Lorong kelas 11 sangat sepi, bagaikan tempat seperti di film-film horror yang bergentayangan setan. Angin semilir menyapu dedaunan kering yang tergeletak di tengah-tengah lapangan begitu saja. Langit mendung telah menguasai daerah Jakarta, terdengar suara gemuruh bersahutan pertanda hujan akan datang.
Berada dikelas 11 IPA 4, tengah mengadakan ulangan Fisika mendadak. Membuat kepala pening, melihat kertas soal ulangan yang berisi angka-angka dan rumus yang bertumpuk. Hara memangku dagunya, mengamati soal demi soal ulangan. Dan mencoret-coret suatu kertas. Tangannya sangat lihai untuk menulis. Menuangkan seluruh isi otaknya dan tertaruhkan di lembar kertas jawaban.
"Yang sudah selesai bisa dikumpulkan, dan keluar kelas." kata Bu Doyeon tegas sambil matanya mengelilingi seluruh isi kelas. Hara berdiri, dan mengumpulkan lembar jawabannya. Dengan jantung yang terus berdegup, karena sedari-tadi sejak ia mengerjakan soal Bu Doyeon terus memperhatikannya. Karena suasana nya sepi, suara yang pelan menjadi terdengar. Banyak yang berbisik seperti menjadikan Hara sebagai pengalihan pandangan Bu Doyeon.
Bssttt
Bsttttt"Kerjakan sendiri, lebih baik mendapatkan nilai jelek tetapi murni dari otak. Daripada nilai bagus tetapi tidak hasil jerih payah, namun bisa diusahakan menjadi yang terbaik. Karena guru merasa bodoh jika tidak bisa mendidik anak didiknya menjadi murid yang pintar." Minju yang tadinya berbagi label yang berisi coretan isi jawabannya menjadi terdiam dan menaruh labelnya di laci meja kembali.
Derap langkah terdengar membisingkan di lorong kelas 11, namun sepertinya asal suara tersebut berasal dari gedung sebelah. Dikarenakan letak kelas 11 IPA 4 ini berada di pojok tersendiri di lantai dua. Sedangkan bawah kanan nya adalah musholla yang berdepanan dengan tangga menuju aula.
Aula mendadak ramai, diisikan oleh adik kelas yang seperti nya tengah membolos. Dan membuat kebisingan, Hara yang sudah keluar terlebih dahulu hanya bisa melirik dan bersikap biasa saja. Ketika melihat Jisung tengah membolos di Aula sebelah gedungnya. Lalu Hara mendudukkan dirinya di bangku depan kelasnya dan memperhatikan satu demi satu teman Jisung.
Lumayan juga temennya Jisung, batin Hara.
"Ngapain juga sih tu bocah disana? Kayak kaga ada kerjaan aja, tolol banget udah tau disini pelajarannya Bu Doyeon. Di sentak kicep lu anjir." gumam Hara sambil memperhatikan Jisung yang tengah menyeret sebuah kursi untuk tempat duduk nya. Namun kursi tersebut justru di tarik kembali oleh Jaehyun. Hara sedikit tersentak karena melihat keberadaan Jaehyun di sana.
"Eh jingan." refleks Hara berucap kasar. Lalu Hara menepuk mulutnya sendiri.
"Kenapa sih anjir, ini mulut kaga bisa bilang halus gitu kalo ketemu cogan." Hara masih saja melirik-lirik apa yang dilakukan oleh teman Jisung. Namun ia hanya terfokus ke Jaehyun semata.
Dengan rambut acak-acakan, dasi yang dilonggarkan, baju seragam yang dikeluarkan dan bibirnya yang berwarna merah muda tersebut membuat Hara terjeduk batin.
"Sadar Park Hara! Sadar! Kenapa sih lu salpok sama bibirnya Jaehyun gitu ihhh." Hara menepis pikiran kotornya dan akhirnya memilih menatap pemandangan lain selain di Aula tersebut.
Atensi Hara memilih lapangan basket yang sudah sepi, karena gerimis mulai menyerang. Dan entah sejak kapan perginya teman-teman Jisung kedalam aula sebab tadi mereka nongkrong di tangga Aula.
"Hayo! Ngapain lo liatin aula terus? Ada setannya?" Minju mengejutkan Hara dari belakang, namun respon Hara hanya biasa saja. Lalu Minju ikut duduk di sebelah Hara mengikuti arah pandang Hara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible - jjh✓
Teen Fiction(COMPLETED) gimana deh sist rasanya pacaran sama anak good looking yang di idam-idamkan juga sama temen lo? tapi lo nya sendiri yang berhasil buat dapetin dia? "dulu gue rasanya kaya impossible buat dapetin lo jae, dan ya.. finally lo udah jadi paca...