Gary POV
Kemarin itu gue benar-benar ga bisa menahan apa-apa lagi. Mau bagaimana? Itu juga karena Merlyn yang menggoda iman gue duluan! Tapi semuanya itu luar biasa. Walau gue masih merasa perih karena cakaran Merlyn di bahu gue, tapi semua itu terbayar dengan lenguhan nikmat Merlyn semalam.
Jujur, kemarin itu cukup gila bagi gue dan Merlyn. Baru pertama kalinya bagi kami untuk melakukan itu, tapi kami terus mengulang mengulang dan mengulang. Ga perlu gue jelasin seperti apa kejadian tadi malam. Yang jelas jam dua belas tengah malam kami baru tertidur! Gila bukan?
Merlyn masih tertidur pulas. Rasanya gue ga akan pernah bosan menatapnya seperti ini. Wajahnya yang tanpa make up, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, bibirnya yang masih bengkak karena ciuman kami semalam... Dia sudah menjadi wanita gue seutuhnya!
Tiba-tiba saja mata Merlyn terbuka dan menatap gue bingung.
"Aaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!" teriak Merlyn sedetik kemudian sambil berusaha lepas dari pelukan erat gue.
Segera saja gue cium bibirnya dan teriakannya berhenti seketika. Merlyn ga membalas, sepertinya dia berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi sampai akhirnya gue melepaskan ciuman gue. Wajahnya memerah dan segera saja dia bersembunyi di dada gue. Hahaha. Lucu sekali sih calon istri gue ini!
"Hei... kenapa sembunyi gitu sih!?" goda gue.
Merlyn malah semakin merapat. Gue bisa melihat telinganya yang memerah. Dia pasti malu sekali!
"Sekarang udah jam tujuh nih. Masih mau sembunyi atau berangkat ke kantor?" tanya gue masih terus terkekeh geli melihat tingkah Merlyn.
"Gar.... Malu tauuuu!" kata Merlyn akhirnya bersuara juga.
"Tapi Merrr... sekarang gue harus ke kantor. Nanti kalau Papa dateng dan gue ga ada, bisa-bisa dipecat! Terus kamu mau punya calon suami miskin???" tanya gue bercanda.
Merlyn langsung mendongak dan menatap wajah gue. Cemberut. Ah, dia lucu sekali! Jadi pengen berlama-lama dan mengulang yang semalam deh! Astagaaaa tobaaattt! Semalem itu ga sengaja. Tinggal seminggu lagi dia sah jadi istri kokkkk!
"Ya udah! Sana pergi! Gue cuti boleh ga? Sakit nihhh..." rajuk Merlyn manja.
"Sini gue elus... pasti ga sakit!" kata gue sambil nyengir dan mulai meraba turun dari perut Merlyn ke bagian intimnya yang semalam gue rasakan.
Merlyn langsung melotot dan tangannya yang ada di bawah selimut segera mencubit perut gue. Auwww....
"Sakit sayang!!!" kata gue sambil mengelus perut gue.
"BODO! Mesum sih!" kata Merlyn sambil melepas pelukan gue.
"Ah, yang penting kan mesumnya sama calon istri sendiri!" kata gue yang dengan segera menindih badan Merlyn lagi.
Sepertinya gue ga bisa menunggu dan mau mengulangi puncak kenikmatan yang semalam gue rasakan bersama wanita yang gue puja sepuluh tahun ini.
***
Merlyn POV
Sial! Ini gara-gara Gary, gue sampai bolos kerja! Tapi memikirkan kejadian semalam, gue jadi malu sendiri! Bagaimana mungkin gue dan Gary melakukan semua itu tidak sabaran? Padahal seminggu lagi kami menikah! Astagaaaa....
Ting tong... ting tong....
Siapa yang datang?
Gue segera berjalan ke arah pintu dan membukanya. Mata gue melotot saat melihat Mama, ibunya Gary, berdiri di sana sambil tersenyum. Untung saja Gary sudah pergi dari apartemen gue dan gue sudah bisa berjalan dengan normal walaupun masih terasa sakit. Kalau tidak, gue tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi!
"Ada apa Ma?" tanya gue.
"Kamu harus dipingit sayang! Sekarang ikut Mama." Kata Mama yang sudah menyeret tangan gue.
Sudahlah pasrah saja. Mama itu tidak terbantahkan, walaupun sebenarnya dia baik. Malah sangat perhatian! Seperti saat kami sedang bertemu dengan WO, Mama tidak pernah lupa mengajak gue makan atau mengingatkan gue untuk minum. Kalau gue lelah, malah Mama yang menyuruh gue membeli segelas kopi dan duduk di kafe. Sedangkan Mama yang mengurus sisanya...
Beruntungnya gue mempunyai calon mertua begitu baik.
"Tapi Ma, kan besok Merlyn juga harus kerja. Mau dipingit bagaimana? Nanti Gary gimana ga ada sekretaris?" kata gue berusaha menolak.
"Tenang aja. Sekretaris Papa sudah ditempatkan untuk menggantikan posisi kamu. Kamu sudah resmi resign sejak hari ini." Kata Mama enteng saat gue baru saja duduk di dalam mobil.
"APA?!"
"Aduhhh, jangan teriak-teriak dong Merlyn! Pokoknya sekarang kamu dipingit di rumah Mama! Ga boleh membantah! Ga boleh ketemu sama Gary sama sekali! Telepon ataupun alat komunikasi lainnya tidak ada! Nih, kamu ngomong terakhir kalinya sama Gary." Kata Mama sambil memberikan hp-nya yang sudah menelepon Gary.
"Halo, ya Ma? Ada apa?" tanya Gary di seberang sana.
"Gar ini gue..." kata gue.
"Loh, Merlyn? Lu bareng Mama? Kok nelepon pake hp Mama?" tanya Gary bingung.
"Gar, kata Mama seminggu ini kita ga boleh ketemu. Dipingit."
"APA??! Kok mendadak?!" teriak Gary heboh.
Mama langsung mengambil hp-nya dari tangan gue.
"Ga mendadak! Pokoknya ga ada acara ketemu-ketemu lagi! Daripada terjadi sesuatu yang merugikan! Sana balik kerja!!!" teriak Mama.
Gue hanya bisa menelan ludah. Ah... sepertinya acara pingitan ini harusnya dari kemarin saja, karena 'sesuatu yang merugikan' yang dimaksud Mama itu sudah terjadi.
***
Sehari-harinya gue hanya bisa berbosan-bosan ria di rumah yang luar biasa besar ini. Bosaaaaannn!
Besok itu hari pernikahan gue dan sekarang gue hanya bisa duduk-duduk di depan tv bersama Mama. Membicarakan bagaimana menjadi istri yang baik, apa makanan kesukaan Gary, silsilah keluarganya, memandangi foto-foto Gary saat kecil yang super banyak. Luar biasa sekali menjadi anak tunggal keluarga Hadinata ini!
"Nyonyaaaa... nyonyaaaaa...." Teriak salah seorang pelayan setengah berlari ke arah gue dan Mama.
"Aduhhh... kenapa teriak-teriakkkk??!" kata Mama bingung.
"Tuan muda, Nyonyaaa... tuan muda kecelakaan!!! Tabrakan hebat sampai sekarang koma di rumah sakit. Keadaannya kritis! I-itu Nyonya... itu beritanya!"
Gue langsung melihat ke arah tv. Sebuah truk dan beberapa mobil hancur total. Mobil sport merah yang biasa dipakai Gary pun terpampang jelas di layar kaca tv. Hancur total!
Deg.
Please... jangan bilang ini terjadi lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
Storie d'amoreAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...