Minggu depan pun akhirnya tiba, dimana Yusma akan menikahi seorang janda yang memiliki sembilan putra yang umurnya di atas Yuan. Yuan turut berbahagia atas pernikahan ayahnya. Beberapa hari sebelum pernikahan dilaksanakan, Yusma mengajak putrinya untuk bertemu dengan calon istrinya yang juga akan menjadi ibu sambung untuk putrinya.
Yuan cukup canggung saat bertemu dengan Julia, calon istri ayahnya. Namun Julia yang memahami sikap Yuan, mencoba untuk membuatnya nyaman saat mereka berbicara. Hal tersebut berhasil membuat Yuan sedikit merasa nyaman di dekat Julia. Sosoknya yang hangat membuat Yuan yakin bahwa pilihan ayahnya memang tepat.
Kembali ke masa sekarang dimana Yuan tengah memakan beberapa dessert yang sudah disediakan. Sedari tadi Yuan hanya sekali melakukan interaksi dengan sembilan putra Julia yang sekarang sudah resmi menjadi kakak sambungnya. Mereka bersembilan nampak masih belum bisa menerima kehadiran Yuan. Namun hanya si sulung Wira yang terlihat welcome dengannya.
Yuan cukup kecewa dengan reaksi mereka semua, kecuali Wira. Yuan sudah bersusah payah mencari topik untuk terus melanjutkan obrolan, namun hanya Wira yang menjawabnya dengan senang hati. Alhasil setelah acara pemberkatan selesai, Yuan memutuskan untuk meninggalkan meja yang sempat ia duduki bersama sembilan kakak sambungnya.
Yuan lebih memilih untuk mengobrol bersama beberapa sepupu dekatnya. Sampai akhirnya jam 10 malam, Yuan menghampiri ayahnya dan ingin pulang ke rumah karena mengantuk. Yusma mengiyakan dan menyuruh sopir pribadinya untuk mengantar Yuan pulang.
Tentunya sebelum pulang Yuan berpamitan dengan Julia yang sekarang sudah resmi menjadi ibu sambungnya. Yuan sempat melirik ke arah gerombolan sembilan laki-laki yang masih asik mengobrol satu sama lain.
"Mari, non." tegur sang sopir.
Yuan mengangguk lalu mengikuti langkah sopir pribadi ayahnya.
Julia menghela nafas sedih saat melihat Yuan pergi meninggalkan pesta pernikahan yang belum selesai.
"Ada apa?" tanya Yusma saat melihat ekspresi istrinya.
"Aku rasa Yuan pulang karena anak-anak aku," ujarnya. "daritadi aku merhatiin mereka terus, tapi cuma Wira yang kelihatan merespon Yuan dengan baik. Aku jadi merasa bersalah." ungkapnya sembari melihat ke arah suaminya.
Yusma meraih dengan lembut tangan istrinya. "Mungkin mereka masih butuh penyesuaian. Nanti kalau udah satu rumah pasti akrab." tuturnya.
Julia menganggukkan kepalanya dengan mengulas senyum. Dari sembilan putranya memang Wira yang memiliki kepribadian hangat dan gampang menerima orang baru disekitarnya. Kalau anaknya yang lain, bahkan Willy sebagai anak tertua nomor dua, cukup sulit untuk menerima keberadaan orang baru disekitarnya.
Mungkin dengan Yusma mereka terlihat cukup akrab, tetapi dengan Yuan mereka masih merasa asing. Karena pada momen ini lah mereka bersembilan untuk pertama kalinya bertemu dengan Yuan, begitupun sebaliknya. Kalau dengan Yusma, mereka bersembilan sudah beberapa kali bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GASLIGHTING
FanfictionGadis bernama Yuan ini bisa dikatakan sangat beruntung dalam hidupnya. Walaupun ia sempat mengalami kesedihan yang amat sangat mendalam akibat kepergian sang ibunda, ia tetap tegar karena masih ada sang ayah yang sangat menyayanginya. Walaupun hidup...