Bab 11 : Cukup Umur!

37.4K 1.8K 4
                                        

Gue malu sekali karena Gary menemukan novel gue!

"Wow... emang lu udah cukup umur buat baca kayak beginian?" tanya Gary menatap gue sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Yang penting gue udah cukup umur buat ngelakuinnya!" balas gue dan berhasil merebut novel itu.

Gue segera melemparnya ke sofa yang ada di pojokan. Gue tidak mau Gary menggoda gue lagi dengan caranya membaca novel itu. Ugh! Rasanya gue jadi merinding!!!

"Masa?" tantang Gary.

Astaga, apa dia lupa kalau umur gue hanya berbeda dua tahun dengan umurnya??? Jelas saja gue sudah cukup umur untuk melakukan kegiatan 'itu'! Hanya saja, itu belum terlaksana karena gue ga mempunyai pasangannya!

Wow wow wow... Gary kenapa malah tiba-tiba membuka bajunya???! Ugh, kenapa dia harus pamer tubuh berototnya yang masih terlihat basah karena air hujan tadi?? Aduhhh, kenapa dia malah menatap mata gue tajam sekarang??? Gue hanya sanggup menelan ludah.

Gary tersenyum miring dan mengurung gue dengan kedua tangannya. Mundur artinya gue kepentok meja, dan maju artinya mendekat ke arah Gary! Akhirnya gue mundur sampai kepentok meja. Sial! Gue benar-benar terkurung!

"I'm so freaking hot, hm..?" kata Gary dengan suara serak.

Yes he is!!!

"So close, huh?" tambah Gary.

So close... and make me cannot breath properly!

Bukannya berhenti, Gary semakin menatap gue intens dan menggerakkan tangan kanannya ke arah pinggang gue, pinggul lalu ke paha gue, terus turun dan menyelip masuk ke dalam rok gue. Oh no! Jangan bilang dia mau melakukan semua hal yang ada di satu paragraph novel yang baru saja dia baca!

Matanya terus menatap gue tajam dan ga perlu waktu lama, Gary sudah mencium gue panas. Damn! Gue ga bisa menolak ciumannya! Rasa menggigil karena basah kuyup air hujan tadi seketika hilang digantikan dengan rasa panas!

He's a damn good kisser!!!

Tangan Gary terus naik ke arah selangkangan. Menyentuh daerah sensitive yang ada di sana dari luar celana dalam gue! Ahhh...

"Two fingers glide roughly..." kata Gary di sela-sela ciumannya.

Damn! Gue ga punya tenaga untuk mendorong Gary menjauh!!! Gary terus saja melakukan aksinya yang membuat gue merinding. Dia menekan bagian bawah gue dengan lembut, seolah memijatnya.

Ugghhhh... Aaahhhh!

"Wetness and straight to the sweet spot..." lanjut Gary sambil mencuri celah dari pinggir celana dalam gue.

Jezzz... I can't control my body anymore! Tangan gue sudah melingkar ke lehernya dan terus menikmati ciuman yang semakin menuntut ini.

"The other arm snakes up the body...." Kata Gary di sela-sela ciumannya.

Sebelah tangan Gary sudah menyelinap masuk ke dalam baju gue. Berjalan di perut gue yang rata, dan semakin naik seperti ular. Terus naik dan berhenti tepat di depan bra gue.

"Pinch the nipple and twist..."

Gary melepas ciumannya, menyeringai dan ...

"Shudder and groan in ecstasy..." kata Gary sambil memelintir puting susu gue dengan cepat.

"Aaaahhhhh aaahh!!!"

Oh damn it!

Ddddrrrttt... ddrrrttt....

"Oh shit!!!" Umpat Gary lalu langsung melepas tangannya dari tubuh gue.

Ada sedikit perasaan tidak rela, tapi gue sendiri sudah malu setengah mati! Bagaimana mungkin gue tidak menolak apapun yang dilakukan Gary tadi???

"Gue .. gue minta maaf Mer! Gue bener-bener lepas kontrol! Maaf.." kata Gary mengambil bajunya cepat lalu berlari pergi meninggalkan gue.

What? Setelah apa yang dia lakukan, sekarang dia pergi meninggalkan gue begitu saja???

***

Gary POV

Bego! Kenapa gue malah tertantang dan .... Arrggghhh! Bego bego begoooo!

Damn! Telepon! Siapa sih yang telepon?!

"Halo?" kata gue saat baru saja masuk ke mobil.

"Halo-halo! Ditelepon berkali-kali tapi malah beru angkat! Kamu dimana hah?! Mama datang ke apartemen kamu tapi kamu ga ada di sini!"

Huff... ternyata Mama yang telepon dan menyadarkan gue dari perbuatan gue yang nyaris.... ugh!

"Gary lagi di luar. Sebentar lagi pulang." Kata gue cepat sambil menyalakan mesin mobil.

"Ya udah cepetan! Mama mau ngomong penting!!!" perintah Mama dengan suara tinggi.

Pasti masalah yang sama.

Segera setelah telepon ditutup, gue langsung menghembuskan nafas berat. Belum satu masalah selesai, datang yang lain dan yang lain lagi! Kapan semua selesai?!

Masalah nikah-nikah ini bikin gue gila! Emang kenapa sih kalau gue belum mau nikah? Lagian mau nikah sama siapa?? Gue ga punya calonnya! Dikira cari calon kayak cari batu di jalan, tinggal pilih gitu?!

Lagipula, calon yang gue harapin malah ... menolak gue mati-matian dan sepertinya ga ada niatan nikah sama sekali. Merlyn ga mau nikah. Malah beberapa hari yang lalu saat gue tanya kenapa dia ga nikah, dia malah bilang mau hidup sendiri seumur hidupnya! Terus nasib gue gimana?

Ah Merlyn...

Walau mungkin banyak ratusan bahkan ribuan cewek yang lebih cantik, tapi bagi gue dia yang paling bersinar. Dia tampil apa adanya dan itu yang bikin gue tertarik sama dia! Bahkan sejak pertama kalinya gue lihat dia di ospek universitas. Dia bukan wanita yang biasa-biasa aja.

Pintar, perfeksionis, keras kepala, jago karate... tapi yang paling membuat gue terkesan itu walau dia terlihat keras tapi dia baik. Dia menolong cewek yang di-bully satu kampus, dia berusaha keras buat membantu temannya yang difitnah, dia rela segala sesuatunya untuk temannya yang kesusahan! Bukan hanya itu, tapi untuk semua orang yang dilihatnya butuh bantuan.

Terkadang, gue bisa tersenyum sendiri saat mengingat hari pertama gue bertemu dengan Merlyn. Dia menanggung kesalahan satu kelompoknya dan menghadap gue yang saat itu sebagai ketua acara ospek kampus.

Dan detik itu, gue jatuh cinta sama dia.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang