Matahari mulai melaksanakan tugasnya menyinari semesta, memberikan kehangatan bagi seisi bumi, memancarkan kebahagiaan untuk mengawali pagi dengan semangat. Bunga matahari, burung merpati, dan para pekerja keras pencari duit menyapa mentari dengan senyum di hati.
Pengecualian untuk Na Jaemin si pemuda pecinta tidur yang sekarang sedang mengerang kesal karena cahaya matahari masuk melalui jendela. Ingatkan ia nanti untuk mengganti jendelanya dengan tembok agar cahaya kuning sialan itu tidak mengusiknya.
Jaemin bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju kamar mandi sambil bersungut-sungut, matanya masih tertutup dan tangannya direntangkan ke depan untuk mengantisipasi agar tidak menabrak benda mati.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan diri dan bersolek. Jaemin itu sudah tampan, membersihkan diri hanya untuk pencitraan agar tidak terlihat malas. Memakai seragam, menggendong tas, memasang sepatu kemudian turun menuju meja makan.
Jaemin melirik jam mahalnya, mata bulatnya mendelik melihat jarum jam yang menunjukan angka enam lebih empat puluh lima menit. Lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Jaemin mengambil piring dengan dua lembar roti berisi selai nanas dan segelas Americano. Segera berlari menuju mobil yang sudah siap mengantarnya menuju neraka.
Pemuda pemalas ini sarapan di dalam mobil, menatap jalanan yang sudah ramai, sesekali menertawakan pejalan kaki yang berjalan cepat sambil melihat jam, tanda bahwa sudah terlambat.
Pikirannya berkelana, berdecak kesal karena mengingat hari ini adalah hari selasa, jadwal pelajarannya menyebalkan begitu juga dengan yang mengajar. Setelah menghabiskan rotinya, ia meneguk Americano, menikmati rasa pahit yang menjalar di tenggorokan. Matanya kembali menyusuri jalanan, menatap langit dan mencoba meramal apakah hari ini akan ada bintang jatuh atau tidak.
Pintu mobilnya terbuka tiba-tiba membuat Jaemin sedikit tersentak. "Oh sudah sampai," gumamnya. Memberikan gelas dan piring yang sudah kosong pada supir yang membukakan pintu, lalu ia menyampirkan tasnya di pundak dan memijakkan kakinya di tanah neraka.
Setelah mengucapkan terima kasih, Jaemin berjalan dengan santai menuju ruang kelasnya. Jaemin adalah salah satu siswa populer dengan ketampanan dan kecerdasan diatas rata-rata, jadi wajar saja jika saat ini banyak pasang mata yang memperhatikan langkahnya menuju kelas. Cih, seperti tidak ada pekerjaan lain saja.
Jaemin memicingkan mata saat melihat satu objek pandang yang mengganggu penglihatannya. Seorang siswa yang tampak merayu seorang siswi di depan loker. Jaemin berdecih lalu segera menghampiri mereka sebelum terjadi hal yang iya-iya."Lee Haechan-ssi." sapa Jaemin sambil menepuk pundak Haechan membuat si pemilik nama tersentak, nyaris mengucapkan serentet kata makian.
Haechan mendelik, "apa yang kau lakukan?!"
Jaemin mengedikan bahunya lalu menarik kerah belakang seragam Haechan, menyeretnya menuju ke dalam kelas. Haechan yang tidak berdaya hanya bisa mengikuti langkah Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...