Merlyn POV
Dengan bodohnya, gue dateng juga ke kantor Gary setelah seminggu penuh dia memohon-mohon agar gue mau jadi sekretarisnya. Ugh! Sebenarnya gue malu buat ketemu sama Gary lagi karena kejadian kemarin itu, tapi akhirnya gue menyerah karena selalu diteror Gary.
Gue datang!
Gary benar-benar meminta maaf dan memohon, bahkan mengirim banyak cokelat favorit gue juga bunga-bunga ke rumah. Gue tidak masalah sama satu atau dua buket bunga. Tapi ini sepuluh buket bunga setiap hari! Rumah gue semakin mirip toko bunga dari hari ke hari!
"Gue udah dateng! Lu dimana? Gue ga mau ribut sama resepsionis lu!" kata gue di telepon.
"Lu langsung naik aja ke lift khusus, terus teken angka 20." Kata Gary.
Jujur, ini kantor yang sangat besar! Bahkan karyawannya pasti lebih dari ratusan orang. Wah, pasti Gary itu kelewatan kaya dan dia masih mengaku kalau dia hanya 'karyawan biasa' di depan gue?
Tinggg
Gue segera berjalan keluar dari lift dan berjalan ke pintu besar yang ada di sana. Pintu yang bertuliskan nama serta jabatan Gary.
Tok tok tok tok tok
Gue mengetok pintu tidak sabaran.
"Masukkkk!" teriak Gary dari dalam.
Gue segera membuka pintu dan bersiap untuk mengomel. Tapi berhenti karena melihat Gary yang berantakan. Rambutnya acak-acakan, kemejanya kusut, dasinya tidak jelas letaknya. Bahkan sekarang gue melongo bingung melihat keadaan kantornya yang kacau balau!
"Astagaaaa! Kapan ada gempa bumi, Gar??!"
Gary langsung berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah sofa. Tanpa ragu, dia langsung menghempaskan dirinya di sana.
"Akhirnya gue punya sekretaris jugaaaa! Gue bener-bener ga bisa hidup sendirian di kantor ini! Semua berantakan dan gue bener-bener nyaris gila mengatur semua sendiriaaaann!" teriak Gary.
Gue segera berjalan ke arah meja kerja Gary dan membereskan satu per satu kertas yang ada di sana. Menyortirnya dan menumpuknya. Membuang semua kertas tidak berguna, dan mengambil agenda yang ada di sana.
Pantas saja sekretaris sebelumnya memilih untuk kabur! Bosnya saja urakan seperti ini! Menjadi sekretaris sama saja menjadi babu!
"Gar! Ayo cepetan siap-siap! Lu ada rapat satu jam lagi! Di luar!!!" kata gue cepat.
"Ha??? Yang bener? Masa sih!? Bukannya minggu depan baru ada rapat??" kata Gary yang sudah terduduk di sofa.
Gue tidak salah lihat! Gue sendiri sedang sibuk mencari dokumen yang diperlukan.
"Gar, mana yang perlu dibawa?!" tanya gue buru-buru.
"Aduh! Gue ... gue juga ga tau! Semua udah kecampur!!!" kata Gary panik.
Gue hanya bisa berdecak sebal dan terus mencari. Gue ingat, first impression gue saat bertemu Gary pertama kali itu dia sosok yang perfeksionis. Tapi setelah mengenalnya lebih jauh, gue baru sadar kalau dia tidak seperfeksionis yang dilihat!
Dia itu berantakan, suka spontanitas, dan penuh kejutan. Benar-benar 100 persen berbeda dari yang terlihat dan kebalikannya dari sifat gue!
Akhirnya, gue menemukan dokumen yang dibutuhkan dan segera menarik Gary keluar dari ruangan. Sebelumnya gue sudah menelepon supir kantor untuk segera bersiap. Ini baru hari pertama gue bekerja dan semua berantakan!
