“Dear Dream.”
————————————————
Pagi ini adalah hari ketiga Jaemin menginap di tempat ini. Semalam ia tidak bisa tidur karena harus membuat rencana.
Dan ia sudah memutuskan untuk pergi dari tempat ini hari ini.
Semakin cepat semakin baik. Entah bagaimana hasilnya nanti, yang terpenting adalah ia harus menyelamatkan Yangyang.
Menurut pengamatannya rumah ini akan ramai saat siang hingga sore dan akan sepi saat malam menjemput.
Jaemin tidak ingin ini semua sia-sia. Nyawa adalah taruhannya saat ini.
Maka dari itu ia memilih akan menghancurkan rumah ini saat siang hari, di mana banyak anggota yang akan berada di sini maka banyak juga yang akan mati bersama runtuhan bangunan.
"Jika aku harus mati, kalian akan mati terlebih dahulu," ujar Jaemin dalam hati sambil tersenyum miring.
Jaemin lanjut mengunyah makanannya dengan baik. Setidaknya ia harus memiliki tenaga yang banyak sebelum berjuang.
Sarapan kali ini adalah satu potong pai apel dan segelas jus jeruk. Mereka tidak pernah memberinya makanan atau minuman yang ia benci.
Dan ini adalah sarapan terakhirnya di rumah ini.
"Ah, makanan gratis memang terasa lebih enak," ucapnya sambil menyuapkan suapan terakhir.
Setelah selesai ia segera menaruh nampan makanannya di meja dekat pintu.
Lantas melakukan sedikit peregangan agar ototnya tidak kaget.
"Astaga jarang olahraga membuat tubuhku menjadi cepat lelah," keluh Jaemin setelah napasnya memburu.
Ia menyudahi kegiatannya lalu segera berjalan menuju jendela dan menatap ke bawah mengukur seberapa tinggi lantai yang ia pijak saat ini.
Ceklek..
"Kau tidak bisa kabur lewat jendela, Jaemin, buat apa kau berdiri di sana?"
Ucapan seseorang yang membuka pintu membuat Jaemin membalikkan badannya.
Melihat siapa yang datang membuat Jaemin tersenyum miring.
"Lama tidak berjumpa, Hwang Yeji, omong-omong aku tidak berniat kabur lewat jendela, lompat dari ketinggian bisa membuatku mati karena ketakutan," sahut Jaemin.
Ini adalah kali pertama Yeji menampakkan wujudnya di hadapan Jaemin selain di sekolah.
Dan seharusnya juga ini pertama kalinya Jaemin mengetahui fakta bahwa Yeji adalah rivalnya.
Tapi kenapa sepertinya Na Jaemin tidak terkejut sama sekali. Yeji mengerutkan keningnya.
Jaemin tidak ingin berpura-pura terkejut saat ini. Ia ingin memberikan sebuah kode bahwa dirinya dan temannya yang lain tidak sebodoh itu.
"Yeji? Kenapa kau diam saja?"
Yeji tersadar dari lamunan pikirannya.
"Aku akan membawa nampan ini ke luar," ujar Yeji lalu segera membawa nampan bekas makanan Jaemin pergi dari ruangan.
"Anak itu membolos sekolah hari ini untuk menjemput ajalnya?" tanya Jaemin sambil tersenyum manis.
Jaemin segera merebahkan dirinya di kasur sambil menunggu saat yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...