"Well, jadi siapa target yang mau lu bawa ke hadapan nyokap lu?" tanya gue di sela-sela acara makan siang gue bersama Gary.
"Ga ada! Biar aja lah gue diusir." Kata Gary pasrah.
Ini sudah seminggu sejak kejadian di klub malam itu, tapi sedikit pun tidak ada yang berubah dalam hubungan gue dengan Gary. Malah kami semakin akrab dengan status kami sebagai teman!
Tinggal seminggu lagi, sudah akhir bulan dan Gary masih belum mendapatkan seorang wanita. Apa dia benar-benar ingin diusir dari rumah dan kantornya? Terus dia mau jadi gelandangan, gitu?
"Tenang aja. Gue masih bisa bertahan hidup dengan apartemen gue. Lagian, gue masih bisa jual mobil gue dan punya cukup uang untuk hidup beberapa tahun kemudian dengan sederhana. Hehe.."
Gue langsung menjitak kepalanya! Astaga, pikirannya itu sempit sekali! Dia kira, dia bisa hidup tenang dengan cara seperti itu?! Lagipula, dia ini kan anak tunggal. Masa iya dia mau durhaka sama orang tuanya sendiri???
"Lu itu! Inget dong sama orang tua lu yang sayang sama lu! Mereka itu Cuma punya lu!!!" kata gue setengah membentak.
"Isshhh... emang perlu pake jitak ya?! Gue juga tau! Tapi masalahnya gue mau ngajak siapa nikah???" balas Gary.
Yaaa...
"Pacar lu lah! Masa pacar orang???!"
"Gue juga maunya gitu kali!!! Kalau punya sendiri mah, gue ogah deh sama pacar orang. Tapi masalahnya gue ga punya!"
"Jadi lu mau ngajak pacar orang?" tanya gue serius.
"Heh! Ya engga lah! Cuma, gue sekarang ga berharap apa-apa lagi." Kata Gary menyelesaikan makannya dan segera menarik gue berdiri.
"Eeehhh! Gue belum selesai makan! Mau kemanaaaa???" teriak gue sambil berjalan terseret-seret mengikuti langkah Gary yang besar-besar keluar dari restoran.
"Jalan-jalan. Gue sumpek ngomongin nikah mulu!" kata Gary yang masih setia menarik gue keluar dari restoran.
Percuma meronta. Gary punya tenaga super yang tidak mungkin bisa gue kalahkan. Yang ada, gue hanya membuat diri gue malu kalau teriak-teriak. Ugh!
***
Gary POV
Mungkin kedengerannya kayak anak kecil, karena gue dan Merlyn sedang jalan-jalan di taman dekat apartemen Merlyn. Habis, gue juga bingung mau ngajak dia kemana. Seminggu ini, gue beneran cuti penuh karena diusir dari kantor sendiri. Jadilah gue terus-terusan menghabiskan waktu bersama Merlyn!
Lagipula, Merlyn juga ga keberatan karena dia sekarang seorang pengangguran. Jadi, kami punya nasib yang sama! Sama-sama bosan dan sedang mencari hiburan.
Alasan yang bagus kan?
"Loh, kayaknya gerimis deh Gar..." kata Merlyn sambil merasakan titik-titik air hujan yang jatuh ke tangannya.
Gue baru saja menatap ke langit, dan tiba-tiba hujan malah semakin deras! Sial, kenapa hujan menganggu saat-saat bahagia gue sih!
"Gar, cepetan balik ke mobil yuk!" teriak Merlyn yang sudah menenteng kedua sepatu high heelsnya dan berlari di depan gue.
Mau ga mau, gue jadi ikut lari-larian mengejar Merlyn. Gue langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sial! Hujannya bener-bener deras banget dan langsung mengguyur tanpa aba-aba lagi! Sama sekali ga mendukung sore indah yang gue harapkan!
Hatchiii...
Gue langsung menoleh ke samping dan melihat Merlyn yang sudah kedinginan. Untung saja gue taruh jaket gue di mobil. Gue langsung meraih jaket itu dan memakaikannya ke Merlyn. Daripada dia kedinginan, iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomanceAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...