Flashback
(lima tahun yang lalu)
Hanya setengah jam dan sekarang Nando ada di hadapan gue. Jelas gue terperangah. Bukannya dia bilang dia baru akan keluar rumah sakit nanti sore? Bukannya dia baru sembuh?? Bagaimana mungkin sekarang dia ada di depan mata kepala gue?
"Nando! Astaga... kamu kenapa malah ke sini?! Sini duduk. Astaga, lihat tangan sama kepala kamu. Bisa terbalut kayak gini?! Kamu kecelakaan atau kenapa?! Aduhh, harusnya kamu ga perlu datang ke sini! Harusnya kamu banyak-banyak istirahat!" omel gue.
Nando hanya terkekeh, tapi segera setelah itu Nando malah menarik gue keluar dari restoran dan mengajak gue masuk ke dalam mobilnya.
"Kamu segitu kuatirnya sama aku?" tanya Nando saat dia men-starter mobil.
Gue baru tersadar. Kenapa gue malah menunjukkan semuanya di hadapan Nando? Ah... sudah terlanjur.
"Padahal biasanya jutek banget di kantor loh!" tambah Nando.
"Iya iya terserah kamu. Sekarang mending aku balik ke kantor dan kamu pulang ke rumah aja!" kata gue malu.
Gue baru saja akan membuka pintu mobil, tapi tangan Nando malah menahan tangan gue. Gue langsung berbalik dan betapa kagetnya gue melihat sekotak cincin yang sudah terbuka dan terpampang di depan mata gue!
"Aku ga suka sama yang namanya pacaran. Aku juga sudah mengenal kamu dengan baik. Bagaimana kalau kita menikah saja?"
Jelas gue langsung melotot kaget mendengar kata-kata Nando.
"Seperti yang sudah aku bilang beratus-ratus hari sebelum ini, aku cinta sama kamu. Jadi, bagaimana?"
Astaga!
"Nando kamu gila ya?! Mana mungkin langsung nikah gitu aja!!!" kata gue setengah berteriak.
"Iya, aku gila. Aku gila karena jatuh cinta sama kamu, Merlyn Dewantara." Kata Nando tulus.
Oh my! Gue sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Percuma saja. Nando itu orang tersabar yang pernah gue temui. Kalau aksinya kali ini gagal, gue pun yakin dia masih akan terus melancarkan aksinya di hari-hari selanjutnya.
"Ini yang terakhir Mer. Ini kesempatan terakhir aku, dan aku janji apapun jawaban kamu setelah ini, aku ga akan ganggu kamu di kantor lagi." Tambah Nando.
Loh? Kok begitu?
Lalu bagaimana dengan diri gue? Bagaimana jika gue merindukan dia? Bagaimana kalau gue rindu godaannya setiap hari, bunga yang dia berikan, ajakan makannya... Apa gue harus kehilangan semuanya jika gue menolak Nando?
Tapi gue pun tidak bisa sembarangan menerima lamarannya. Ini yang keempat kalinya gue dilamar, dan gue tidak mau hal yang sebelum-sebelumnya terjadi lagi! Gue tidak mau!
"Apa aku bisa percaya sama kamu, Nando? Aku... aku takut ini ga akan berhasil. Aku... aku..."
"Cinta aku ini ga bergaransi, karena aku yakin sama perasaan aku yang murni. Kalau kamu bagaimana?"
"Ih Nan! Kok bercanda sih! Orang aku lagi serius!" kata gue sebal.
"Loh, aku serius kok! Perasaan kamu gimana?"
"Aku ... aku ga tau. Yang aku tau, aku kangen dengan semua perlakukan kamu saat kamu ga ada. Itu aja." Kata gue jujur.
Nando tersenyum lalu langsung menarik tangan gue dan memasangkan cincin tadi di jari manis gue. Gue hanya kaget tanpa berusaha untuk melepaskan diri dari aksinya Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomansaAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...