Yuan baru saja menginjakkan kakinya di rumah setelah menghabiskan harinya di sekolah. Saat Yuan memasuki rumah, hanya keheningan yang menyambutnya. Yuan hanya tinggal bersama sang ayah dan beberapa pekerja di rumahnya.
Karena sekarang masih sore, para pekerja di rumahnya berada di paviliun belakang rumah, yang memang sengaja disediakan untuk para pekerja di rumahnya.
Langkahnya segera melangkah menuju ke kamar untuk mengistirahatkan diri. Saat sudah memasuki kamar, Yuan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya. Sejenak Yuan memejamkan mata dan merilekskan badannya yang terasa pegal.
"Capek sekolah," keluhnya, "tapi kalau nggak sekolah goblok." Yuan kemudian membuka matanya dan menatap ke arah langit-langit kamar.
Sejujurnya suasana hati Yuan sedang tidak baik-baik saja hari ini. Tiba-tiba dirinya merindukan sang ibunda yang telah lama meninggalkannya dua tahun yang lalu.
Tidak ada yang salah dengan perasaan tersebut, tetapi tidak biasanya Yuan merasakan rindu yang sangat amat mendalam seolah-olah dirinya masih belum mengikhlaskan kepergian sang ibunda.
"Yuan kangen Bunda. Yuan kesepian, Bun," ungkapnya dengan tatapan yang masih menatap langit-langit kamar.
Tidak ingin perasaan sedihnya semakin menguasai, Yuan segera bangkit dari posisinya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Lebih baik ia menyegarkan diri di bawah air shower agar lebih tenang.
15 menit pun berlalu. Yuan sudah menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi dan keluar dengan pakaian rumahan. Yuan berjalan mendekati ranjangnya dan duduk di sana. Sekarang masih pukul sembilan malam dan Yuan sudah merasa mengantuk.
Baru saja merebahkan diri, suara ketukan dari pintu kamarnya membuat Yuan kembali menegakkan badannya.
"Masuk," balasnya.
Pintu kamar terbuka dan keadaan kamar Yuan menjadi terang karena lampu kamar yang dinyalakan. Terlihat sosok laki-laki berumur 40 tahun dengan setelan jas berwarna hitam dan kacamata berwarna hitam berjalan mendekati Yuan.
"Kebiasaan kalau udah malam nggak di nyalain."
Laki-laki tersebut yang tak lain adalah Yusma Maheswara, mendudukkan dirinya di samping Yuan.
"Anak Ayah udah makan belum?" tanya pria tersebut.
"Udah," jawab Yuan seadanya.
Yuan memperhatikan ayahnya dari atas sampai bawah. Terlihat nyentrik sekali dandanan pria yang berumur 40 tahun dan berstatus duda anak satu ini. Piercing di telinga, celana jeans bolong dibagian lutut, kaos putih oblong dengan luaran jas hitam, lalu yang terakhir kaca mata hitam yang masih bertengger di hidung.
"Kenapa lihatin Ayah kayak gitu?" tanya Yusma saat mendapati putrinya yang terus memperhatikannya dari ujung atas sampai bawah. Bahkan, saat ia sudah duduk menghadap Yuan, putri tunggalnya itu masih saja menatapnya dengan tatapan tajam.
"Ayah warna rambut lagi?" tanyanya.
"Kata kamu rambut Ayah nggak boleh warna-warni. Ya udah Ayah ganti warna jadi hitam," balas ayah Yuan dengan enteng.
Yuan menghela nafas dengan kelakuan ayahnya itu. Memang jiwa muda ayahnya.
"Ayah sadar nggak sih sekarang umur berapa?" tanya Yuan yang kali ini dengan ekspresi lelah.
"Sadar kok. Kan dua bulan lalu kamu bikinin kue ulang tahun buat Ayah. Ulang tahun yang ke 40." Lagi, Yusma menjawab pertanyaan putrinya dengan santai.
Yuan berdecak dan menatap sinis ke arah ayahnya. Apakah ayahnya itu tidak tahu kalau dirinya sebenarnya kesal jika melihat sang ayah yang sudah berkepala empat namun masih berpenampilan layaknya remaja berumur dua puluh-an.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASLIGHTING
FanfictionGadis bernama Yuan ini bisa dikatakan sangat beruntung dalam hidupnya. Walaupun ia sempat mengalami kesedihan yang amat sangat mendalam akibat kepergian sang ibunda, ia tetap tegar karena masih ada sang ayah yang sangat menyayanginya. Walaupun hidup...