halo!
ada yang masih inget sama ff ini?
maaf banget baru bisa up lagi ㅠㅠdan yeah, hari ini Jaemin won "best actor" di Seoul Webfest yeay👏
happy reading~
Mark sedang berada di kamarnya seorang diri. Beberapa hari sudah terlewati sejak misi terkahir mereka. Dan saat ini Mark merasa sangat sepi karena dorm yang biasanya penuh dengan teriakan kini hanya ada kesunyian. Wajar saja karena saat ini jarum jam baru menunjukan pukul 11 siang. Semua penghuni dorm kecuali dirinya sedang bersekolah.
Saat sepi seperti ini, Mark biasanya akan pergi ke suatu tempat untuk mencari aktivitas lain. Tapi sekarang Mark lebih memilih diam di dalam kamar.
Memetik gitarnya, ia mulai menyanyikan sepenggal lirik yang membuat dirinya kembali bernostalgia.
How long have you been smiling?
Ingatannya jatuh kepada Haechan. Haechan yang saat ini sudah berbeda dari Haechan saat mereka bertemu pertama kali.
It seems like it's been too long.
Tidak ada senyum manis yang terpancar. Hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi dengan sorot mata yang kosong. Tidak ada pula emosi dari hatinya.
Some days i don't feel like trying.
Ingatannya mengarah pada sosok laki-laki mungil. Renjun terlahir dengan sifat ekstrovert. Dunia masa kecilnya sangat indah. Hingga perlahan semuanya berubah. Tekanan demi tekanan Renjun dapatkan dari keluarganya yang serba perfeksionis, melupakan fakta bahwa manusia pasti memiliki celah yang tidak sempurna.
So, what the fuck are you on?
Tentang Jeno. Anak itu tidak jauh berbeda dengan apa yang Renjun alami. Dengan segala tuntutan dari ayahnya membuat Jeno tidak mengenal apa itu dunia luar. Tidak memiliki teman yang bisa diajak berkeluh kesah. Hanya terkurung di dalam istana dengan hukuman yang akan dia dapat jika berani melanggar perintah.
Mark menyelamatkan Jeno saat anak berusia 16 tahun itu mencoba mengakhiri hidupnya.
'Cause all the kids are depressed.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo on Black | NCT ✓
ActionTentang perjuangan tanpa batas membela kebaikan dengan dalih kejahatan. Tentang solidaritas yang lebih dari sekedar formalitas. Dan tentang fakta bahwa kehilangan seorang pedoman lebih menyakitkan dibanding sakitnya tembakan peluru. Saat ini akhirny...