Waktu berjalan begitu cepat tanpa disadari, secara umum tidak ada yang berubah, matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, air mengalir dari hulu ke hilir, burung dengan riang berkicau di sela pepohonan kala pagi menjelang, deburan ombak masih setia menghantam karang di pinggir pantai, dan tidur masih menjadi hal yang paling Jaemin sukai.Sudah sepuluh ribu delapan puluh menit sejak peristiwa kejutan untuk Mark yang dilakukan oleh Renjun, Jeno, Haechan, dan Jaemin.
Semua berlalu dengan cepat tanpa disadari, jadwal dan pekerjaan yang padat membuat banyak orang melewatkan keindahan dunia di setiap detiknya.
Bangun pagi untuk sarapan kemudian berangkat menuju tempat tujuan masing-masing, entah itu tempat menuntut ilmu atau tempat menggali uang sebagai sumber kehidupan. Lalu pada malam hari sehabis makan malam, semua akan kembali menuju kamar masing-masing untuk menjemput mimpi. Melupakan segala penat.
Melupakan fakta bahwa pemandangan bintang di malam hari tidak kalah menakjubkan dari memandang matahari yang muncul perlahan dari balik pegunungan yang dingin pada pukul lima dini hari.
Banyak yang bisa kau lakukan di dunia yang kejam dan ajaib ini, jangan buang-buang waktu mu yang singkat dengan hal yang tidak berguna.
Black Mercedes-Benz Van yang membawa keempat pemuda berseragam sekolah itu melaju membelah jalanan Seoul yang lumayan padat siang ini.
Hari ini mereka berempat terpaksa harus izin di tengah pembelajaran –hal itu tentu disambut senang oleh Haechan– karena pukul dua siang ini mereka memiliki jadwal pemotretan untuk majalah baru milik LeeTown Corp.
Renjun memilih memejamkan kedua matanya, mencoba memanfaatkan waktu dengan beristirahat. Tidak seperti Haechan yang asyik membuang tenaga berceloteh hal tidak penting dengan Jaemin.
"Kau mengenal Yeji? anak kelas sebelah yang terkenal irit bicara seperti Renjun,"
Jaemin tampak mengingat-ingat siapa Yeji yang dibicarakan oleh Haechan. "Apa maksudmu Yeji yang memiliki mata minimalis seperti Jeno?"
Pertanyaan Jaemin membuat Jeno yang sedang bermain pubg menatapnya sinis, tidak terima dibilang mata minimalis.
"Aish! lebih minimalis dari itu, kau lihat saja tatapan matanya sangat tajam seperti elang, jika saja tatapan mata bisa membunuh, mungkin aku sudah lama mati, ugh!" Haechan terus mengoceh sambil menggerakan tangannya dramatis.
Jaemin mendengus, merasa menyesal pernah mengenal sosok di sebelahnya ini.
"Lalu apa kau mengenal Choi Jisu? aku dengar ia sekelas dengan Yeji, mungkin saja kau mengenalnya," ucap Jaemin yang sedikit antusias kala membahas seseorang yang memiliki nama panggilan Lia tersebut.
"Oh ya ya, aku mengenalnya, dia memang sekelas dengan Yeji. Anak itu sangat populer dan juga manis, daaan kau tahu? dia sangat ramah!" Haechan pun tidak kalah antusias dengan Jaemin.
Jeno berdecak malas, jengah mendengar topik pembicaraan kedua temannya yang tidak menarik.
"Berhenti lah membicarakan perempuan, itu sama sekali tidak seru, lebih baik kalian beristirahat seperti Renjun," ucap Jeno yang terlihat bijak, tapi nyatanya dia sendiri dari semalaman hingga saat ini tidak berhenti bermain game online.
"Lebih baik kau saja yang beristirahat, pabo! Mata mu itu bisa bertambah rusak jika terus bermain, aku tidak mau jika saat di war zone aku tertembak oleh peluru karena matamu yang semakin rabun!" sungut Jaemin yang berbicara dengan sangat cepat. Membuat yang mendengar menjadi kewalahan.
"Berisik, Na!"
Jaemin tidak membalas hujatan dari Jeno, karena mereka sudah sampai. Pintu bergeser tebuka, Jaemin menggendong tasnya lalu segera beranjak turun. Diikuti oleh Haechan, lalu Jeno dan terakhir Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...