Sepulang dari apartemennya Lia dan juga Anastasia, Taeyong memilih pulang ke rumahnya. Baru sampai di depan pintu, Taeyong melihat Ayahnya sedang berada di ruang TV sembari duduk sambil membaca koran.
"Hai, Pa."
Taeyong mencium punggung tangan Papanya dan duduk di sebelahnya.
"Kamu kenapa pulang? Gak ada jadwal?" tanya sang Papa.
Beliau melipat korannya kembali lalu menoleh pada Taeyong. Entah mengapa, Papa Taeyong berfirasat anaknya ini pasti pulang ke rumah untuk membahas sesuatu yang penting.
"Lagi kosong hari ini, Pa. Papa kenapa jam segini udah di rumah? Gak kerja?"
"Papa pulang lebih awal. Mamamu minta Papa pulang,"
"Lah? Tumbenan Mama minta Papa cepat pulang. Ada apaan, emang?"
Papa Taeyong ngelepas kacamatanya sembari memijit pelipisnya. Sedikit pusing.
"Hari ini orang tua Tzuyu bakal ke rumah. Mama nyuruh Papa untuk bersiap-siap. Kalau Papa masih kerja, yang ada Papa gak ketemu sama mereka." jawab sang Papa yang membuat Taeyong terdiam.
Hari ini orang tuanya Tzuyu datang. Kayaknya mau ngebahas soal perjodohan mereka. Padahal tujuan Taeyong pulang juga karena ingin membahas perjodohan yang mau dia batalin. Tapi sepertinya takdir tak berpihak padanya.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Papa Taeyong.
Melihat reaksi Taeyong yang kayak gak biasa itu, Papa Taeyong yakin pasti anaknya sedang dirundung masalah.
"Gapapa, Pa. Aku baik-baik, aja, kok."
Walaupun Taeyong berkata demikian, Papa Taeyong sebagai sosok laki-laki terpeka di rumah itu, tetap saja gak yakin. Naluri orang tua lebih besar dari apapun.
"Kalau kamu ada masalah, cerita sama, Papa. Papa siap dengerin dan kasih kamu solusi apa, pun. Lagian, udah lama juga, kan, kamu gak cerita sama Papa?"
Taeyong ngangguk. Karena terlalu sibuk, Taeyong sekarang jadi jarang untuk cerita mengenai hal apapun kepada sang Papa. Padahal sebelum Taeyong berada di fase sibuk-sibuknya, Papanya, lah, yang menjadi tempat bernaung Taeyong untuk mencurahkan segala keluh kesahnya selain Mama dan Kakaknya.
"Ada masalah sama Tzuyu?" tebak sang Papa tepat sasaran.
Bukan masalah sama Tzuyu-nya. Tapi lebih kepada Taeyong ingin perjodohan diantara dirinya dengan Tzuyu dibatalin.
"Aku gak ada masalah apapun, kok, sama, dia." balas Taeyong.
"Lalu? Kenapa? Papa gak ngelihat respon kamu senang, lho, pas tau keluarga Tzuyu mau bertamu."
Taeyong terkekeh kecil. "Kapan aku pernah ngerasa senang, sih, Pa?" cibirnya.
"Kalau kamu ada sesuatu yang pengen kamu bilang ke Papa sama Mama, kamu bilang, aja. Papa gak bakal marah kalau hal itu menyangkut masa depan kamu, Nak."
Taeyong ngelihat manik mata Papanya. Raut wajah serius terukir jelas disana.
"Sebenarnya Tae udah coba ngomong ke Mama kemarin. Tapi Mama langsung marah-marah dan aku gak mau di cap sebagai anak durhaka kalau aku ngebantah perkataan orang tua."
"Serius, Mama marah? Emangnya kamu ngomongin soal apaan?"
Taeyong bingung menjelaskannya gimana. Taeyong juga takut kalau respon Papanya gak jauh beda seperti respon sang Mama kemarin. Bagaimana pun juga, kalau Taeyong membatalkan perjodohan itu, pasti dampaknya akan terasa di keluarganya apalagi sang Papa.
"Soal perjodohan, Pa."
Mau gak mau, dengan berberat hati, Taeyong mengatakan apa yang ada di benaknya. Meskipun dia belum yakin apa respon Papanya setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak - Taeyong ✔
FanficGimana, sih, rasanya kalau tiba-tiba aja, kita bisa saling kenal sama idola kesukaan kita? Padahal sebelumnya, gak pernah sekali pun muncul di pikiran untuk bisa kenal apalagi sekedar ngobrol dan ngumpul bareng. Itulah yang dirasakan Lia ketika bert...