Yuan terbangun saat mendengar suara alarm dari ponselnya yang terus berbunyi. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, Yuan mengambil ponselnya dan mematikan alarmnya.
Betapa terkejutnya Yuan saat mengetahui bahwa sekarang sudah jam setengah tujuh pagi. Dengan gerakan buru-buru Yuan segera turun dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi.
Yuan mandi dengan secepat kilat untuk mengejar waktu. Namun tetap saja Yuan keluar dari kamar mandi pukul 06.40. Buru-buru Yuan memakai seragam dan sepatunya. Setelah selesai, Yuan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah.
Sepi, tidak terlihat kakak-kakaknya sama sekali. Hanya ada pekerja yang tengah membersihkan ruang tengah.
"Bi, yang lain pada ke mana ya?" tanya Yuan.
Pekerja tersebut cukup terkejut dengan kedatangan Yuan. "Loh! Non Yuan kok belum berangkat? Den Harsa sama yang lain udah berangkat dari tadi. Abang sulung Non juga udah berangkat kuliah semua."
Dengan helaan nafas kesal Yuan segera berlari menuju halte bus terdekat. Akhirnya untuk pertama kalinya Yuan berangkat menaiki bus.
Selama perjalanan di dalam bus Yuan terus menyumpah serapah semua abangnya karena tidak ada yang membangunkannya. Ia juga kesal dengan dirinya sendiri karena tidak kunjung bangun saat alarm ponselnya terus bersuara. Yuan melihat jam tangannya yang sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh.
20 menit kemudian Yuan sampai di sekolah barunya. Tentu saja ia telat 15 menit. Melihat Yuan yang baru saja sampai, seorang satpam mendekat ke arah gerbang.
"Udah jam berapa ini. Kamu telat 15 menit, mending pulang aja," ucap satpam tersebut.
Yuan masih mengatur nafasnya karena dirinya harus berlari dari halte menuju ke depan gerbang sekolah.
"Maaf, Pak—saya murid baru di sekolah ini," ujar Yuan.
"Tetep aja. Murid baru pun harus tepat waktu."
"Bolehin saya masuk ya, Pak?" Yuan memberikan tatapan memohon ke arah satpam tersebut.
Namun satpam tersebut tetap berpegang teguh dengan kedisplinan.
"Nggak bisa. Kalau telat 5 menit masih oke. Tapi ini 15 menit, tidak ada toleransi." Setelah itu satpam tersebut kembali ke pos jaga.
Yuan berdecak lalu membalikkan badannya. Tangannya merogoh ponsel dari saku jaketnya. Yuan membuka kontak Wira dan mengirimkan pesan ke abang sulungnya tersebut.
Setelah itu Yuan tidak lagi membalas chatt Wira. Tidak lama setelah itu Yuan kembali mendapatkan chatt dari Wira yang menyuruhnya untuk menunggu Harsa.
Setelah membalas pesan Wira, Yuan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket. Ia menunggu Wira di depan gerbang dengan sabar.
"Mbak, pulang aja. Gerbangnya nggak bakal saya buka," usir satpam tersebut yang kembali berdiri dibalik gerbang.
"Ya udah sih kalau nggak mau bukain. Orang saya nungguin abang saya kok," jawab Yuan dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASLIGHTING
FanfictionGadis bernama Yuan ini bisa dikatakan sangat beruntung dalam hidupnya. Walaupun ia sempat mengalami kesedihan yang amat sangat mendalam akibat kepergian sang ibunda, ia tetap tegar karena masih ada sang ayah yang sangat menyayanginya. Walaupun hidup...