39 | Younghoon Family

1.2K 131 67
                                    

Younghoon memutuskan untuk pulang setelah dua jam menunggu Yuan yang tidak kunjung kembali. Perasannya harap-harap cemas semoga tidak ada hal buruk yang menimpa Yuan. Dirinya yakin mungkin Yuan hanya ingin jalan-jalan di luar tanpa ada yang mengganggunya, maka dari itu mungkin Yuan memutuskan untuk me-nonaktifkan ponselnya.

"Hai~ bocilnya Mama~. Kamu kok baru pulang? Habis dari mana?"

Baru saja menginjakkan kaki di ruang tengah, Younghoon sudah disambut dengan pelukan hangat dari sang Mama.

Sebenarnya Younghoon cukup terkejut dengan kepulangan Mama nya. Setahu Younghoon, kedua orang tuanya akan pulang besok malam. Namun ternyata sekarang Mama nya sudah berada di depannya.

"Katanya Mama pulang besok? Kok tiba-tiba udah di rumah aja."

"Kerjaan Papa mu udah selesai hari ini. Jadi Mama bilang ke Papa kamu untuk pesen tiket pulangnya malam ini aja. Untungnya ada."

Younghoon meresponnya dengan anggukan dan berniat bergabung dengan abangnya yang tengah menonton televisi.

Namun pergerakannya langsung terhenti saat Mama nya yang tiba-tiba menangkup kedua pipinya. Bahkan Younghoon tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya karena pergerakan Mama nya yang tiba-tiba.

"Bentar." Sang Mama meneliti setiap inci wajah putra bungsunya itu. Bahkan beberapa kali Irene atau Mama nya Younghoon, berkali-kali mencubit pipi putra bungsunya itu untuk memastikan sesuatu.

"Sakit, Ma." Ucap Younghoon dengan raut wajah yang meringis karena sedikit merasa kesakitan dengan cubitan Mamanya.

"Kamu diet ya? Kok kurusan gini? Perasaan Mama tinggal dua minggu yang lalu pipi kamu masih gembul."

"Aku mana pernah diet, Ma. Yang ada tubuh ku makin kayak lidi."

Beberapa saat kemudian Younghoon dibuat kemusuhan saat tiba-tiba Mingyu atau abangnya Younghoon yang sudah berdiri di samping Irene lalu mencubit pipi Younghoon dengan cukup keras.

"Nggak ada yang berubah kok, Ma. Masih bisa di cubit tuh pipinya. Cuma akhir-akhir ini aku sering ngajakin Younghoon nge-gym."

Younghoon mengangguk mengiyakan pernyataan Mingyu.

Seketika Irene memalingkan pandangannya ke arah putra sulungnya tersebut.

"Tumben kamu ngajakin adik kamu nge-gym?"

"Biar dia punya otot. Setidaknya kalau punya badan kurus plus tinggi, ada ototnya, Ma. Biar nggak kurus kering kayak lidi."

"Kamu kok mau aja diajak abang mu pergi nge-gym? Biasanya juga lebih milih nontonin wifu gepeng kamu itu."

Younghoon agak sakit hati dengan perkataan Mamanya. Tapi ya nggak salah juga, emang bener begitu faktanya.

"Ya aku kan pengen punya badan bagus, Ma. Lagian merawat badan kan nggak salah. Aku tuh pengen badan ku kayak Papa, kayak abang."

"Kamu terlalu imut nak kalau mau punya otot. Gini aja udah bagus kok. Tetep ganteng." Sebenarnya di dalam hati Irene berucap seperti itu karena masih tidak ikhlas dengan pertumbuhan anaknya yang super kiyowo ini.

Muka bebelac tapi umur sudah 18 tahun.

Younghoon hanya bisa menghela nafas dengan sikap Mamanya yang selalu saja masih menganggap dirinya seperti bocah ingusan.

Lain halnya dengan Mingyu yang memandang Mamanya dengan perasaan yang sedikit kesal.

"Mama kalau sama Younghoon kenapa gitu banget, sih? Sama aku aja boro-boro."

Setelah itu boombastic side eyes pun mengarah kepada Mingyu.

"Ya kamu mau Mama bilang imut juga nggak pantes. Walaupun kamu cuma beda dua tahun sama adik kamu, tapi kamu kelihatan kayak beda 10 tahun sama Younghoon. Apalagi badan kamu se-gede gapura kabupaten kayak gini."

GASLIGHTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang