Bab 18 : Nando (1)

31.9K 1.4K 3
                                    

Flashback

(lima tahun yang lalu)

Pekerjaan gue menumpuk! Ternyata bekerja sebagai sekretaris itu tidak mudah, apalagi kalau jadi seorang sekretaris dari CEO perusahaan besar. Berat sekali! Tapi karena gue bekerja di perusahaan ayah angkat gue sendiri, gue merasa cukup senang. Terlebih lagi karena semua yang gue peroleh saat ini, semua berkat bantuan ayah angkat gue.

"Mer, saya lihat kamu sering melamun setiap kali kita rapat. Ada apa?" tanya Om Hendra, ayah angkat sekaligus bos gue.

"Ga apa-apa. Saya hanya.... hanya...."

Gue tidak menemukan alasan yang bagus. Sejujurnya, gue lelah karena akhir-akhir ini Fernando atau Nando, sering sekali menganggu gue. Dia itu manajer muda yang entah kenapa akhir-akhir ini sering sekali bolak balik ke ruangan Om Hendra, dan otomatis ke ruangan gue juga.

"Gara-gara manajer keuangan itu ya? Siapa namanya... Hm.. Nando?" tebak Om Hendra.

Jitu sekali? Akhirnya gue hanya bisa mengangguk. Tidak baik gue berbohong kepada Om Hendra.

"Ah! Tadi saya juga lihat dia saat masuk ke ruangan ini. Hen, dia itu yang tinggi, kulitnya putih, hidung mancung dan badan berotot itu bukan? Wah, berarti bunga yang ada di ruangan kamu itu juga dari dia ya?" tanya Tante Lisa, ibu angkat dan istri bos gue.

"Iya. Dia itu masih muda tapi luar biasa loh!" jawab Om Hendra.

"Wah, romantisnya kalau setiap hari dibawain sebuket bunga. Ah, kalau setiap pagi pasti bisa nyegerin mata dong, Mer?!" kata Tante Lisa.

Bisa sih, tapi Nando itu kan terkenal playboy. Jadi lebih baik jangan didekati!

"Emang, Lisa istriku yang cantik. Bahkan dia setiap hari maksa buat nganter laporan ke ruangan aku demi buat ketemu anak kita!" kata Om Hendra.

"Wow!!! Jadi dia setiap pagi bawa laporan dan sebuket bunga?!? Hanya untuk Merlyn, anak kita?" kata Tante Lisa tidak percaya.

"Iya! Kadang juga bawa sogokan buat aku. Entah itu bawa cokelat atau sejenisnya. Ck! Dia kira bisa menyogok aku!!!" kata Om Hendra sambil membuka lacinya dan mengeluarkan banyak sekali kotak-kotak cokelat.

Ahhh... Nando! Dasar cowok itu... ck!

"Merlyn, saya sih tidak suka yang suka menyogok. Terserah kamu saja, tapi saya selalu berharap yang terbaik untuk semua anak saya." kata Om Hendra tulus.

Gue hanya bisa menanggapi dengan tersenyum. Inilah yang membuat gue betah bersama dengan suasana kantor. Ada orang-orang yang selalu menganggap gue bagian keluarga mereka, Om Hendra dan Tante Lisa.

***

"Pak Nando, saya kan sudah bilang jangan repot-repot setiap hari memberikan saya bunga! Saya harus bagaimana supaya Bapak mengerti?!" tanya gue kesal.

Lagi-lagi bunga mawar putih, bunga kesukaan gue. Ugh! Mana mungkin gue buang bunga yang paling gue suka ini?

"Saya tidak repot kok, dan saya mau membawakan kamu bunga setiap hari." Kata Nando dengan senyum setulus-tulusnya.

Gue harus bagaimana supaya Nando mengerti, sih?!

"Pak! Saya ga bisa menerima bunga seperti ini setiap hari!"

"Tapi saya ikhlas kok."

"Pak, tolong berhenti."

"Unstopable!"

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang