Hari ini adalah kepergiannya Kenzo ke Amerika. Sudah tak ada lagi teman kesehariannya Lia kalau cewek itu sedang bekerja. Tadinya Lia pikir, sehari tanpa Kenzo bukanlah hal yang sulit. Tapi ternyata, baru beberapa menit pesawatnya Kenzo terbang, Lia jadi uring-uringan sendiri.
Oh, iya! Hari ini adalah hari dimana Lia harus tetap berada di depan layar komputer.
Tiket konser.
"Udah?" tanya Ryan saat melihat cewek itu senyum-senyum sendiri di depan layar laptop miliknya masih lengkap dengan perlengkapan cafe seperti celemek dan topi.
Jangan tanya kenapa Lia gak kuliah. Itu karena pihak kampusnya bersama dengan Ryan dan Anastasia mengadakan libur selama seminggu penuh.
"Belum. Lama banget, ini, servernya."
"Jadi kenapa senyam-senyum sendiri?"
Lia semakin tersenyum yang membuat Ryan ngerasa cewek itu dari hari ke hari semakin aneh.
"Karena gue gak sabar, banget!" kata cewek itu bahagia.
Ryan pun tersenyum geli. Berikutnya, cowok itu kembali ngutak-ngatik ponselnya. Kini kegiatan dua orang itu sudah berbalik ke keadaan masing-masing. Tapi setelah keheningan menyelimuti mereka, Ryan akhirnya buka suara.
"Lusa cewek gue mau balik,"
Lantas, Lia noleh ke sampingnya dengan wajah terkejut. "Serius?"
Ryan ngangguk, cowok itu menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan dengan siapa Ryan bertukar pesan.
"Seneng, dong, lo?"
Ryan kemudian meletakkan ponselnya itu di atas meja. "Seneng, sih. Tapi.."
"Tapi, apaan? Gue gak ngerasa lo seneng, Yan."
Emang, sih, Lia bisa perhatiin dengan jelas kalau reaksi Ryan itu kelihatan kayak yang biasa aja pas tau pacarnya bakal balik ke Korea. Harusnya, kan, Ryan senang kalau pacarnya balik secara mereka udah gak ketemu hampir setahunan, gitu.
"Masalahnya gue belum siap,"
"Belum siap kenapanya?"
"Iyaa.." Ryan diam, cowok itu mengulum bibirnya. Rasanya Ryan belum siap untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya ke sahabatnya itu. Tapi Ryan juga gak tahan kalau harus mendam untuk gak cerita.
"Kenapa, Yan?"
Lia yang tadinya merasa biasa aja, pas tau Ryan kayak ngumpetin sesuatu, Lia jadi penasaran dengan yang terjadi dengan sahabat di sebelahnya ini.
Ryan narik nafas dalam-dalam. "Gue harus nikahin dia."
Terkejut setengah mampus. Gimana engga, umur Ryan, tuh, masih terlalu muda untuk menggelar acara pernikahan. Ya.. meskipun Ryan udah punya usaha sendiri, tetap aja cowok itu masih harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan umurnya saat ini.
"Gila, lo? Ke-kenapa, Yan? Jangan bilang lo.."
Kedua mata Lia terbelalak dan gadis itu benar-benar merasa terkejut. Ryan langsung ngangguk gitu aja seakan sudah mengetahui apa yang sedang dipikirannya Lia.
"Wah.. bener-bener lo,"
Lia nutup mulutnya sambil terus mandangin Ryan gak percaya. Oh, iya, satu lagi. Cewek itu mundur beberapa jarak menjauhi Ryan.
"Kok lo malah ngejauhin gue, sih? Yang gue hamilin, kan, bukan elo." protes Ryan saat tau kalau Lia kayak berusaha menghindar dari dia.
Detik berikutnya, Ryan langsung meringis kesakitan karena Lia jambakkin rambutnya. Biarin aja, biar tau rasa! Lagian enteng, banget, kalau ngomong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak - Taeyong ✔
FanfictionGimana, sih, rasanya kalau tiba-tiba aja, kita bisa saling kenal sama idola kesukaan kita? Padahal sebelumnya, gak pernah sekali pun muncul di pikiran untuk bisa kenal apalagi sekedar ngobrol dan ngumpul bareng. Itulah yang dirasakan Lia ketika bert...