Kinanti Junaida Asyifa

5K 213 3
                                    

"Kirana, Let's break up..."

"Eh, apa? Kenapa? Kok tiba-tiba Nan?"

Kinanti, sekitar 6 bulan lalu mutusin untuk mengakhiri hubungan kita__ sepasang kekasih yang umurnya baru jalan 8 bulan, waktu itu.

Sebelum kami resmi pacaran, kami adalah sahabat__ yang umurnya lebih dari setengah hidup kita. Kira-kira 15 atau 16 tahun lamanya. Gue kenal Kinanti dari taman kanak-kanak. Waktu itu Kinanti murid baru di TK tempat gue belajar. Gak ingat gimana tepatnya gue kenal Kinanti, yang masih gue ingat sampai saat ini adalah waktu baru masuk, Kinanti nangis sepanjang jam sekolah.

Pulang dari taman kanak-kanak, masih teringat jelas juga gue cerita tentang Kinanti ke nyokap, tepatnya ngadu karena Kinanti mengganggu kelas waktu itu. Saat itu gue masih belum tau nama Kinanti.

"Mom, di sekolah ada temen baru. Tapi, cengeng banget. Berisik. Nangis terus!"

"Oh ya? Kamu ikut nangis ngga?"

Gue hanya mengerutkan dahi, kasih tanda kalau gue gak mungkin nangis hanya karena ada yang nangis.

"Namanya Kinanti ya?" Lanjut nyokap.

Waktu itu gue hanya mengangkat bahu pertanda gue gak tau menau tentang Kinanti.

Dulu, waktu kecil, gue pernah sesekali diajak pergi sama nyokap, untuk hangout bareng teman-temannya, di area puncak. Tempat favorite nyokap. Ternyata Kinanti itu anak salah satu teman nyokap__ Tante Anggie namanya.
Gue inget Tante Anggie itu adalah single mom, yang bekerja sebagai guru PNS di salah satu SMA Negeri Terkenal di Bogor.
Pindah ke Jakarta karena beliau pindah tempat mengajar.

Kinanti, kakaknya__ Donny, dan Tante Anggie pindah ke Jakarta atas rekomendasi nyokap. Mereka tinggal di dekat rumah keluarga gue, hanya beda 4 rumah.
Semenjak saat itu, gue dan Kinanti diminta untuk ke sekolah bareng, dan main bareng. Nyokap gue dan Tante Anggie itu bukan sekedar teman dekat. Mereka mirip kakak-adik yang apa-apa di selesain bareng. Kompak dan pokoknya saling mendukung.

Gue dan Kinanti, besar bersama. Masuk SD, bareng. Masuk SMP dan SMA pun bareng. Dan lebih extreme lagi, kami selalu dapat kelas yang sama. Kecuali kelas 3 SMA.
Kami sering duduk 1 meja. Kalau duduk sesuai absen pun kami selalu berdekatan. Karena di absen kami selalu berurutan__ Kinanti dan Kirana.

As a friend, Kinanti adalah tipikal teman yang sangat possessive. Apalagi, waktu kami masuk SMA.

Kinanti selalu terlihat terganggu kalau gue udah mulai punya teman baru. Kalau kata orang-orang yang 'sempat dekat' sama gue, Kinanti itu jealous. Emang, kebanyakan orang-orang yang dekat dengan gue itu kayak datang dan pergi. Beberapa ada yang stay, ada juga yang leave, hanya karena mereka gak nyaman ngeliat sikap Kinanti. Kebanyakan teman yang stay adalah orang yang dekat juga dengan Kinanti.

Apa gue terganggu dengan sikap Kinanti?
I am not.

Buat mereka yang pernah deket sama gue tapi memutuskan untuk leave karena Kinanti, masih gue anggap teman, kadang gue masih suka tegur sapa kok. Hanya kebanyakan dari mereka aja yang memilih untuk jaga jarak. Kinanti itu gak pernah secara blak-blakan bilang atau showing off ketergangguannya ke gue tentang teman-teman baru gue. Jadi gak ada alasan gue untuk marah atau ngeluh ke dia.

Kinanti itu, kalau gue gambarkan, mirip sama Chelsea Islan. Kulitnya putih, mulus. Ngga ada jerawat di mukanya. Badannya gak kurus, dan gak gemuk juga. Rambutnya panjang, ikal, dan hitam. Satu-satu nya dari Kinanti yang sampai sekarang gue iri adalah rambutnya. Karena gue punya rambut yang kalau panjang dikit langsung super mega rontok.

Saat SMA, kami sering dipanggil dengan nama yang salah. Kadang gue dipanggil Kinanti, kadang Kinanti dipanggil Kirana. Iya, karena kami terlalu dekat. Gak jarang juga ada yang nanya "kalian pacaran ya?". Untuk orang-orang yang udah kenal dan dekat dengan kita, kedekatan kita ini jadi bahan guyonan mereka. Mereka menandai gue sebagai suami Kinanti, dan Kinanti adalah istri gue.

"Ran, Bini lu mana?"

"Kin, kok tumben gak berangkat bareng Laki lu?"

Saat itu, gue gak merasa baper sama sekali. Tapi Kinanti mungkin Beda.

Saat gue mulai kenal 'lelaki', dan mulai pacaran. Ke-posesif-an Kinanti makin menjadi. Kami jadi sering selisih paham, bersitegang sampai bertengkar. Tapi, itu gak sampai membuat hubungan gue, pacar gue, dan Kinanti hancur sih. Selalu ada aja sesuatu yang bikin kami kembali seperti semula.

***

Hai,
ini kisah pertama ku, kalau suka di rate ya.

Aku bukan penulis, tidak bisa menulis, dan kurang suka membaca. Jadi belum tahu cara menulis cerita yang baik dan benar.

Aku menerima kritik dan saran.

Kinanti & Kirana (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang