「 tujuh , sept 」

1.4K 218 25
                                    


Sore ini langit Seoul ditutupi oleh awan, tidak ada sinar matahari yang menyengat, hanya ada awan kelabu diiringi semilir angin, mungkin tetesan hujan akan berdatangan sebentar lagi.

Sore yang kelabu ini mendukung suasana hati Jaemin yang sedang buruk, kenangan masa lalu tidak pernah menyenangkan baginya, terkadang ia berpikir lebih baik mengalami lupa ingatan.

Entah apa yang membawa langkahnya menuju Ruang Musik, padahal saat ini masih jam pelajaran.

Na Jaemin menggerakan jemarinya dengan lincah, menekan tuts piano hingga menghasilkan nada yang indah.

River Flows In You.

Salah satu karya Yiruma yang Jaemin sukai selain Kiss The Rain.

Sekelebat bayangan masa lalu menghantui pikiran Jaemin, tanpa sadar jemarinya bergerak semakin lincah, emosi menguasai dirinya, nada indah tadi seketika terdengar menyakitkan.

Jaemin tidak bisa menangis, tidak, ia tidak boleh menangis hanya karena masa lalu, ia tidak selemah itu.

Tapi bayangan beberapa tahun silam tidak bisa enyah dari pikirannya, seakan ia ditarik kembali ke masa itu.

Masa di mana ia masih terlalu kecil untuk mengerti banyak hal, masih terlalu kecil untuk dibiarkan tumbuh sendiri, masih terlalu kecil untuk menerima makian dari Ayahnya.

Choi Siwon.

Hanya dengan mendengar nama itu, mampu membuat dada Jaemin terasa sesak, ia membenci rasa itu.

13 Agustus 2000.

Seharusnya itu menjadi hari paling bahagia untuk keluarga Choi. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kelahiran satu nyawa dibayar dengan kematian nyawa lainnya.

Yoona harus kembali pulang setelah berhasil melahirkan Na Jaemin ke dunia.

Siwon tentu sangat merasa terpukul, ia sangat mencintai istrinya, dan tentu ia juga mencintai anaknya –dulu saat anaknya belum terlahir ke dunia.

Tuhan memiliki rencananya sendiri. Siwon kehilangan dunianya, akal sehatnya tidak berjalan dengan baik.

Ia membenci Jaemin, menganggap anaknya sebagai pembunuh istrinya.

Jaemin kecil tinggal di rumah istana milik Siwon, hanya diasuh oleh para pelayan, Siwon enggan sekali menyentuh atau bahkan melihat wajah Jaemin.

Jaemin tidak pernah mendapat pelukan hangat dari Ayahnya, sekali pun tidak. Yang ada hanya bentakan dan makian yang terlontar indah untuk Jaemin.

Tidak ada tempat untuk Jaemin, tidak di rumah maupun di sekolah, seluruh dunia seakan membencinya.

Menjadi korban bullying karena dianggap sebagai anak haram hanya karena marga Siwon tidak tercantum dalam namanya. Hanya Jaemin saja, tanpa marga.

Ketika dunia membencinya, tidak sekali pun terlintas keinginan untuk bunuh diri, karena ia tahu Ibunya sudah berusaha dengan keras agar bisa melahirkan dirinya, ia sungguh tahu itu.

Jaemin tidak menangis saat Ayahnya membentak atau bahkan memukulnya, tidak menangis saat wajahnya terluka akibat ulah teman yang merisaknya, tapi Jaemin hanya akan menangis di hari ulang tahunnya.

Ia akan menangis pada hari itu saja, meluapkan segala amarah, kesedihan, dan kerinduan pada sosok yang bernama Ibu.

Menangis mengadukan segala isi hatinya pada makam Ibunya. Menghabiskan waktu seharian bersama gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Na Yoona hingga malam menjemput.

Jaemin kira hidupnya akan terus seperti itu hingga menunggu waktunya pulang.

Keberuntungan berpihak baik padanya, hari itu saat daun berguguran, angin berhembus menghantarkan rasa dingin yang menusuk kulit, saat Jaemin meringis berusaha menahan tangis kala salah satu temannya memukul dan menginjak perutnya berkali-kali.

Neo on Black | NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang