan karena kelompok gue, mereka semua disalahkan oleh wakil rektor. Itu pun saat gue tidak sengaja mendengarnya.
Yang bikin gue malu sampai sekarang, ya karena gue menangis di depan Gary! Aduhhh! Jangan ingat-ingat lagi deh!
***
Semakin mengenal Gary, gue semakin suka sama dia. Malu sih mengakuinya, tapi gue memang menyukai Gary. Mungkin karena sosoknya yang sempurna sebagai seorang pemimpin, caranya bicara yang menyenangkan, sikapnya yang begitu tulus, dan usahanya untuk membuat semua hal yang dilakukan menjadi yang terbaik.
Gue merasa sangat dekat dengannya, bukan sebagai senior dan junior, tapi karena dia sosok yang ingin gue miliki sendiri. Gue tahu gue sepertinya egois.
Saat gue memutuskan untuk mengatakan perasaan gue, tidak sengaja gue melihat Disa menyatakan perasaannya lebih dulu ke Gary. Tentu saja gue berharap Gary tidak menerimanya dan gue menunggu jawaban Gary, tapi saat itu gue sempat mendengar kalau Gary suka sama seseorang. Seseorang yang sudah lama menarik perhatiannya.
Ah, gue dan Gary baru kenal setengah tahun. Tentu saja itu pasti bukan gue. Jadi gue mundur teratur dan memilih untuk mencari pacar lain saja. Walau rasanya tidak rela juga.
"Gue denger lu udah punya cowok, ya?" tanya Gary setelah selesai latihan dan beristirahat di pojok ruangan.
"Iya. Hehe..." jawab gue yang mengambil tempat duduk di sebelah Gary.
"Lu suka sama cowok itu?" tanya Gary.
Gue lebih suka sama lu.
"Iya, gue suka sama dia." Jawab gue bohong.
Setelahnya Gary bersandar ke tembok dan memejamkan matanya. Menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah itu nafasnya teratur sekali. Gue terus memandanginya. Ini bukan pertama kalinya, tapi gue tidak pernah bosan melihatnya seperti ini. Dia seperti melepas semua lelah dan bebannya dengan cara ini. Selalu!
Gue memperhatikan mata biru tajamnya yang terpejam. Mata yang selalu membuat gue terhipnotis sejak gue melihatnya di ruangan BEM waktu meminta maaf dulu. Mata yang begitu tajam, tapi teduh dan menentramkan sekaligus. Bulu matanya yang panjang. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan merah... pipinya kemerahan karena habis tanding. Gue tidak akan pernah bosan dengan wajahnya.
***
Saat gue mendengar berita itu dari Rio, sahabat Gary, gue langsung menelepon Gary seperti orang gila. Gary pergi dan gue seperti kehilangan akal! Gary tidak ada dimanapun!
Gary tidak pernah bercerita sama sekali kalau dia akan keluar dari kampus dan pergi meninggalkan semua posisi yang dia duduki selama ini. Tanpa pemberitahuan, tanpa ucapan selamat tinggal... Gary pergi begitu saja.
Gue menduduki jabatan sebagai ketua klub karate, tapi tidak ada perasaan yang seperti gue rasakan dulu. Semua terasa kosong. Bahkan saat latihan. Gary tidak ada dan gue merasa... semua tidak akan sama lagi.
Flashback end
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomanceAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...