GATRA-RYN 48

126 7 1
                                    

Kenan pov

Selesai pertandingan ntah kenapa tubuh Kenan merasa terhuyung ke belakang dan tiba-tiba penglihatannya menjadi gelap.

Teman-teman dan orang disana segera memanggil petugas PMR.

Gilang selaku teman Kenan ia segera mengabari om Hendri. Dan tak lama kemudian papa Kenan telah sampai di sana. Ia rela meninggalkan meeting demi anak semata wayangnya. Karena tidak ada yang lebih penting selain keluarga.

"Ini kenapa? Kenan kenapa?" Panik om Hendri

"Ini tadi dia ikut tanding futsal om, terus kepalanya kena bola, ini tadi Kenan juga sempat mimisan terus hidungnya. Gatau ini tadi tiba-tiba selesai pertandingan Kenan pingsan om" jelas Gilang.

om Hendri segera menelpon ambulans, karena ia tau PMR disini gak bakalan bisa menangani kondisi Kenan.

Tak lama kemudian, ambulans pun datang. Tim medis disana segera membawa Kenan untuk masuk ke ambulans.

Diperjalanan, Gilang merasa khawatir, begitupun dengan om Hendri, ia tidak bisa diam dari tadi. Om Hendri terlalu khawatir dengan keadaan Kenan.

"Kenan bangun nak, papa disini. Kamu pasti kuat. Disini ada papa"

"Om tenang om, Kenan bakal baik-baik saja, mungkin dia kecapekan"

Hendri ingin sekali menyangkal perkataan Gilang, tapi ia tidak bisa. Karena ia sudah berjanji pada Kenan bahwa cukup Ia, Kenan, dan Tuhan yang tau tentang penyakitnya.

"Makasih nak sudah mengabari om tadi"

"Iya om sama-sama. Memangnya Kenan punya sakit yang parah om?" Tanya Gilang, karena ia sangat mudah sekali terhadap keadaan.

"Mungkin benar apa katamu tadi, Kenan hanya kecapekan" lalu ia langsung menunduk menitikan air mata.

Akhirnya ambulans sampai di rumah sakit.  Papa Kenan memilihkan kamar yang VVIP untuk perawatan Kenan, karena ia ingin Kenan mendapatkan pelayanan terbaik.

Buset dah kecapekan aja VVIP. batin Gilang.

Dokter pun memeriksa keadaan Kenan, kemudian dia geleng-geleng karena penyakit yang di derita Kenan semakin hari semakin menyebar ke seluruh tubuh.

Dokter pun keluar dari ruangan.

"Pak tolong ikut saya ke ruangan"

"Baik dok, nak Gilang, tolong jaga Kenan didalam ya"

"Iya om siap"

Om Hendri pun segera ke ruang Dokter. Sedangkan Gilang, ia menelfon teman-temannya untuk datang ke rumah sakit.

"Gimana dok keadaan anak saya?" Panik Papanya.

"Saya dengan terpaksa bicara begini, Keadaan Kenan semakin hari semakin lemah pak, kemungkinan untuk sembuh pun sangat sedikit. Mungkin 3-2 hari kedepan ia masih bisa bertahan. Selanjutnya kita pasrahkan semuanya kepada yang Tuhan yang Maha Kuasa"

Mendengar perkataan dokter tadi, seolah hati Hendri hancur, dunianya seakan berhenti. Bagaimana bisa dokter didepannya memvonis anak semata wayangnya hanya bertahan sampai 3 hari kedepan.

"Gak dok gak, anak saya kuat dok anak saya kuat, Kenan bisa bertahan sampai bertahun-tahun" emosi Hendri meluap-luap, ia mencengkal kera baju dokter.

"Tenang pak tenang, kita tetap terus berdoa saja pada Tuhan, semoga ada mukjizad kepada anak bapak"

Hendri pun meregangkan cengkalannya itu. Ia segera berlari menuju ruangan anaknya. Disana banyak teman-teman Kenan. Begitu banyak yang peduli sama Kenan.

Sore belum sadar, hingga waktu malam pun tiba.

"Nak bangun nak, kamu pasti kuat" om Hendri yang berbicara kepada Kenan yang terbaring lemah. Gilang tidak tega melihat itu.

"Om memangnya Kenan punya sakit apa om, selama ini kita tau Kenan baik-baik saja. Tapi kenapa kali ini dia seperti ini? Kami teman-teman Kenan om, kami juga ingin tau apa yang di rasakan om dan juga Kenan."

Om Hendri pun terdiam, dia mencerna segala perkataan Gilang. Setelah Hendri mau berbicara menjawab pertanyaan Gilang, Kenan pun sadar. Sehingga om Hendri tidak jadi menjawab pertanyaan Gilang.

"Nak kamu sudah bangun? Kamu gapapa? Apanya yang sakit?" Tanya Hendri bertubi-tubi.

"Pah, Kenan mau kertas sama bulpen" minta Kenan kepada papanya dengan suara yang parau tapi tetap masih terdengar di pendengaran Hendri.

"Bentar nak, biar papa cari di luar" Hendri pun langsung menuju luar rumah sakit, tak jauh dari rumah sakit ada tempat yang menjual peralatan tulis.

"Bro lu sakit apa sih sebenernya?"

"Apasih lang, gue baik-baik aja kok, jangan lebay deh" lagi-lagi suara Kenan parau.

"Lu gak bisa bohong men sama gue, lu terlalu banyak nyembunyiin sesuatu dari gue, lu selama ini anggep gue apa? Gue kira lu anggep gue seperti saudara. Gue anggep lu seperti adek gue men, gue selalu ada buat lu, tapi lu selalu gini, gak anggep gue, gue kecewa sama lu"

"Tenang lang tenang, Kenan lagi sakit, jangan jadi beban dipikiran Kenan"

"Udah lah, sia-sia gue nasehatin dia, gue pergi" pamit Gilang.

Gilang pun keluar dari ruangan. Waktu di di pintu masuk rumah sakit ia berpapasan dengan Hendri,papa Kenan.

"Loh mau kemana?"

"Saya pulang dulu om, ada urusan sebentar, disana masih banyak anak kok om, maaf saya harus pamit"

"Iya hati-hati dijalan"

Hendri pun segera ke ruangan Kenan.

"Ini bukunya"

"Makasih pah" ucap Kenan dengan senyuman kecil di wajahnya.

"Kamu mau bangun? Biar papa bantu"

"Iy iyyaa pah" ucap Kenan dengan terbata-bata.

Hendri dan temannya pun membantu Kenan untuk bangun dan Kenan kelihatanya ingin menulis sebuah surat.

"Pah , papa bisa tidur dulu di sofa, Kenan gapapa kok, masih ada ryan disini"

"Papa istirahat dulu ya, ryan tolong jaga anak om"

"Baik om, selamat tidur om"

Hendri yang tampak lelah pun segera menuju sofa untuk merebahkan diri.

"Yan, lu tolong kesana dulu, gue mau nulis sesuatu"

"Iya nan, lu baik baik aja kan?"

"Iya gue baik-baik aja" bohong Kenan. Karena sedari tadi ia merasakan pusing yang amat sangat.

Jangan lupa vote❤️

GATRA-RYNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang