Bab 27 : Reinald (3)

30.1K 1.3K 14
                                    

Flashback

(tujuh tahun yang lalu)

Sampai akhirnya gue wisuda, sampai akhirnya gue melamar kerja, dan sampai akhirnya semua persiapan pernikahan beres... gue baru siap untuk jujur ke dua orang sohib sejati gue.

"Mer! Lu kok rese sih ngajak ketemu di hari-hari gue dan Fanny sibuk UAS?! Lu sih enak udah lulus, lah kami kan masih kuliah!" oceh Renata saat baru saja tiba di restoran tempat janjian.

"Mentang-mentang udah lulus lu!" tambah Fanny.

Gue hanya tersenyum tidak jelas, sampai akhirnya gue mengeluarkan dua buah undangan untuk masing-masing dari mereka.

"Undangan nikah siapa nih?" tanya Renata.

Satu... Dua... Tiga...

"MERLYN LU MAU NIKAHHHH??!?!?!" teriak Renata dan Fanny berbarengan.

"Siapa mau nikah?!"

Gue langsung menoleh ke asal suara. Loh? Alva kok ada di sini?!

"Va, Merlyn mau nikah dua minggu lagi!!! Nih, liat!!!" teriak Renata.

Untung saja gue menyewa VIP room, kalau tidak pasti sudah diusir keluar dari restoran. Suara Renata toa sekali!

"Astaga Mer! Gue tadinya mau kasih kejutan ke lu karena gue udah selesai kuliah dan balik ke Indonesia, lah kenapa malah lu yang bikin kejutan buat gue?!" tanya Alva tidak percaya sambil terus membaca undangan itu.

Gue hanya cengegesan menanggapi Alva.

"Mer, lu ga bercanda kan? Reinald Wirawan itu kan nama salah satu dosen kan? Gue emang ga satu jurusan sama lu, tapi gue yakin dia dosen yang ngajar lu." kata Fanny dengan tatapan menyelidik.

"Lu mau nikah sama dosen lu sendiri?!" tambah Renata.

"Actually, mantan dosen." Kata gue mengoreksi.

Renata, Fanny bahkan Alva menatap gue tidak percaya. Akhirnya cerita gue mengalir. Dengan lancar tanpa jeda. Sampai akhirnya gue meminta Renata dan Fanny yang menjadi bridesmaid gue. Untung saja mereka tidak mengamuk berlebihan.

"Sial lu! Kok malah lu yang mendahului gue! Padahal harusnya kan gue dan Renata yang nikah duluan!" omel Alva.

"Salah sendiri pake acara putus-putusan sama Renata. Cih! Makan tuh cemburu lu yang ga jelas. Hahahaha.." kata gue meledek Alva.

Alva hanya bisa tersenyum jengkel ke arah gue. Sedangkan Renata dan Fanny hanya bisa terkekeh mendengar ledekan gue.

"Tapi kok gue ga pernah ketemu calon suami lu?" tanya Renata.

"Yah, soalnya pas kita mulai pacaran, dia ngundurin diri jadi dosen. Soalnya dia bilang ga baik melanggar peraturan. Dia kan orang yang sok-sok patuh peraturan kayak Alva."

"Heh!" tegur Alva.

"Lagian, lu kan lebih cinta sama skype daripada nyariin dosen terkece di kampus kita." Tambah gue.

"Maklum maklum.. itu kan juga gara-gara Alva yang rese ga tiap jem selalu ganggu gue sejak acara cemburu butanya yang ngakibatin gagalnya pernikahan gue ke entah berapa kali." jawab Renata yang sukses mendapat pelototan dari Alva.

"Jadi cowok lu kayak gimana? Ga sama kayak Riki atau Damian kan?" sindir Alva.

Mana mungkin! Rei itu dewasa kelewatan, walau terkadang dia bisa manja keterlaluan. Yang jelas, dari awalnya gue hanya suka saja, sekarang gue sudah dimabuk cinta! Ah, rasanya gue tidak sabar menunggu dua minggu lagi hari pernikahan gue.

Tiba-tiba hp gue berdering. Gue segera melihat layar telepon untuk mengetahui siapa yang menelepon. Loh, tumben Rena telepon.

"Halo Ren, ada apa?"

Di seberang sana, hanya terdengar suara tangisan. Gue merasa sesuatu yang buruk terjadi. Jangan bilang ini ada hubungannya dengan Rei.

"Mer... Huhuhu... Mer... Kak Rei Mer..."

"RENA, REI KENAPA?!" kata gue berteriak panik.

"Kak Rei meninggal."

Tidak tidak... ini ... ini tidak mungkin!

Flashback end

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang