author's note ;
maaf ya, aku gabisa update setiap hari karena lagi sibuk banget :"))
tapi aku usahain untuk update secepatnya.terima kasih untuk kalian yang masih mau baca cerita ini. loff yu
ok, guizz, happy reading !!
Jisung diam sepanjang perjalanan di lorong, sementara Chenle baru saja memasukan ponselnya ke dalam kantong setelah menyelesaikan tugasnya.
Jisung sedang memutar otak, memikirkan segala kemungkinan buruk yang berkecamuk dipikirannya.
"HAHAHA kau lihat orang itu, Jisung? mau saja dibodohi oleh seorang bocah seperti kita," ucap Chenle dengan tawanya yang memekakan telinga.
Jisung menatap Chenle dengan serius, "Kamuflase, Chenle, kau melupakan itu."
"Apa maksudmu?"
Jisung menghela nafas, kemudian menarik tangan Chenle menuju ke dalam kamar mandi di dekat sana. Matanya memperhatikan sekitar, memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka berdua. Ada lima bilik, dan pintunya terbuka, tanda bahwa tidak ada orang di dalamnya.
Chenle berdecak kesal karena Jisung menariknya sembarangan, menuju ke dalam kamar mandi yang kebetulan sepi, otaknya tidak bisa berhenti untuk tidak berpikir ambigu.
Jisung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Chenle, mata sipitnya menatap tajam ke arah lawan bicara yang lebih tua tiga bulan darinya.
Yang lebih tua menahan nafas, mencoba mengambil langkah mundur dan menghindari tatapan dari Jisung.
"Ka-mu-fla-se, Zhong Chenle, apa kau tidak mengerti itu?" bisik Jisung dengan penekanan kata, Chenle merinding dibuatnya.
"A-apa maksudnya?"
"Orang itu sedang berkamuflase, aku tidak memiliki bukti, tapi aku yakin dengan itu, dan–" bisik Jisung sambil mencengkram pundak Chenle, membuat Chenle sedikit meringis.
"–astaga KAU SANGAT BODOH! KAU SALAH LANGKAH APA KAU TIDAK MENYADARINYA?!"
Setelah berteriak, Jisung menjauhkan tubuhnya dari Chenle, lalu mengacak rambutnya. "Astaga aku tidak mau kembali lagi ke tempat pelatihan sialan itu hanya karena kita gagal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...