Gue sudah menghubungi pihak perusahaan yang akan kami datangi. Meminta pengertiannya karena keterlambatan setengah jam. Untung saja mereka mengerti!
"Gar, liat gue!" perintah gue saat baru saja keluar dari mobil.
"Ehh, a-ada apa?" tanya Gary gagap.
Gue segera mengulurkan tangan untuk merapikan kerah baju, dasi, bahkan jasnya yang berantakan! Gary itu CEO! Masa CEO seperti gembel sih!!! Bukan hanya dia dan perusahaan yang malu, tapi gue juga malu!
"Oh..." kata Gary lega saat gue sudah selesai.
Gue menyipitkan mata dan melihat rona merah di wajahnya. Aha! Dia pasti berpikir yang macam-macam!
***
Rapat berjalan dengan baik, dan gue kagum melihat cara Gary yang menanggapi setiap pertanyaan. Dia luar biasa! Sama seperti saat gue mengenal dia dulu. Dia tegas dan tidak terbantahkan.
"Yeaahhh! Akhirnya selesai jugaaa! Ayo sekarang kita pergi jalan-jalan!" teriak Gary.
Jalan-jalan?
"Heh! Habis ini kita pergi meeting pas makan siang! Sambil meeting sambil makan! Cepet!!!" kata gue sambil menarik Gary masuk ke dalam mobil.
"EH! Rapat apaan? Udah selesai kan? Hari ini Cuma ada satu rapat doang, iya kan??!" protes Gary.
"Engga! Hari ini ada empat rapat! Gue udah atur semuanya. Lu udah nunda semua dari liburan lu seminggu kemarin dan seminggu kemarinnya lagi! Ayo cepet!" perintah gue.
***
"Gue nyesel minta lu jadi sekretaris gue!!!" kata Gary saat semua rapat sudah selesai dan dalam perjalanan kembali ke kantor.
"Terima kasih! Gue juga belum tanda tangan kontrak. Gue mau kok mengundurkan diri." Kata gue dengan senang hati.
"Eeehhh! Engga! Nanti nasib gue gimanaaa?!" kata Gary sambil memelas.
Loh, tadi dia yang bilang menyesal. Gue malah senang kalau bisa menikmati liburan gue lagi di rumah. Lagipula gue tidak gila harta kok! Gue sudah merasa cukup dengan hidup sederhana. Yang penting punya tempat tinggal, pakaian, makan tiga kali sehari. Cukup!
"Hei, besok pagi rapat. Siang dan sorenya juga. Malamnya lu harus selesaiin periksa laporan dan tanda tangan ini itu!" kata gue sambil melihat agenda.
Jujur saja, Gary sudah menunda banyak sekali rapat dan banyak tugas yang menanti. Ini hanya ditinggal dua minggu, tapi pekerjaannya menumpuk tinggi sekali!
"Capeeekkkk!" kata Gary sambil menyender ke jok mobil dan memejamkan matanya.
Gary masih seperti dulu. Melepas lelah hanya dengan memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Dan masih seperti dulu, gue hanya bisa duduk melihatnya dari samping. Mengikuti nafas teraturnya dan memperhatikan setiap detail wajahnya.
"Nyokap gue udah ga nyuruh gue nikah lagi. Asal gue balik ke kantor dan ga bikin kacau balau." Kata Gary tiba-tiba sambil terus memejamkan matanya.
"Bagus dong?" kata gue.
"Ga bagus!"
"Kenapa?"
"Ga tau. Tapi gue merasa ga bagus sama sekali!" kata Gary.
Gue jadi bingung. Gary itu maunya apa sih? Disuruh menikah, dia tidak suka. Tapi saat sudah tidak disuruh lagi, dia malah tidak merasa bagus. Jadi dia maunya apa?
Tapi, ada perasaan lega di hati gue. Artinya gue tidak perlu melihat Gary menikah dengan orang lain kan? Iya kan?
Tapi... gue egois sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
Roman d'amourAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...