Sumpah!
Serim kesal sekali dengan pemuda bernama Allen itu. Beberapa hari yang lalu saat mereka membuat janji untuk mengerjakan tugas bersama di rumah Allen, tiba-tiba saja lelaki itu kembali membatalkan janjinya.
Dan gara-gara itu sekarang mereka harus ngebut untuk mengejar tugas yang seharusnya sudah bisa selesai beberapa hari yang lalu.
"Baca buku kamu, jangan lihatin aku..."
Serim mendengus pelan. Di hadapannya kini memang ada Allen Ma, sedang membaca buku sebagai referensi tugas. Mereka saat ini sedang duduk di salah satu sudut perpustakaan sekolah untuk mengerjakan tugas mereka yang tertunda.
Dan jujur saja Serim masih merasa kesal pada Allen hingga tanpa sadar ia terus menatap tajam pemuda ini.
Serim memalingkan pandangannya, memilih tidak membalas kalimat yang dilontarkan Allen. Ia mencoba fokus pada buku di depannya seraya mengabaikan presensi Allen.
"Argh..."
Gerakan Serim terhenti saat ia mendengar suara rintihan pelan. Ia melirik Allen yang terlihat mengernyit kesakitan sambil meraba bahu kirinya.
"Kenapa kamu?" tanya Serim—masih mempertahankan suara ketusnya.
"Nggak apa-apa. Lanjutkan aja bacanya."
Serim berusaha mengabaikan Allen ketika pemuda itu menyuruhnya untuk melanjutkan tugasnya. Tapi atensinya tidak dapat teralih setiap mendengar rintihan pelan dari bibir Allen. Ia menjadi tidak fokus membaca bukunya.
"Allen, kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Serim.
Sesebal apapun ia pada pemuda di hadapannya, tetap saja ia tidak bisa mengabaikan rasa kemanusiaannya. Ia beranjak dari duduknya lalu mendekati Allen.
"Kamu sakit, Len? Kita ke UKS aja."
"Nggak. Lanjut aja tugasnya. Aku nggak apa-apa."
"Ck. Mana bisa aku fokus ngerjain sedangkan kamu kesakitan gitu? Udah, ayo nurut ke UKS!"
Akhirnya dengan terpaksa Allen menuruti Serim yang menyeretnya ke UKS. Koridor sekolah masih ramai dengan siswa-siswi karena bel masuk belum berbunyi.
Serim segera membuka pintu UKS begitu mereka sampai di depan ruangan itu.
Bukannya melihat dokter UKS, ia justru menemukan laki-laki berperawakan tinggi yang juga merupakan teman seangkatannya. Kalau tidak salah namanya Kang Minhee. Serim cukup tahu Minhee karena lelaki itu bisa dibilang agak aneh meskipun aslinya cukup ramah.
"Minhee, dokter UKS dimana?" tanya Serim sambil membantu Allen duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
Minhee yang tadinya berniat merebahkan dirinya di salah satu kasur UKS, mengurungkan niatnya. Ia melihat dua lelaki yang baru saja masuk itu. Terlihat Allen duduk sambil mengernyit kesakitan memegangi bahu kirinya. Sedangkan Serim masih memandang Minhee dengan tatapan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ CRAVITY: it's time to back
أدب الهواةSebuah tattoo berbentuk huruf "C" dengan garis miring yang menembusnya, tiba-tiba muncul di tubuh sembilan pelajar SMA. Sebuah tattoo misterius yang tidak tahu darimana asal-usulnya. Semenjak itu... satu-persatu keanehan mulai terjadi. Hingga hal ya...