Jaemin yang setengah mengantuk, menanti Renjun dan Ten melaksanakan tugasnya. Mereka berdua sedang berburu CCTV dan mengirimkan kepada Chenle. Tugas Jaemin hanya menunggu di depan kelab sambil memantau situasi, siapa tahu ia bisa langsung bertemu dengan Sang Target.
Sesekali menguap, melirik jam, menatap sekitar dengan bosan. Hanya itu yang ia lakukan di dalam mobil. Sambil berharap temannya cepat kembali. Selang beberapa menit kemudian, harapannya terkabul, Ten mengetuk jendela mobil, Jaemin segera memberikan mereka akses untuk masuk.
"Semua sudah selesai, apa kau melihat pria itu?" tanya Ten yang duduk di jok belakang.
"Sejujurnya, hyung, aku tidak tahu rupa si Mr. Kim itu, dan juga aku tidak tahu apa pelat mobilnya, lalu bagaimana bisa aku memantaunya?" ucap Jaemin sambil memijat keningnya.
"Benar juga. Ya sudah, daripada membuang kesempatan, bagaimana jika kita masuk ke dalam? bersenang-senang sedikit tidak masalah bukan?" usulan Ten diterima dengan baik oleh Jaemin, sementara Renjun hendak menolak, tapi, sepertinya usul Ten tidak buruk. Maka Renjun ikut setuju.
Mereka bertiga turun dari mobil, lalu melangkahkan kaki menuju ke dalam kelab. Suara dentuman musik terdengar seperti hendak memecahkan gendang telinga, aroma mematikan penuh maksiat juga menyengat masuk ke rongga hidung. Ten menggoyangkan kepalanya, menikmati dentuman musik, kemudian mulai menggerakan badannya mengikuti irama.
Ia melupakan kedua adiknya yang tampak seperti anak hilang. Jaemin yang tidak mau menjadi orang bodoh, segera berjalan menuju dance floor, menggerakan badan bersama orang-orang yang kesadarannya hanya tinggal setengah. Seseorang wanita manis bersurai coklat merangkul Jaemin, pemuda itu sedikit tersentak, kemudian ia tersenyum, mereka berdua menari bersama sambil sesekali berpelukan.
Renjun sedikit panik kala menyadari ia terpisah dari Ten dan Jaemin. Matanya dengan cepat bergerak menyisir puluhan orang, mencari keberadaan dua manusia yang dikenalnya, kakinya melangkah sesuai insting. Menepis tangan-tangan wanita nakal yang ingin menyentuhnya. Oh, demi Tuhan ia sangat benci tempat ini. Dalam hati terus merutuki keputasannya yang menyetujui usulan gila dari Ten.
Ponsel milik Renjun berdering, ia segera melihat id caller dan mengangkatnya.
"Ya, hyung."
"Tugas kalian gi- ASTAGA KALIAN DIMANA? KENAPA BERISIK SEKALI?!"
Renjun menjauhkan ponselnya dari telinga, suara Mark membuat telinganya semakin sakit. Setelah menyadari kebodohannya, Renjun menepuk jidat. Gawat! Mark pasti tahu dimana ia berada sekarang.
"I-i-itu a-aku ada di dalam mobil, Jaemin menyalakan musik terlalu kencang. Iya terlalu kencang," ucap Renjun sambil menggigit bibirnya, merutuki dirinya yang gagap.
"Kau pikir aku bodoh? cepat kembali sebelum aku melaporkan ini pada Taeyong hyung, dan melempar kalian kembali ke tempat pelatihan."
Tut! Tut!
Sambungan dimatikan secara sepihak oleh Mark. Renjun meringis mendengar ancaman Mark yang tidak main-main. Ia segera menyusuri kelab untuk menarik kembali kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...